8. Mengantarmu Pulang

1.4K 218 61
                                    

"Oppa mau lagi macaroon nya?" Tanya Irene, Rio mengangguk lucu.


"Besok aku bawakan lagi untuk oppa" hibur Irene.


Dreet. . . Dreet. . .


Ponsel Rose bergetar, gadis chipmunk yang sedang menikmati makan siang nya itu pun meraih benda pipih yang berada di samping piring nya itu, dan membaca pesan yang masuk ke ponsel nya.



"Rio-yaa, Irene-ahh, seprtinya aku tak bisa memberi kalian tumpangan hari ini, aku harus menjemput mommy di bandara" beritahu Rose.


"Ok" jawab Rio dan Irene yang mengangguk paham, Rose langsung berdiri.


"Ayo, kita ada kelas terakhir sebentar lagi" ajak nya pada Rio, mereka berempat pun keluar dari kantin tepat berpapasan dengan Amber dan teman-teman nya yang hendak masuk ke dalam kantin, dia berhenti, menatap Irene yang melewati nya dan sibuk mengobrol dengan Rose, Rio pun juga dengan acuh nya melewati sang hyung.

"Sepertinya dia memang benar-benar membenci mu" gumam Henry mendapat tatapan tajam dari Minho.


Sepulang kuliah, Rio berjalan sendirian keluar dari pintu gerbang kampus nya, tak jauh di depan nya, Irene juga nampak hendak menyeberangi jalan raya, menuju ke halte sendirian.



"Irene-ahh" panggil Rio, spontan Irene menoleh.


"Oppa" balas nya tersenyum sumringah.

Gadis itu pun menunggu Rio menyusul nya, mereka kemudian menyeberang jalan berdua, dan menunggu bus bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis itu pun menunggu Rio menyusul nya, mereka kemudian menyeberang jalan berdua, dan menunggu bus bersama.

"Ayo, bus kita sudah datang" Rio berdiri, lalu membiarkan Irene masuk duluan, mereka duduk berdampingan dengan suasana yang sedikit canggung, Irene terus menunduk dan Rio yang fokus menatap depan.


"Sudah sampai" Rio memberitahu Irene


"Lho, oppa sendiri?" Heran Irene karena Rio melewati rumah nya dan malah ikut dia turun.



"Aku ingin mengantar mu" jawab Rio jujur, dengan senyum lebar di bibir nya.

Hati Irene terasa menghangat mendengar jawaban Rio, ditambah senyum itu, membuat dia terjatuh, semakin dalam pada pesona pria sederhana yang mengantar nya pulang itu, mereka pun berjalan berdampingan menuju rumah Irene

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hati Irene terasa menghangat mendengar jawaban Rio, ditambah senyum itu, membuat dia terjatuh, semakin dalam pada pesona pria sederhana yang mengantar nya pulang itu, mereka pun berjalan berdampingan menuju rumah Irene.

"Kenapa kamu lebih memilih mengambil jurusan arsitektur?" Tanya Rio pada Irene, memulai obrolan nya.



"Aku hanya ingin mewujudkan impian appa, dulu dia ingin menjadi arsitek, tapi kakek ku tak sanggup membiayai kuliah nya yang mahal" jawab Irene, Rio menatap wajah samping Irene, dia mengagumi kecantikan gadis mungil itu, jantung nya akan tiba-tiba berdebar hebat, tiap mata mereka tanpa sengaja bertatapan.


"Appa hanya lulusan sekolah menengah, tapi aku bangga, berkat kepandaian nya, appa bisa bekerja di perusahaan sebesar Kim" cerita Irene, Rio awalnya terkejut, tapi dia berusaha menutupinya.

"Oppa sendiri kenapa memilih bisnis?" Irene balik bertanya.



"Aku tidak tahu, mommy yang menyuruh ku, sebenarnya aku juga ingin menjadi arsitek, tapi mommy memaksa, sampai dia menangis" jawab Rio tanpa menatap sang gadis yang memperhatikan nya dengan serius.

"Mommy mu pasti memiliki alasan yang tepat, kenapa memaksa oppa mengambil jurusan bisnis" balas Irene untuk menghibur Rio.

