24. Hamil

2.8K 239 44
                                    

"Irene-ahh, aku pulang terlambat malam ini, jadi jangan tunggu aku ne" pesan Amber sebelum berangkat kerja pada sang istri, Irene menunduk sambil mengangguk, dia memang enggan untuk menatap Amber.




Malam nya Irene ke kamar Rio, menemani nya belajar, sambil mengobrol.



"Aku merindukan suasana kampus" adu Irene yang duduk diatas ranjang Rio, pemuda itu sedang mengerjakan tugas nya.



"Kenapa tak meminta untuk melanjutkan kuliah saja?" Tanya Rio, Irene menggeleng.




"Jika dia mengijinkan ku kuliah, tentu dia tak akan memaksa ku droup out dari kampus waktu itu" jawab nya.



Irene kembali ke kamar nya lebih cepat, karena dia tak tahu Amber akan pulang jam berapa, dan benar, setengah jam kemudian, Amber masuk ke dalam kamar nya dengan kondisi mabuk berat, dia langsung ambruk diatas ranjang nya, sebagai istri, Irene tentu tak bisa membiarkan sang suami begitu saja, dia lalu membuka jas dan sepatu Amber, menaikan kedua kaki nya keatas kasur dan menyelimuti nya.



Pagi nya, Amber gelisah, berkali-kali dia menggaruk kepala nya yang tak gatal, Irene menjadi risih sendiri melihat kegelisahan suami nya, penyakit gemar berpesta sang suami kambuh, Amber bingung mencari alasan untuk Irene jika dia akan pulang malam lagi, padahal Irene tak peduli mau Amber pulang atau tidak.


"Hari ini, daddy memintaku mewakilinya bertemu klient dari China" alasan nya kali ini, Irene lagi-lagi mengangguk.




"Kata kan sesuatu" tegur Amber yang memang kesal Irene tak pernah mau berbicara pada nya.




"Ne" singkat nya membuat Amber menghela nafas kesal.




"Apa susahnya berbicara dengan suami sendiri? Selama kita menikah, belum pernah aku berbicara dengan mu, apalagi mendengar suara mu, nama ku saja tak pernah kamu sebut setiap kita bercinta, dan aku tak tahu apa alasan nya" keluh Amber, dia lantas meninggalkan Irene di kamar nya.





"Karena aku membencimu, kamu bukanlah orang yang aku cintai" teriak Irene dalam hati.




Rio melirik hyung nya yang langsung keluar rumah sendiri tanpa sarapan, dalam hati Rio bertanya, kemana Irene, dia lalu pura-pura kembali ke atas, padahal untuk mengechek Irene.




"Apa yang terjadi?" Tanya Rio begitu Irene membuka pintu kamar nya, tangan kanan nya terulur untuk membelai pipi tirus Irene yang sekarang juga kurus.


"Tidak ada apa-apa oppa, aku baik-baik saja" jawab Irene.



"Istirahatlah ke kamar ku, di kulkas dekat meja belajar ada banyak makanan, kamu belum sarapan kan? Aku mau berangkat kuliah dulu" pamit Rio.




"Ne, hati-hati oppa" pesan Irene, Rio pun mencium kepala wanita itu sebelum berangkat kuliah.




Malam nya, Amber kembali pulang dalam kondisi mabuk berat, sudah dua bulan mereka menikah, dan sifat asli nya mulai terlihat sekarang, dan dua minggu terakhir, dia juga tak mengajak Irene bercinta, karena dalam setiap pesta yang dia gelar dengan teman-teman nya, pasti akan selalu menyediakan gadis-gadis cantik dengan bayaran mahal.




Dan pagi itu, Irene meremas handuk milik sang suami di dekapan nya, perasaan nya ragu juga was-was, hendak mengatakan pada sang suami yang sedang menyisir rambut nya di depan cermin.




"Oppa" panggil nya, Amber langsung menghentikan kegiatan nya, menoleh tak percaya karena Irene memanggilnya.




"Ne yeobo" balas nya tersenyum manis, yang menurut Irene begitu menjijikan di depan mata nya.




"Seperti nya aku hamil" beritahu Irene to the point.



Jreng. . . Jreng. . .




Amber mematung mendengar penuturan Irene, wajahnya terbelalak tak percaya.




"Aku belum yakin, karena aku belum memeriksakan nya" gugup Irene takut, karena Amber hanya diam.


Amber meraih ponsel nya, dengan terburu-buru dia menelpon Yuri.


"Belikan aku lima alat test kehamilan dengan merk yang berbeda-beda, dalam waktu sepuluh menit alat itu belum juga di tangan ku, nyawamu taruhan nya" perintah Amber dingin, Irene beringsut takut, karena reaksi Amber yang demikian.



Sepuluh menit kemudian, Amber menyuruh Irene untuk mengetest nya di kamar mandi, bahkan sang istri tak berani keluar, karena belum tentu hamil saja, reaksi Amber sudah seperti ini.




Dor. . . Dor. . .





"Irene-ahh, buka" teriak Amber dari luar kamar mandi, dia penasaran dengan hasil test kehamilan sang istri.




Ceklek



Irene mundur begitu Amber merangsek masuk, berjalan menuju wastafel di mana kelima alat itu berada.




Deg




Kelima nya menunjukan dua garis biru, yang artinya positif.




"Bodoh"



Plak




Amber mengamuk, dia menampar sang istri yang sedang hamil muda.




"Aku belum siap untuk menjadi ayah!" Teriak nya marah.





"Aku masih ingin bersenang-senang tanpa harus di ganggu dengan suara tangis bayi, bodoh" maki nya meneriaki Irene yang jatuh terduduk didalam kamar mandi karena amukan nya.




Irene menangis, dan Amber meninggalkan nya begitu saja, menuju ke kampus untuk bertemu Minho dan Henry, Amber tak jadi berangkat bekerja, dan lebih memilih menceritakan kegelisahan nya pada dua mahasiswa abadi sahabat nya itu.




"Lalu apa masalahnya kalau Irene hamil, dia istri mu, wajar kan seorang wanita hamil karena ulah suami nya?" Bingung Henry.




"Aku hanya tak ingin milik Irene berubah rasa nanti" gumam Amber terkekeh




"Astaga" Minho memukul kepala belakang Amber yang hanya tercengir tanpa dosa.



"Entahlah, aku hanya merasa tidak suka dia hamil, aku hanya ingin dia untuk ku saja, tidak untuk ku bagi dengan makhluk kecil yang tak bisa apa-apa yang bernama bayi" alasan Amber.




"Kamu aneh" geleng Minho, Henry mengangguk menyetujui perkataan sahabatnya itu tentang Amber.


Yoong membawa motor nya ke rumah Taeyeon, untuk mengantar proposal yang sudah di susun nya, lembur, untuk dia serahkan pada sang boss besar, tak sengaja dia melihat sang putri dari jendela kamar dilantai atas, hati Yoong berdenyut nyeri melihat wajah Irene yang lebam di sudut bibir dan tulang pipi nya, dua bulan menikah, Amber hanya sekali membawa nya pulang ke rumah waktu itu, setelah nya, Yoong belum bertemu lagi dengan sang putri.



Sesampai di rumah, Yoong pun murung, dia menceritakan apa yang dia lihat pada sang istri, dan ini sukses membuat Jessica menangis dalam pelukan suami nya.







#TBC

Bukan Salah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang