******
Ji eun melangkah dengan penuh keyakinan. Wajah bahagia terpancar. Sungguh wanita itu sangat bersemangat untuk pergi dari tempat ini. Selang beberapa langkah Ji eun terhenti dan membalikkan badan mencoba melambaikan tangan kepada 5 orang tersayangnya itu.
"Ji eun kau benar-benar akan pergi?" Joy menunjukkan wajah sedihnya di depan Ji eun.
Joy,Irene,Jin,Mina dan Soo hyun mengantar kepergian Ji eun ke London hari ini. Hanya mengantar sampai di bandara saja.
"Jaga dirimu baik-baik eonni." Teriak Mina.
"Jangan lupa hubungi Oppa mu dimanapun dan kapanpun kau berada" kata Soo hyun.
"Soo hyun oppa biar aku yang mengurusnya." Kata Joy membuat semua nya terkekeh geli.
"Jangan sampai menangis di sana. Kami jauh darimu. Hindari hal yang bisa menyakitimu." Kata Irene dengan suara lirih. Irene lah yang paling menangis saat ini. Semuanya hanya tertawa melihat Irene yang cengeng seperti itu, begitupun Ji eun.
"Jangan sungkan melapor padaku jika ada yang menyakiti hatimu." Giliran Jin yang berbicara.
"Dah semuanya......jangan khawatir." Ji eun menunjukkan senyum terbaiknya.
"Mari memulai kehidupan baru ji eun-ah." Ucap Ji eun pada diri sendiri dan melanjutkan langkahnya kembali.
********
Ji eun melangkah kan kaki keluar dari bandara. Ia memcoba menghirup udara segar di kota ini. Di sini ia sekarang, London. Satu yang tak pernah di pikirkan Ji eun. Ia bahkan tak punya kenalan dan juga ia tak terlalu pandai berbahasa Inggris. Sebenarnya kepindahannya ke sini seperti pelarian dirinya dari Korea.
"Yak!! Ji eun kau bodoh hah. Kau akan kemana sekarang."
Ji eun duduk di sebuah kursi di pinggir jalan. Ini keputusannya. Tapi ia bahkan tak tahu harus apa dan kemana sekarang.
Malam sudah semakin gelap ia sudah cukup jauh berjalan mencari apartemen yang nyaman dan pas untuknya.
"Aku bahkan belum tahu harus kemana."
Ji eun kembali mengeluh. Kini dia hanya bisa terduduk lemas di atas koper yang di bawanya. Berharap nasibnya akan indah seperti drama yang di tontonnya. Maksudnya indah karena di saat seperti ini akan ada seseorang yang datang dan menolongnya. Ya tapi ia lupa kini ada di London. Tak ada yang mengenalnya.
"Berhentilah berharap hidupmu akan seindah seperti drama yang kau tonton Ji eun-ah...."
Ji eun melanjutkan langkahnya. Saat melihat jam telah menunjukkan pukul 11:00 malam. Barulah ji eun menemukan apartemen yang cukup nyaman dan masuk dengan seleranya. Ia pikir akan tidur di jalan malam ini. Ji eun memilih unit lantai 3. Tak terlalu besar dan tak terlalu kecil. Cukup untuk menampung dirinya sendiri.
"Nomor unit 06C.... ini dia." Ji eun melangkah gontai menarik kopernya yang berat itu memasukin apartemennya.
"Huh lelah sekali. Aku sangat lapar sekarang dan tak sempat membeli bahan makanan tadi. Apa unit sebelah sudah di tempati." Ji eun melangkah menuju unit sebelah kamarnya.
"Permisi...."
"Emm, sorry menganggu tengah malam..."
"Permisi aku penghuni baru unit sebelah. Apakau punya sesuatu yang bisa di makan. Aku baru pindah dan tak sempat membeli bahan makanan."
(Itu tentunya Ji eun ngomongnya pake bahasa Inggris ya anggap aje begitu)
......hening....tak ada respon.

KAMU SEDANG MEMBACA
Not For Me [End]
Fiksi Penggemar[PROSES REVISI]"Jika bicara tentang takdir. Sebenarnya semesta bisa saja merestui kita. Tapi diri ini lah yang telah membuat jarak di antara aku dan kau." Pada akhirnya semua akan kembali ke tempat di mana seharusnya mereka berada. Not for me and No...