"Iya, dan aku juga tidak menyesali keputusan ku" jawaban Rio membuat Irene kagum, karena di jaman sekarang, jarang ada seorang anak, yang masih mau diatur oleh orang tua nya, terlebih anak laki-laki.

"Kita sudah sampai oppa, ayo masuk lah dulu" ajak Irene.

"Tidak, terima kasih, aku pulang saja, sudah sore, yang penting kamu sudah sampai di rumah dengan selamat" ucap Rio membuat Irene tertegun.

"Masuklah, aku pulang dulu ne" pamit Rio mengusap kepala Irene sebelum beranjak meninggalkan sang gadis yang mengigit bibir bawahnya untuk menahan agar dia tak berteriak saking senang nya dengan perlakuan Rio.

Irene memasuki rumahnya dengan senyum layaknya orang yang sedang dimabuk asmara, dan Rio sendiri berjalan pulang juga sambil tersenyum dan terus menggeleng mengusir bayangan senyum Irene yang tak kunjung menghilang dari pikiran nya.

Disaat Rio sedang menunggu bus di halte, sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan nya.


"Mommy" kaget Rio begitu kaca pintu belakang terbuka, Tiffany memberi kode agar si bungsu masuk ke dalam mobil nya.



Bugh



Rio menutup pintu penumpang belakang, duduk disamping sang mommy.




"Darimana? Kenapa bisa berada disini?" Tanya Tiffany perhatian, tangan kanan nya terulur untuk merapikan rambut sang putra.


"Mengantar teman momm" jawab Rio kelepasan.



"Ma-maksudku dari rumah teman kuliah" ralatnya tergagap, Tiffany mengerutkan kening nya curiga, sementara Seulgi sang supir dan Seohyun asisten sang mommy tak kuasa menahan tawa di depan, karena kepolosan Rio yang sampai kelepasan.



"Apa beda nya? Intinya sama kan, kamu dari rumah nya" ucap Tiffany menyelidik, Rio menggaruk tengkuknya yang tak gatal karena bingung dan malu harus menjawab apa.




"Siapa nama nya?" Goda Tiffany dengan senyum lucu nya.




"Momm" rengek Rio salah tingkah.



"Kamu menyukai nya?" Goda sang mommy semakin menjadi, Rio menggeleng sambil tersenyum tak berani menatap sang mommy karena saking malu nya.



"Jangan bohongi mommy, orang yang sudah mengandungmu selama sembilan bulan, menyusui mu selama dua tahun, merawat dan membesarkanmu sampai sekarang" ujar Tiffany pura-pura sedih.




"I don't know momm" jawab Rio lirih sambil menunduk memainkan jari tangan nya dengan gelisah.



"Rio hanya merasa selalu ingin di dekatnya, melindungi nya, jantung ini selalu berdetak lebih cepat ketika dia menatap mata Rio, dan senyum nya. . . " Rio menggantungkan kalimat nya, Tiffany menunggu dengan rasa penasaran, begitu juga dengan Seohyun dan Seulgi yang saling lirik menanti Rio melanjutkan ucapan nya.



"Senyum nya?" Tanya Tiffany, Rio mendesah.



"Senyum nya tak bisa hilang dari pikiranku" jujur nya polos, Seulgi dan Seo mati-matian menahan tawa, tapi gagal untuk tidak terpingkal.


Fix, anak mommy jatuh cinta, Tiffany tersenyum, dengan tingkah Rio yang selalu apa ada nya, di depan sang mommy.




"Oh ya? Seperti apa senyum gadis itu?" Tanya nya lagi pada Rio, seolah yang dia ajak bicara adalah anaknya yang masih berusia sepuluh tahun.




"Ini tak bisa dijelaskan dengan kata-kata momm, tapi yang jelas, ketika dia tersenyum, rasanya aku ingin waktu berhenti saat itu juga" Rio berkata sambil menerawang membayangkan Irene sambil tersenyum sendiri.



"Astaga" gumam Seo menggeleng tak percaya  mendengar cerita Rio yang begitu gamblang nya pada sang mommy.




#TBC

Bukan Salah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang