Kepulangan mereka bertiga ke rumah diiringi dengan sebuah keheningan. Baik Juyeon maupun Younghoon sama sekali tidak mengeluarkan suara meskipun sedari tadi si kecil tidak bisa diam dan terus mengajak kedua orang tuanya untuk mengobrol dengannya walaupun hanya jawaban singkat yang ia dapatkan dari keduanya.
Younghoon sendiri hanya memfokuskan diri untuk menyetir mobilnya. Sementara itu, Juyeon memilih untuk fokus memandangi jalanan yang ada disampingnya sembari sesekali menolehkan kepalanya ketika Hyunjoon memanggil namanya dari kursi belakang.
Hyunjoon mencebik bosan. Bocah itu menidurkan tubuh mungilnya di kursi yang kosong. Berulang kali merubah posisinya hingga tidak lama justru tertidur pulas dengan sebuah dengkuran halus keluar dari mulutnya.
Juyeon mengintip dari kaca depan. Setelah memastikan Hyunjoon benar-benar tertidur, Juyeon memutuskan untuk mengalihkan tatapannya ke arah Younghoon. "Mas, diemin aku, ya?" Tanyanya ragu.
"Bukannya kamu?" Balas Younghoon yang tadi sempat menolehkan kepalanya ke arah Juyeon sebelum akhirnya kembali menatap lurus ke depan. "Biasanya kamu yang paling banyak ngomong, tapi pas liat kamu diem kayak gini aku pikir mungkin kamu lagi kesel sama aku."
"Gitu, ya ..." Juyeon menundukkan kepalanya. Ragu untuk mengobrol lebih jauh dengan sang suami. Sepertinya Younghoon sedang dalam mood yang tidak bagus mengingat nada bicara dingin dari pria itu saat menjawab pertanyaannya.
Younghoon kembali menoleh, "Kamu marah sama aku, dek?"
Sontak dibalas gelengan kepala oleh yang lebih muda, "Nggak, kok! Emang marah gara-gara apa?" Juyeon sendiri lupa kapan terakhir kali mereka berbicara secanggung ini. Meskipun sudah pernah, Juyeon tetap tidak menyukai situasi seperti ini.
Sementara itu, Younghoon memilih untuk tertawa pelan. "Siapa tau bawaan bayi kamu jadi moody-an." Candanya sedikit terdengar diucapkan dengan nada datar. Juyeon tidak perlu bertanya lebih banyak, ia sangat tau bagaimana saat Younghoon marah. Dan sekarang ini adalah salah satu dari tanda jikalau pria itu sedang kesal kepadanya, entah karena apa.
"Dek," Younghoon menghela nafas berat. Kedua obsidian mereka saling bertemu. Membuat Younghoon perlahan menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Membentuk sebuah senyuman yang sangat tipis. "Kamu nggak lagi bohongin aku, kan?"
Juyeon seketika dibuat membisu. Ia sendiri sampai tidak menyadari jikalau mobil mereka telah berhenti di pekarangan rumah. Bibirnya seketika terasa kelu untuk berbicara, sekedar untuk menampik semua ucapan Younghoon yang memang benar adanya.
"Don't say 'yes', Ju." Younghoon menyentuh kedua bahu Juyeon. Alih-alih menjawab, Juyeon justru menangis. Hal itu sontak membuat Younghoon langsung menundukkan kepalanya. Ia tidak ingin diperlemah oleh wajah sedih istrinya. Younghoon butuh jawaban, bukan sebuah tangisan. "Please ..." Mohonnya lirih.
Ucapan Kevin setelah mereka kembali dari café tadi menjadi sebuah beban tersendiri baginya. Mengapa Juyeon memilih untuk bersembunyi jikalau seandainya istrinya ini memang tidak punya hubungan sama sekali dengan kliennya tadi?
Terutama ketika tadi ada nomor yang tidak dikenal tiba-tiba mengirimkan sebuah foto yang menampilkan Juyeon sedang dicumbu oleh seseorang yang Younghoon yakini perawakannya sangat mirip dengan sang klien yang ia temui di café tadi siang. Dan Juyeon terlihat sama sekali tidak melawannya.
"Muka kamu kenapa merah banget? Kamu ketularan flu dari Hyunjoon?"
"Nggak, ini cuman—tadi aku sempet lari-lari ke sini."
Jadi itu yang sebenarnya terjadi? Dan malam itu Juyeon benar-benar sedang membohonginya. Baju yang digunakan Juyeon malam itu dan yang terlihat dari foto sangatlah mirip. Younghoon berani memastikan jikalau yang ada di foto adalah Juyeon dan bukan sebuah editan.
"Aku nggak mau kelepasan marahin kamu, jadi aku pikir kayaknya kita butuh waktu buat sendiri."
.
[Tbc]
.Buat yang lupa, baca Chapter 18
![](https://img.wattpad.com/cover/232624971-288-k846896.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Moira +Bbangju
FanfictionMas Younghoon sama Dek Juyeon udah nikah, tapi kok makin gemesin, sih? [Kim Younghoon - Lee Juyeon]