"Kenapa kamu diam saja? Kamu takut dengan Rio?" Selidik Minho tak percaya, melihat Amber hanya diam dengan aksi dongsaeng nya yang membantu Irene itu, yang di tanya tak menjawab, karena memang dia tak tahu harus menjawab apa, Amber mendiamkan Rio agar status mereka tak terbongkar.
Air mata Irene mulai mengalir, Rose pun sedikit panik, mengeluarkan tisu dari dalam tas dan memberikan nya pada Irene.
"Sudah jangan menangis, kamu aman sekarang, tak perlu takut" hibur nya, Rio sendiri keluar dari kantin dan hanya menatap Irene, Jisoo dan Rose dari jendela, dia sengaja menjauh karena memang Rio itu tak mau dekat dengan orang asing yang belum dikenal nya, Jisoo melirik jendela dibelakang Rose, melihat Rio berdiri disana dia pun pamit.
"Rose, aku ke kamar mandi dulu" kode nya pada sang kekasih, untuk memberi ruang pada dua gadis itu.
Jisoo menyusul Rio berdiri di depan kantin, dia menyikut lengan Rio, membuat pemuda itu menoleh, Jisoo menyodori nya minuman kemasan, Rio menerima nya dengan senyum lebar.
"Gumawo hyung" ucap nya.
"Kenapa malah disini?" Tanya Jisoo.
"Aku hanya tidak nyaman dengan orang asing hyung" jawab Rio sekena nya.
"Kasihan dia, aku tak tahu kenapa kampus masih mempertahankan mahasiswa pembuat onar seperti Amber?" Keluh Jisoo membuat Rio terkekeh.
"Karena dia putra Kim Taeyeon, hyung" jawab Rio dalam hati.
Setelah beberapa saat, Joy dan Wendy pun menjemput Irene ke kantin.
"Unnie, maafkan kami yang terlambat datang" sesal Wendy
"Tak apa, untung ada Rose dan siapa tadi teman mu Rose?" Tanya Irene sungkan.
"Rio, nama nya Rio" jawab Rose
"Baiklah, terima kasih unnie, telah menolong unnie kami, kami permisi dulu" pamit Joy dan Wendy membawa Irene keluar dari kantin, Rio dan Jisoo menatap punggung tiga gadis yang baru keluar dari kantin, Rose memberi Rio sandwich yang baru di beli nya.
"Makanan mu di habiskan Irene" kekeh nya, Rio mengangguk, memakan sandwich telur pemberian sahabatnya itu.
"Jadi nama nya Irene?" Tanya Jisoo melirik Rio, seolah menyindir karena sang penolong tak penasaran dengan nama gadis yang telah di tolong nya itu, Rose terpingkal dengan ulah kekasih nya itu, sedangkan Rio, dia acuh berjalan sambil menikmati makanan nya dan menenteng minuman ditangan kiri nya, cuek dengan sindiran Jisoo.
Irene sampai di rumah dengan wajah murung nya, Jessica sang ibu mengerutkan kening nya menatap khawatir sang putri, dan tak berani bertanya, lebih memilih menunggu sang suami untuk diajak nya membicarakan sang putri.
Makan malam di rumah keluarga Im, pasangan suami istri itu saling melirik menunggu saat yang tepat.
Dan ketika Irene mulai mengangkat piring kotor hendak membantu sang eomma, Yoong menahan nya.
"Sayang, tunggu sebentar, appa ingin bicara" Yoong menahan tangan kiri sang putri.
"Yaa appa?" Irene kembali duduk, menatap serius wajah sang ayah.
"Appa lihat, dari sepulang bekerja tadi, wajah mu begitu murung, ada apa? Ceritakan pada appa" tanya Yoong, Irene menunduk.
"Tidak ada appa" bohong Irene.
"Sejak kapan putri appa mulai menyimpan rahasia nya sendiri sekarang? Tak butuh appa lagi ne?" Tanya Yoong sendu, tentu ini membuat Irene merasa bersalah.
"Tidak appa, bukan begitu, ini hanya tentang masalah di kampus dengan mahasiswa senior, tapi appa tak perlu khawatir, semuanya masih baik-baik saja" jelas Irene, Yoong menggenggam tangan sang putri.
"Jika masalah ini membuat mu tertekan, katakan pada appa ne" pesan Yoong.
"Ne appa" jawab Irene patuh, Jessica lega mendengar pembicaraan sang suami dan putri nya dari dapur, meski Irene kadang manja dengan sang ibu, tapi sebenarnya dia lebih dekat dengan sang ayah.
Dan pagi ini
Rio di jemput Rose seperti biasa, mereka bertemu Jisoo di parkiran kampus, Irene juga baru saja datang dengan Wendy, mereka berjalan menuju kelas, tapi di tengah lorong, mereka bertemu Amber dan kawan-kawan.
Glek
Irene menelan ludah takut, Amber berjalan memutari tubuh nya, Wendy mundur selangkah, karena dia juga segan dan takut pada seniornya itu.
Amber menatap mesum tubuh Irene dari atas kebawah dengan senyum miring nya.
"Mulai hari ini, ku pastikan kamu tak akan merasa tenang di kampus ini" bisiknya seduktif tepat dikuping kanan Irene dari belakang, gadis itu bergidik ngeri, hingga tanpa sadar, tas slempang nya telah berpindah tangan ke Amber yang langsung menggantungkan tas itu diatas pintu ruang kelas.
"Ambil lah jika kamu mampu, aku akan menunggumu disini, sampai kamu memohon pertolongan pada ku" seringai Amber, Irene tadi nya terdiam, tapi Wendy. . .
"Unnie, setengah jam lagi kelas kita dimulai" bisiknya mengingatkan, tak ada pilihan, Irene mendekati pintu kelas kosong itu dan melompat hendak mengambil tas nya, tapi gagal karena dia terlalu pendek, Wendy pun ikut mencoba nya, tapi tetap sama, karena dia juga tak lebih tinggi dari Irene, hampir seperempat jam kedua nya bergantian melompat untuk mengambil tas, yang selalu gagal, Amber, Henry dan Minho hanya terpingkal menganggap Irene dan Wendy seolah sedang melakukan hal yang lucu.
Dari arah depan, Rio berjalan dengan Rose dan Jisoo ke arah Irene, mereka bertiga menatap serius pemandangan yang masih jauh dari mereka itu.
"Bukan nya itu Irene?" Gumam Jisoo.
"Huft, dan Amber yang masih membully nya" sahut Rose, mereka pun semakin dekat, dan benar saja, Rose mengeram kesal melihat aksi tengil Amber.
Rio, dia mendekati Irene lalu meraih tas gadis itu dengan mudah karena tinggi tubuhnya yang diatas rata-rata.
"Hah" kaget Irene yang untuk kedua kali nya diselamatkan oleh Rio.
Pemuda itu mengulurkan tas pada sang pemilik, Irene masih tertegun, tapi dia masih tersadar untuk menerima uluran Rio, Amber dan kawan-kawan nya langsung terdiam, tak ada lagi tawa yang terdengar dari mulut ketiga pria itu lagi.
"Ayo pergi" ajak Amber, yang langsung meninggalkan tempat dia membully Irene.
"Kamsahamnida oppa, maaf kami harus buru-buru" pamit Wendy tergesa, dia lalu menarik tangan kanan Irene dan mengajaknya berlari menuju kelas, Irene masih menatap Rio, tapi pria itu mengabaikan nya.
"Rio, jika Amber takut pada mu, kenapa kamu tidak memukul nya?" Tanya Jisoo kesal, karena sudah dua kali dia melihat Amber selalu tak berkutik jika di hadapan Rio.
"Kekerasan tak akan menyelesaikan masalah" jawab Rio bijak.
"Aku curiga, dia lebih senior dari mu, tapi kenapa dia begitu segan pada mu, ada apa dengan kalian?" Tanya Jisoo mengejar Rio yang mulai melanjutkan jalan nya menuju kelas.
"I don't know" jawab Rio menggedikan kedua bahu nya.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Salah Cinta
Fanfictioncinta segitiga antara Irene, gadis cantik yang begitu penyabar dan pendiam, dan dua pria kakak beradik Kim Limario dan hyung nya Kim Amber.