(Part ini mengandung unsur ke uwuan.)
*
*
*
*
*
Hari ini genap 30 hari kepergian orang tua Ji eun. Tapi masih saja belum ada perubahan dari Ji eun. Soo hyun sangat sedih melihat adiknya itu. Ji eun tiap hari selalu menangis karena merindukan Ayah dan Ibu. Lalu Tehyung juga ternyata memang sudah tak peduli lagi padanya. Joy dan Irene bergantian menemaninya dirumah. Soo hyun semakin sibuk saat ini karena mengurus perusahan ayah dan ibunya sehingga tak punya banyak waktu untuk bisa mengawasi Ji eun. Sedangkan Ji eun tak ada niat bersekolah sedikitpun.
Hari ini yang menemaninya di rumah adalah Jungkook. Sebenarnya ini bukan kali pertama Jungkook menemaninya. Pria yang memberinya luka dulu tapi entah apa yang merasukinya hingga akhir-akhir ini selalu memberikan Ji eun perhatian lebih.
Jungkook yang menawarkan diri untuk menemaninya hari ini. Awalnya Ji eun menolak tapi pria tetap berdiri di depan pintu rumahnya hingga berjam- jam menunggu di persilahkan masuk. Ji eun tak tega membiarkan seseorang sampai segitunya. Tak ada pilihan lain selain mempersilahkan Jungkook masuk.
"Ayolah ji, buka mulutmu dan makanlah." Jungkook membujuknya.
"Moh. Tinggalkan saja di situ. Aku akan makan saat merasa lapar." Jawab Ji eun.
"Kau tahu wajah mu saat ini sudah seperti hantu. Pucat dan tulang pipi mu mulai terlihat. Mengerikan." Jungkook menggoda Ji eun.
"Hah apa. Tulang pipiku terlihat. Apa secepat itu aku kurus." Ji eun meraba seluruh bagian wajahnya.
"Sungguh kook? Apa benar-benar seburuk itu wajah ku sekarang? Apa wajah ku saat ini terlihat mengerikan kook?" Ji eun panik.
"Aku hanya bercanda, mau bagaimanapun kau selalu terlihat cantik." Tanpa sadar Jungkook menyentuh wajah Ji eun. Membuat kedua pipi Ji eun memerah.
"Ah lupakan. Sini berikan padaku biar ku makan." Ji eun menarik piring itu dari tangan Jungkook.
Jungkook tersenyum bangga berhasil membujuk Ji eun. Wanita itu dengan cepat menghabiskan makanan nya tanpa tersisa. Rupanya ia kelaparan.
"Ji ikutlah aku pergi keluar." Ajak Jungkook.
"Dirumah lebih baik." Jawab Ji eun.
"Kau harus ikut" Jungkook menarik tangan Ji eun.
"Pakai ini." Jungkook melemparkan sebuah helm untuk Ji eun.
"Naik itu?" Ji eun menunjuk motor Jungkook. Bukannya apa, hanya saja Ji eun sedikit cemas jika naik motor pasti jarak antara dirinya dan Jungkook akan sangat dekat. Jujur saja Ji eun terkadang masih tak bisa mengontrol detak jantungnya saat di dekat Jungkook.
"Percayalah padaku"
"Sini tangan mu." Jungkook meraih tangan mungil itu dan melingkarkan di pinggangnya.
"Yak! Kau sengaja hah?" Ji eun kesal.
"Ini demi keselamatan mu."
Jungkook tersenyum sepanjang perjalanan. Tak jarang dia mempercepat laju motornya agar Ji eun mengeratkan pelukannya. Entah lah Jungkook tahu ini cara curang tapi ia menikmati ini. Dan Ji eun? Jantungnya sangat butuh pertolongan pertama sekarang. Ia takut jika terus seperti ini perasaan nya pada Jungkook yang telah lama ia kubur akan tumbuh kembali. Jika iya, jungkook harus bertanggung jawab dengan perasaannya.
"Pantai? Kau membawaku ke pantai?" Ji eun melompat kegirangan.
"Wae? Kau segembira itu." Jungkook tertawa melihat senyuman terukir di wajah Ji eun. Sudah lama wanita itu tak sebahagia ini.
"Yah aku sangat senang. Terimakasih Jungkook-ah." Ji eun mengalungkan tangannya di leher Jungkook. Itu refleks ia lakukan karena sedang senang. Jungkook mematung. Ia tak tahu akan mendapatkan perlakuan semanis itu dari Ji eun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not For Me [End]
Fanfiction[PROSES REVISI]"Jika bicara tentang takdir. Sebenarnya semesta bisa saja merestui kita. Tapi diri ini lah yang telah membuat jarak di antara aku dan kau." Pada akhirnya semua akan kembali ke tempat di mana seharusnya mereka berada. Not for me and No...
![Not For Me [End]](https://img.wattpad.com/cover/236916610-64-k958602.jpg)