Moira +Bbangju

31

Juyeon menggelengkan kepalanya berulang kali. Menolak semua usul yang tadi diucapkan oleh suaminya kepada dirinya. Juyeon tidak mau mereka berpisah. Alasan mengapa ia tidak mau jujur adalah karena Juyeon terlalu takut Younghoon akan meninggalkannya setelah mengetahui tentang fakta yang sebenarnya.

"J-jangan," Sahut Juyeon lemah. Bibirnya bergetar seiring dengan air matanya yang tumpah menuruni pipi chubby-nya. "Aku nggak mau Mas ninggalin aku," Ucapnya sembari terisak pilu.

Semakin lama isakan Juyeon semakin terdengar keras. Membuat pertahanan Younghoon perlahan mulai terkikis bersamaan dengan perasaannya yang tidak sanggup melihat bagaimana wajah sedih istrinya itu. Ia hanya sedang berusaha untuk kuat, setidaknya sampai Juyeon mau mengakui perihal apa yang sebenarnya terjadi malam itu kepadanya.

"Tapi, kamu udah bohongin aku beberapa kali, Ju. Aku janji buat selalu jujur ke kamu, tapi kenapa kamu nggak bisa ngelakuin hal yang sama ke aku?" Kekecewaannya sudah mengambil alih. Younghoon tidak tau lagi akan apa yang sebenarnya ia rasakan saat ini. Perasaannya campur aduk, antara kasian melihat keadaan Juyeon saat ini atau kecewa terhadap dirinya sendiri karena ia adalah alasan mengapa Juyeon menangis hebat seperti ini.

"Aku nggak mau kamu ninggalin aku setelah kamu tau sama apa yang sebenernya terjadi," Juyeon mengangkat kepalanya. Menunjukkan mukanya yang telah sembab sepenuhnya dan wajahnya yang telah memerah. Juyeon menyadari kesalahannya dan ia benar-benar menyesali itu semua. "Aku nggak tau dia bakal nyium aku malem itu. Aku nggak bisa ngehindarin itu karena aku juga kaget sama apa yang dia lakuin ke aku. Aku bahkan nggak tau dia siapa!"

Younghoon mengalihkan tatapannya ke lain arah. Apa yang dikatakan Juyeon memang ada benarnya. Bukan salah Juyeon orang itu suka kepada istrinya. Akan tetapi, tetap saja Younghoon sakit hati ketika tau Juyeon memilih untuk membohonginya disaat ia mencoba untuk jujur akan semua hal yang ia alami selama ini.

"Mas, jangan pergi. Aku mohon," Makin lama suara Juyeon terdengar sangat parau ditelinganya. Younghoon pun mengakuinya jikalau keputusan sepihak yang ia ambil itu bukanlah hal yang tepat. Juyeon selalu punya banyak kesempatan untuk dimaafkan olehnya. Kembali terulang, Younghoon sama sekali tidak ingin menaruh dendam kepada Juyeon. Lagipula, Juyeon sudah mau jujur kepadanya. Satu-satunya orang yang harus ia salahkan adalah si sosok yang sudah melecehkan istrinya. Karena disini Juyeon adalah korban yang sebenarnya.

Juyeon bisa kembali tersenyum setelah melihat Younghoon mengulurkan tangannya. Memberi sebuah kode agar Juyeon memeluknya dan tanpa berlama-lama langsung dituruti oleh yang lebih muda. Pada akhirnya, yang bisa Younghoon lakukan saat ini adalah memaafkan Juyeon.

Semudah itu Younghoon memaafkannya. Walaupun harus Younghoon akui sebagian dari hatinya masih ada rasa kecewa yang tersisa. Namun, Juyeon terlalu istimewa baginya untuk dibenci.

"Mas maafin aku?" Juyeon bertanya ragu. Sambil terus mengelus puncak kepala istrinya, Younghoon sontak mengangguk. Dibalas dengan pelukan yang jauh lebih erat oleh Juyeon.

"Asal jangan diulangi lagi," Jawab Younghoon seraya melepas pelukan mereka. Tatapannya terkunci kepada wajah elok Juyeon yang saat ini sedang ikut menatapnya dengan mata yang berkedip berulang kali, "Mana bagian bibir kamu yang kotor? Biar Mas bersihin."

Juyeon memajukan bibirnya sambil berusaha menahan tawanya ketika melihat ekspresi Younghoon yang sepertinya terkejut akan ulahnya saat ini. Namun, pria itu kemudian kembali menormalkan ekspresi wajahnya. Hampir berniat ingin menyentuh bibir itu dengan bibirnya sendiri sebelum sebuah suara membuatnya langsung memberi jarak antar wajah mereka.

"Bunda, hiks!" Seperti kebiasaan yang Hyunjoon sering lakukan saat bangun tidur, bocah itu sekarang sedang menangis. Younghoon dan Juyeon mungkin terlalu asyik dengan dunia mereka sendiri sehingga lupa jika Hyunjoon masih ada di dalam mobil bersama mereka.

.
[Tbc]
.