Turun dari bus, suasana canggung masih meliputi keduanya, mereka melanjutkan perjalanan ke rumah Irene dengan berjalan kaki, Rio nampak kikuk, berkali-kali tangan nya mengusap tengkuk nya gelisah, Irene sendiri menggigit bibir bawahnya menahan senyum bahagia dan malu-malu nya, tak ada yang berani saling menatap, dan seperti mendapat dorongan dari hatinya sendiri, Rio berusaha meraih tangan kanan Irene dengan tangan kiri nya, dan sang gadis pun merespon nya, lima menit awal, Rio hanya berani menggenggam ibu jari kekasih nya, Irene sendiri terkekeh dengan tingkah Rio, lalu dia lah yang berinisiatif untuk menggenggam seluruh telapak tangan rio yang begitu lebar, mereka tersenyum bahagia tanpa berani saling memandang, debaran yang mereka rasakan bisa saja akan membuat jantung nya copot karena saking hebat nya.
Tiba di rumah, keduanya saling berhadapan, Irene menunduk malu karena Rio terus menatap nya.
"K-kita sampai oppa" gagap nya, setelah baru saja mereka resmi jadian, Irene malah jadi mudah diserang rasa gugup sekarang.
"Ah, ne ne" ujar Rio, salah tingkah karena lupa jika sudah sampai di tempat tujuan.
"A-aku masuk dulu oppa" situasi benar-benar sangat canggung.
"Tentu, masuklah" jawab Rio tanpa melepas genggaman tangan nya pada tangan Irene, gadis itu terkikik lalu menggoyang-goyangkan tangan nya untuk memberi kode pada Rio.
"Aku tak ingin melepaskan nya, rasanya begitu berat" goda Rio yang sejujurnya hanya untuk menutupi rasa malu nya, Irene semakin ingin terbang rasanya karena terlalu bahagianya.
"Aku juga oppa" balas Irene lirih, malu jika Rio mendengar nya, tapi bukan kah mereka sedang berhadapan dan begitu dekat, otomatis Rio pasti mendengar nya, pemuda itu tersenyum.
Cup
Rio mencium kepala Irene.
"Masuklah, oppa pulang dulu ne" pamit nya, tautan jari mereka pun terlepas dengan berlahan, Irene tersenyum manis pada Rio yang masih menunggu nya diluar pintu gerbang sampai kekasihnya itu masuk.
"YESS" teriak Rio kesenangan sambil melompat-lompat dan mengepalkan tangan kanan nya, sementara dari arah berlawanan muncul sepeda motor milik Yoong, ayah Irene itu berpapasan dengan Rio yang bertingkah aneh.
Yoong mengerutkan kening nya menatap Rio, yang ditatap pun membungkuk menyapa orang yang tak dikenalnya itu untuk menyamarkan rasa malu nya.
Sementara di balik pintu rumah Yoong, Irene terus tersenyum senang sambil meremas dan memukuli ringan dada kirinya sendiri.
Ceklek
Yoong membuka pintu dari luar.
"Eh, appa" sambut Irene salah tingkah.
"Orang yang aneh" gumam Yoong memasuki rumah nya.
"Aku tidak aneh appa" bela Irene, Yoong yang sedang melepas jaketnya pun terkejut.
"Appa tidak bilang kamu aneh sayang, tapi pemuda tadi, yang appa temui di depan rumah" jawab Yoong.
"Dia melompat-lompat sendiri sambil berteriak-teriak yess yess tak jelas" terang Yoong, tawa Irene pun pecah, mendengar suami dan anaknya berbincang Jessica pun keluar dari dapur.
Yoong melirik sang istri seolah bertanya "ada apa dengan putri kita?" Dan Jessica hanya menggeleng curiga, Irene langsung terdiam begitu tahu sang ayah menatapnya serius.
"Ini tidak ada hubungan nya dengan pemuda tadi kan?" Goda sang ayah bercanda, karena Irene biasanya tidak tertawa selepas ini.
"Appa" rengeknya malu, memukul lengan sang ayah, Yoong bukan nya menebak, dia hanya menggoda sang putri.
Keesokan hari nya, Irene keluar kamar dengan wajah ceria nya.
"Eomma masak apa hari ini?" Tanya nya pada Jessica, sang ibu berbagi tatapan menyelidik dengan sang suami, melihat keceriaan sang putri yang tak seperti biasanya.
"Eomma membuat puding untuk mu pulang kuliah nanti, dan pagi ini, kita sarapan sup gamjatang dulu ne" jawab sang ibu tersenyum.
"Ne, tapi puding nya Irene bawa ke kampus saja ne" ijin Irene, Jessica mengangguk ragu.
Yoong curiga, selama perjalanan mengantar sang putri ke kampus, Irene yang di bonceng nya itu terus tersenyum, sang ayah melihat itu dari kaca spion motor nya, dalam hati dia bertanya "apa yang membuat sang putri seceria ini? Sebahagia ini?".
"Irene masuk dulu appa" pamit sang putri setelah turun dari motor ayah nya.
Yoong hendak mencium kepala sang putri, tapi Irene menolaknya.
"Appa, Irene malu" tolaknya, Yoong pun kecewa, tak seperti biasanya, kenapa sekarang tiba-tiba sang putri malu menunjukan kedekatan mereka.
"Iya iya, belajar yang rajin ne" pesan Yoong mengusap sendu rambut sang putri yang tiba-tiba berubah.
Irene berjalan sendirian memasuki lobby kampus yang masih lumayan sepi, lalu
Cup
Sebuah kecupan mendarat dikepala belakangnya, gadis itu spontan menoleh
"Oppa" manja nya begitu tahu jika Rio sang kekasihlah pelaku nya.
"Morning" balas Rio dengan senyum khas nya.
"Aku sengaja menunggumu disini, ayo aku antar ke kelas mu" ujar Rio.
Siang nya, Rose curiga melihat kedatangan Rio bersama Irene, sahabatnya itu berpamitan ke toilet tadi, tapi bagaimana bisa sekarang datang bersama Irene, keduanya bahkan duduk berdampingan.
Malam hari nya dikamar pasangan Yoonsic, Jessica memeluk tubuh suami nya dari belakang, dia khawatir karena Yoong yang nampak murung semenjak pulang bekerja tadi.
"Yeobo, apa ada masalah di kantor, ceritakan pada ku, jangan dipendam sendiri" tanya Jessica, Yoong menoleh, menghela nafas, lalu berbalik menghadap sang istri, menatap sedih kedua mata Jessica.
"Putri kita, hari ini, untuk pertama kali nya dia menolak ciumanku saat aku mengantarnya ke kampus tadi" cerita Yoong.
"Bukan kah itu aneh? Atau dia sudah tidak membutuhkan ku sebagai appa nya lagi?" Adu Yoong.
"Dia putri mu oppa, jangan berkata seperti itu, sampai kapan pun, seorang anak pasti akan selalu membutuhkan kedua orang tua nya, terutama oppa sebagai ayah nya" hibur Jessica.
"Kita cari dulu, alasan apa yang membuat putri kita berubah, aku juga curiga, karena dia sering membawa makanan ke kampus sekarang" lanjut Jessica yang kemudian memeluk suami nya.
"Sekarang oppa tidur ne" ucapnya sambil mengusap punggung Yoong untuk menyamankan sang suami.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Salah Cinta
Fanfictioncinta segitiga antara Irene, gadis cantik yang begitu penyabar dan pendiam, dan dua pria kakak beradik Kim Limario dan hyung nya Kim Amber.