Juyeon mengusap tengkuknya yang terasa sedikit gatal. Pria itu kini tengah dalam perjalanan pulang dari minimarket untuk mencari camilan yang nantinya akan ia berikan kepada Hyunjoon. Kasihan bocah itu harus menahan rasa pahit di mulutnya akibat terlalu banyak memakan obat dari dokter.
Entah perasaannya saja atau memang suasana jalan di perumahan yang ia tinggali ini memang terasa sesepi ini? Padahal setaunya ada banyak rumah disini dan hampir semuanya sudah ditempati oleh banyak keluarga.
Alih-alih merasa takut, Juyeon justru hanya berjalan santai. Tidak ada rasa curiga sama sekali, namun sebenarnya ia sedari tadi merasa seperti diikuti oleh seseorang.
Sadar jika ia memang sedang dikuntit, Juyeon langsung mempercepat langkahnya. Ini sudah malam hari, meskipun Juyeon berteriak atau apa, tidak ada jaminan seseorang akan menolongnya. Bahkan sepertinya Younghoon tidak akan bisa mendengar suaranya dari jarak sejauh ini.
Hingga tidak lama Juyeon merasakan pergelangan tangannya di tahan. Pria itu sontak mengayunkan kantung belanjaannya sehingga mengenai kepala milik orang yang menguntitnya dan membuat sosok tersebut langsung meringis seketika.
"M-maaf, aku nggak bermaksud-" Juyeon mengatupkan bibirnya. "Mas yang kemaren kerja di minimarket itu, ya?" Tanyanya memastikan. Demi apapun, Juyeon merasa jikalau ia benar-benar mengenal wajah orang di depannya ini.
Sosok itu mengangkat kepalanya, menatap Juyeon yang sedang memasang wajahnya tidak enak. "Maaf, aku pikir kamu orang jahat," Sesal Juyeon yang sangat merasa bersalah.
Tangannya bergerak menyentuh pipi milik pria didepannya. Sedikit memberi usapan di bagian yang tadi terkena pukulan kantung belanjanya.
Pria itu terdiam. Kedua matanya masih menatap ke arah sosok Juyeon yang nampak telaten mengusap pipinya. Wajah polosnya benar-benar kontras dengan sikapnya saat ini.
"Sakit, ya?"
Pertanyaan itu menyadarkannya. Juyeon tidak lagi menyentuh pipinya. Pria itu kemudian menggeleng kecil. "Nggak apa. Maaf kalau kamu takut gara-gara saya ngikutin kamu. Ngomong-ngomong saya cuman pengen ngasih dompet kamu, soalnya tadi saya liat ketinggalan di meja kasir. Ini punya kamu bukan?"
Pria tersebut menyodorkan sebuah dompet berwarna coklat tua kehadapan Juyeon. Maka dengan cepat Juyeon mengambilnya. Setelah mengecek isi dari dompetnya yang berupa kartu-kartu penting, Juyeon lantas mengangguk sembari menghela nafas lega.
"Makasih ya, aku nggak tau bakal sepanik apa pas tau ini ilang. Sebagai ucapan makasih aku, ini buat kamu—"
"Nggak perlu." Sebelum Juyeon mengeluarkan uang dari dompetnya, pria tersebut langsung menahannya. Sembari tersenyum, pria itu awalnya bergerak gusar. Juyeon terus-menerus menatapnya dan itu membuatnya sedikit gugup. "Saya nggak perlu imbalan, kok."
Entitas imut itu mengerjabkan matanya. Tidak mengerti akan ucapan bertele-tele dari sosok pria didepannya ini. "Tapi, saya pengen berterimakasih sama kamu," Desak Juyeon.
Pria tersebut tersenyum lebih lebar dari yang sebelumnya. Dia memang tidak terbiasa menerima imbalan dari siapapun yang ia tolong, namun entah mengapa untuk kali ini ia justru sangat ingin menuntut balas akan kebaikannya.
"Saya nggak minta dalam bentuk materi." Juyeon tersentak begitu mendapati tangan kanannya diraih oleh pria didepannya ini. Juyeon tidak tau, mungkin karena kaget ia sama sekali tidak tergerak untuk menarik kembali tangannya sekarang.
"Saya cuman pengen tau nama kamu, boleh?"
Bisa dibilang jikalau ia saat ini tertarik dengan entitas imut yang sudah dua kali bertemu dengannya tersebut.
Bagaimana mungkin ia tidak tertarik dengan sosok imut yang terlihat seperti anak kucing ini?
.
[Tbc]
.Scroll/slide ke bawah/samping lagi, hayuk <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Moira +Bbangju
Fiksi PenggemarMas Younghoon sama Dek Juyeon udah nikah, tapi kok makin gemesin, sih? [Kim Younghoon - Lee Juyeon]