14. Seperti Anak Sendiri

1.6K 214 30
                                    

"Sayang, ayo bantu eomma menyiapkan makan siang" bujuk Jessica pada sang putri.

"Tidak, biasanya eomma juga bisa sendiri" sungut Irene yang masih bergelendot manja di lengan Rio yang sedang mengobrol dengan sang ayah, pemuda itu jadi tersenyum sungkan, karena merasa dia lah penyebab Irene jadi berani menolak sang eomma, Rio menepuk-nepuk punggung tangan sang kekasih.

"Aku tak akan kemana-mana, bantu lah eomma, ne" bujuknya halus, Irene tak kuasa menolak ketika Rio sudah berkata sedemikan lembut pada nya, dia lantas berdiri dan berjalan menuju dapur menyusul Jessica.

"Aku iri dengan mu, yang mampu menakhlukan putriku dalam waktu yang sangat singkat" gumam Yoong cemburu, Rio hanya tersenyum.

"Rio-yaa, aku belum tahu nama marga mu siapa?" Tanya Yoong

"Marga ku Hwang appa, Hwang Limario" jawab Rio.

"Pekerjaan orang tuamu?" Selidik Yoong.

"Pengusaha dalam bidang jasa, tapi masih kecil-kecilan lah appa, mudah-mudahan Rio nanti yang bisa membesarkan nya" balas Rio.

"Yaa, bangunlah usaha orang tua mu jadi sebesar perusahaan Kim nanti nya, tempat appa bekerja" bangga Yoong.

"Sampai saat ini, tempat appa bekerja belum mengumumkan siapa yang akan menjadi pengganti boss besar nanti, entah apakah pewarisnya mampu mempertahankan eksistensi nama Kim di pasar ekonomi dunia, khusus nya di Asia" cerita Yoong, Rio hanya manggut-manggut pura-pura tak tahu apa-apa.

"Makan siang sudah siap" panggil Irene dengan wajah sumringah nya.

"Ayo oppa" ajaknya menarik tangan Rio menuju meja makan, Jessica mengambilkan nasi dan lauk untuk sang suami, saat akan mengambilkan untuk Rio, Irene menyela nya.

"Biar aku saja eomma, gadis itu kemudian berdiri, melayani Rio layaknya suami.

"Aku cemburu" cibir Yoong iri melihat sang putri yang begitu perhatian dengan Rio, Irene terkikik malu mendengar ucapan sang ayah.

Selesai makan Rio diajak Yoong ke teras belakang, menikmati teh, dan cake buatan Jessica, sedangkan para wanita mencuci bekas makan mereka.

"Appa mendukungmu untuk menjadi pengusaha, melanjutkan bisnis orang tua mu, jangan kecewakan mereka, jangan main-main dengan pendidikan mu ne" nasihat Yoong seperti pada anak nya sendiri.

"Ne appa" jawab

"Appa tak peduli mau sesukses apa kamu nanti, asal kamu bertanggung jawab pada putri appa satu-satunya saja, appa sudah cukup, kebahagian Irene adalah yang utama untuk appa" lanjut Yoong, dia menoleh ke pintu dapur dan menampakan sang putri tersenyum lebar disana.

"Appa masuk dulu ne" pamit Yoong yang ingin memberi waktu untuk sang putri.

"Oppa, kenapa cake nya tidak dimakan?" Tanya Irene yang melihat cake milik Rio masihlah utuh.

"Aku merasa tak enak dengan appa tadi" jawab Rio menggaruk tengkuk nya yang tak gatal.

"Makanlah oppa" Irene pun menyuapi Rio

"A-aku bisa makan sendiri" tolak Rio gugup, dia takut orang tua Irene akan melihat nya.

"Tidak, buka mulut mu oppa?" Paksa nya, Jessica menggeleng mendengar dominasi sang putri atas Rio yang selalu mengalah.

Semenjak itu, setiap hari minggu, Rio selalu menghabiskan waktu nya di rumah sang kekasih.

Pagi ini, wajah Irene nampak begitu lelah, seperti tak ada energi, karena dia habis bergadang semalam untuk belajar, hari ini dia ada ujian, berjalan memasuki lobby kampus menuju kelas nya sendiri, tapi, dari arah berlawanan, nampak Amber dan teman-teman nya menghadang Irene.

Bukan Salah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang