Kalau perlu jujur, Younghoon tidak mau dihadapkan dengan kondisi Juyeon yang seperti ini. Bangun setiap tengah malam hanya untuk memuntahkan isi perutnya yang kosong membuat jam tidur mereka berkurang. Efek kehamilannya benar-benar membuat Juyeon lebih terlihat seperti orang sakit. Bukannya membuat nafsu makannya bertambah gara-gara hormon kehamilannya, Juyeon justru tidak bernafsu untuk sekedar makan apapun sehingga membuatnya akan pingsan selepas memuntahkan air.
Seperti saat ini, Juyeon kembali memuntahkan seluruh isi perutnya yang sebenarnya hanya berupa air semata. Dibantu Younghoon yang senantiasa akan mengelus punggungnya sembari memasang wajah khawatirnya.
Tidak jarang Juyeon mengeluhkan tenggorokannya yang sakit akibat terlalu sering muntah. Bukan hanya tengah malam, pagi, siang, bahkan sore, kadangkala tidak menentu kapan ia akan merasa ingin mengeluarkan seluruh isi perutnya.
"Mas," Younghoon mengalihkan tatapannya kepada Juyeon. Lelaki itu sedang menunduk dengan tangan yang bertumpu di atas wastafel. "Kamu tidur aja. Besok kan kamu kerja," Suruhnya dengan suara serak nan pelan miliknya.
Maka dengan cepat Younghoon langsung menjawabnya dengan gelengan kepala, "Kamu masih sakit gini masa aku tinggalin tidur? Udah mendingan belum? Masih mau muntah lagi nggak?" Tanya Younghoon dengan kekhawatirannya yang sepertinya semakin bertambah setiap ia tidak sengaja menatap langsung ke wajah pucat milik yang lebih muda.
"Udah kayaknya," Juyeon bisa merasakan perutnya sudah membaik. Lelaki itu memutuskan untuk tersenyum tipis, setidaknya agar dapat mengurangi rasa khawatir Younghoon akan keadaannya.
Juyeon kasihan dengan Younghoon yang mungkin terganggu dengan efek kehamilannya ini. Ketika Juyeon bangun dan pergi ke toilet karena ingin muntah, tidak lama Younghoon pasti akan menyusulnya sekedar untuk mengusap punggungnya. Juyeon sungguh merasa bersalah saat ia melihat wajah lelah Younghoon yang kurang tidur saat ingin pergi bekerja. Dia benar-benar merasa bersalah tentang kondisi suaminya tersebut.
"Kamu mau makan apa?" Tawar Younghoon dengan nada lembut miliknya. Mau sekesal apapun dirinya dengan Juyeon, Younghoon tetaplah tidak sanggup untuk sekedar menaikkan intonasi bicaranya. Terutama menyangkut dengan kondisi Juyeon yang sekarang.
Juyeon sedikit menimbang-nimbang akan tawaran suaminya. Ia tidak tega untuk membuat Younghoon pergi di tengah malam seperti ini hanya untuk mewujudkan keinginannya, sendirian malah. Namun, Juyeon juga tidak bisa menampik tentang bayangan makanan yang ingin ia makan malam ini juga.
"Mau ramen yang kemaren," Gumamnya sangat pelan sehingga Younghoon hampir saja tidak bisa mendengarnya sangat jelas.
Cukup lama bagi Younghoon untuk mengingat kembali akan restoran yang beberapa hari yang lalu sempat mereka datangi ketika Juyeon tiba-tiba berteriak agar mereka berhenti dan makan disana. "Restoran ramen yang kemaren?"
Juyeon mengangguk.
"Aku nggak yakin restorannya masih buka jam segini. Kamu yakin nggak mau ramen dalem cup?"
Juyeon menggeleng pelan.
Kalau sudah berhadapan dengan Juyeon yang sedang memasang wajah cemberut seperti ini, Younghoon sungguh tidak bisa berkutik lagi. Walau bagaimanapun Juyeon ini prioritas utamanya. Selagi ia bisa menurutinya, untuk apa Younghoon susah payah menolaknya?
"Yaudah, kamu tungguin bentar, oke? Aku nyari kunci motor sama jaketku dulu." Younghoon mengecup singkat pipi berisi milik istrinya. Membuat Juyeon langsung memalingkan wajahnya agar Younghoon tidak melihat bagaimana wajahnya yang kini bersemu merah. Bahkan sampai telinganya pun ikut memerah akibat sentuhan lembut dari bibir suaminya ke pipi chubby-nya.
"Hati-hati," Hanya kata itu yang keluar dari mulut Juyeon. Ia dilanda kebingungan untuk mengeluarkan kata hatinya atau tidak. Tindakan manis Younghoon sukses membuat pikirannya buyar seketika.
"Kalau kamu mau tidur, jangan ditahan. Nanti kalau aku udah sampai, kamu bakal aku bangunin."
Younghoon langsung melangkah pergi dari hadapan Juyeon. Secercah rasa bangga menyeruak dari dalam hatinya, Younghoon begitu perhatian padanya. Sangat pengertian. Juyeon merasa sangat beruntung karena Younghoon yang terlebih dahulu datang untuk melamarnya meskipun perjuangan Younghoon dulu terbilang sangat dipersulit oleh Ayahnya.
Juyeon justru merasa tidak pantas bersama lelaki sebaik Younghoon. Suaminya itu selalu jujur dengannya, bukan seperti Juyeon yang bahkan tidak jujur kepadanya tentang apa yang akhir-akhir ini terjadi kepadanya. Sampai hubungan mereka sudah sejauh ini, Juyeon tetap tidak ingin jujur untuk masalah yang satu itu.
Ia hanya tidak ingin kehidupan rumah tangganya terganggu. Juyeon egois, dia tidak mau Younghoon jatuh ke lain hati. Disamping hal itu, Juyeon justru terpikirkan satu hal yang selama ini ikut mengganjal di hatinya.
Mengapa ia tidak berkutik saat Jang Gyuri meminta agar gadis itu kembali bekerja dengan suaminya?
.
[Tbc]
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moira +Bbangju
FanfictionMas Younghoon sama Dek Juyeon udah nikah, tapi kok makin gemesin, sih? [Kim Younghoon - Lee Juyeon]