Kekuasaan

430 83 10
                                    





"Wah sepertinya kita sudah ditakdirkan bersama. lagi lagi satu kelas." Ucap Joy yang gembira saat ini.

"Ya aku senang sekelas dengan kalian. Jadi ada yang membantuku mengerjakan tugas hehe!" ucap Jieun juga dengan wajah tanpa dosanya.

"Kau memang semalas itu ji. jika sudah menyangkut pembelajaran. Tapi jika sedang melatih vokalmu itu. Kau bisa menghabiskan waktu berjam-jam bahkan seharian penuh." Sindir Irene.

"Karena aku menikmatinya." Jawab Ji eun singkat.

Musik sudah tertanam dalam dirinya sejak kecil. Menjadi penyanyi adalah mimpi terbesarnya.

Kini ketiganya sedang berjalan menuju kelas yang sudah ditentukan. X IPA 4. Sepanjang perjalanan semua mata pria seakan terhipnotis oleh visual ketiga wanita itu. Terutama Ji eun. Irene dan Joy juga tak kalah cantik. Sepertinya mereka bertiga akan populer disini.

Sesampainya di kelas mata Ji eun tertuju pada meja paling belakang ruangan. Ji eun melangkahkan kaki nya yakin menuju meja tersebut.

"Maaf__Aku ingin duduk di sini. Bisa kau pindah?" Tanya Jieun pada pria yang sudah lebih dulu menempati meja.

"Oh ya silahkan. Tidak masalah." Pria itu dengan ramah menyerahkan mejanya begitu saja kepada Jieun.

"Emmm, Lagi-lagi kau selalu berusaha mendapatkan apapun yang kau mau. Padahal masih banyak meja kosong disini. Untungnya mereka tak menolakmu ji." Ungkap Joy tak heran.

"Pesona Ji eun memang kekuatan terbesarnya." Irene melanjutkan.

Irene dan joy juga memilih tempat duduk tepat di depan Ji eun.

"Jika ku perhatikan, sepertinya sekolah ini memiliki banyak pria tampan." Joy kembali melanjutkan pembicaraan mereka.

"Hmm apa pentingnya itu." Irene setengah kesal menanggapi.

"Hey!! kau lupa teman kita satu ini hobinya mengoleksi pria-pria tampan." Ledek joy

"Ji eun yaaaa. Kapan kau akan berhenti dengan semua itu. Kau tidak kasihan dengan perasaan para pria yang kau mainkan?"

"Sampai aku lelah." Jawab Ji eun singkat.

"Terserahlah. Teman ku ini benar-benar sudah tidak waras. Aku hanya takut kau akan menerima karmanya suatu saat nanti." Lanjut irene.

"Sudahlah ren. Biarkan dia bersenang- senang. Umur kita masih terlalu dini untuk menjalin hubungan serius. Benarkan ji."  Joy menyakinkan.

"Jadi apa kau sudah menemukannya." Lanjut Joy lagi.

"Nam jon".... "senior kelas 12." Jawab Ji eun.

"Sudah ku duga." Joy bertepuk tangan . Merasa kagum melihat kegilaan sahabatnya.



******


Sudah 3 bulan berlalu. Setiap hari di mejanya, Ji eun selalu menerima surat, coklat, dan hadiah-hadiah lainnya. Itu membuat banyak wanita di sekolahnya iri pada Ji eun. Di tambah lagi Ji eun sekarang berpacaran dengan senior kelas 12 yang lumayan populer di sekolah. Sejak hari itu Ji eun sudah jadian dengan Nam jon. Tak butuh waktu lama bagi Ji eun untuk memenangkan hati pria yang di inginkannya.

"Bisa tidak kau berhenti tebar pesona di sekolah ini."

Seorang gadis berpenampilan cukup mewah itu menahan Jineun yang baru saja ingin menuju kantin.

"Yak! Kim Yeri. Apa urusan mu." Irene melerai dengan tatapan sinisnya.

"Kau!! Kau itu terlalu tebar pesona disini. Itu membuat ku risih." Jawab yeri. Wajahnya memerah seperi akan meledak.

Namun Ji eun tetap melanjutkan langkah tak peduli dengan apa yang di lakukan gadis aneh itu. Di susul kedua sahabatnya.

"Kau dengar aku tidak!" Yeri kembali menarik rambut Ji eun.

Kim Yeri, sangat iri melihat Ji eun begitu di sukai di sekolah. Semua perhatian tertuju pada Ji eun. Padahal menurut Yeri, ia lah yang tercantik. Yeri juga merupakan anak pemilik sekolah ini. Jadi sudah di pastilan gadis itu berani melakukan apapun.

Irene dan Joy yang melihat perkelahian keduanya sangat terkejut.  Baru kali ini ada orang seberani itu dengan Ji eun. Ji eun membalikkan badannya dan menarik balik rambut Yeri. Perkelahian pun  berlangsung cukup lama dan sekarang Ji eun berserta Yeri berakhir di kantor guru.

Kepala sekolah sangat pusing. Ia sudah mondar mandir sejak tadi. Dua siswi di hadapannya duduk saling membelakangi.

"Kim Yeri! Cepat minta maaf pada Ji eun sekarang." Pinta kepala sekolah.

Yeri terkejut. Bagaimana bisa? Mengapa harus ia yang meminta maaf kepada gadis caper itu. Jika di lihat kembali sebenarnya memang Yeri yang mencari masalah lebih dulu. Tapi sebagai anak pemilik sekolah bagaimana bisa ia di perlakukan seperti ini. Ji eun yang mendengar itu tetap santai mempertahankan posisinya. Ia hanya sesekali menarik nafas panjang karena bosan menunggu di dalam kantor guru.

"Tidak mau! tidak akan!" Tolak Yeri.

"Kim yeri! " Bentak kepala sekolah sekali lagi.

"Apa bapak lupa aku ini..." belum selesai yeri berbicara. Kepala sekolah segera memotongnya.

"Anak dari pemilik gedung sekolah ini? Ya benar Kim yeri. Dan Ji eun ini anak dari donatur terbesar bagi yayasan ini."

*****


ji eun gaada tandingannya nih...
Tiba-tiba udah jadian aja ma senior populer hihi
Jangan lupa di vote ya kalo mau di up terus...

Not For Me [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang