Part 21 (pergi)

269 59 20
                                        

Sebelum part ini, jangan lupa baca part 20 ya biar ngena:").



[Jungkook]

"Bodoh,bodoh,bodoh."

Jungkook memukul berkali-kali dadanya dengan kuat. Untuk kedua kalinya ia harus menyakiti Ji eun. Ia benar-benar tak tahu harus apa. Taehyung sahabatnya dari kecil. Bagaimana bisa Jungkook mengabaikan sahabatnya. Tapi Jungkook juga tak tahu kenapa sangat menderita dengan keputusannya ini. Ia sadar bahwa dirinya seorang pengecut. Tapi jika ia mengulur waktu lebih lama lagi, pasti akan lebih menyakitkan bagi Ji eun.  Lebih cepat mereka berpisah itu lebih baik untuk semuanya.

"Maafkan aku ji." Jungkook terduduk lemas saat tiba di depan rumahnya.

"Kau kenapa?" Jin membuka pintu rumah.

Jungkook tak menjawab dan melangkah masuk kerumah dengan langkah yang lunglai.

"Sungguh aku mencintaimu ji... sangat. Tapi aku tak bisa mengabaikan sahabatku."

Jungkook menangis tanpa suara di dalam kamarnya. Lagi-lagi ia selalu menjadi pria cengeng jika sudah di hadapkan dengan masalah Ji eun.

********

"Sepertinya aku ingin pindah." Kata Ji eun yang saat ini sedang duduk di tepi ranjang Kamar Irene. Semalam sahabatnya itu menjemputnya dan semalaman juga Irene dan Joy tak tidur karena menemani Ji eun menangis.

"Kau serius ji?" Tanya Joy.

"Aku tidak tahan berlama-lama tinggal di kota ini. Bahkan negara ini. Kemungkinan aku bertemu pria breng*ek seperti nya sangat besar." Kata Ji eun.

"Jangan memaksakan dirimu ji. Kau harus memaafkan semuanya." Lanjut Irene.

"Tak ada yang perlu di maafkan. Aku serius akan melanjutkan kehidupanku di luar. Entah aku akan kembali lagi ke negara ini atau tidak. Jaga diri kalian baik-baik." Ujar Ji eun.

"Oh ji...kami akan merindukan mu" Joy memeluknya.

"Jika ini akan membuat mu bahagia. Lanjutkan lah. Aku selalu mendukungmu. Jangan segan menghubungi kami saat sudah jauh  disana." Irene ikut memeluk sahabatnya itu. Mereka mulai menangis bersama lagi sekarang.


********


Ujian sekolah sebentar lagi berakhir. Tak terasa ji eun dan yang lainnya akan lulus dalam hitungan hari. Ada sebuah perubahan kecil di hidup Ji eun. Ia tak lagi menegur pria mana pun. Ia tak peduli dengan penampilannya sekarang. Yang menjadi prinsip hidupnya saat ini hanya mengejar mimpinya. Ji eun bahkan belaiar untuk ujian akhir ini. Nilainya meningkat pesat. Ji eun hanya menghabiskan waktu bersama Joy dan Irene. Tak jarang ia mengajak Soo hyun jalan bersama. Dan minggu ini akan menjadi minggu terakhirnya berlatih bersmaa Jin di studio.

Ji eun sudah mengantongi izin dari Soo hyun untuk berkuliah di luar negri. Awalnya Soo hyun tak mengizinkan. Yang benar saja. Mana tega ia melepaskan adik satu-satunya itu tinggal jauh darinya. Tapi karena Ji eun terus mengurung diri dikamar dan tak mau makan, jadi Soo hyun tak ada pilihan lain selain mengizinkannya.

"Kau tahu, jungkook sepertinya berkencan dengan lisa."

Joy datang menghampiri Ji eun dan Irene yang selalu menghabiskan waktu di kelas. Berbeda dari Joy yang selalu tahu berita terkini karena Joy selalu berkeliling kemana pun dan menguping para wanita bergosib.

"Hello...kalian tak mendengarku?" Joy berteriak karena tak ada respon dan Ji eun maupun Irene.

"Apa itu penting Joy?." Tanya Irene.

"Ya kan aku hanya memberi tahu. Dan sedikit kaget tentunya." Jawab Joy.

Ji eun tak menunjukkan reaksi apapun. Wanita itu kini sudah tak perduli pada apapun itu yang bukan urusannya. Jika di tanya bagaimana perasaanya saat ini? Ia bahkan tak merasakan apapun di hatinya. Hatinya sudah mati sejak hari itu.

********

"Oppa... kau jaga diri baik-baik saat aku pergi nanti." Kata Ji eun. Hari ini adalah latihan terakhirnya bersama Jin

"Seharusnya aku yang mengatakan itu padamu." Jin memeluknya singkat.

"Terimakasih karena sudah menjadi orang yang paling mendukung ku." Ji eun meneteskan air matanya.

"jangan menangis. Tak perlu berterimakasih. Aku sudah menganggapmu seperti adikku sendiri." Kata Jin

"Ji...kau tak ingin bertemu Jungkook barangkali sebentar saja sebelum kau pergi?" Tanya Jin.

"Itu tidak perlu. Ku dengar ia sudah bahagia bersama pasangan barunya sekarang." Ji eun menghapus air matanya.

"Terimakasih untuk hari itu Oppa." Ji eun kemudian tertawa.

Hari dimana Jungkook menyakiti Ji eun untuk kedua kalinya. Di hari itu Ji eun menelpon Soo hyun dan meminta izin menginap di rumah Irene. Joy yang juga ada di rumah Irene diam-diam memberi tahu Soo hyun tentang apa yang terjadi pada Ji eun malam itu.

Soo hyun datang ke rumah Jungkook dengan penuh amarah. Ia tak tahan lagi dengan sikap pria itu yang selalu menyakiti adiknya.

Jin dan Soo hyun saling mengenal. Saat Soo hyun datang ia menceritakan semuanya pada Jin dan meminta izin untuk melepaskan tinjuannya di wajah Jungkook setidaknya sekali saja untuk membalaskan rasa sakit yang di alami Ji eun.

Mendengar itu Jin menawarkan diri agar ia yang melakukannya. Jin menarik Jungkook keluar dari kamar malam itu dan yap ia melayangkan tinjuan penuh amarah di wajah adiknya itu. Sungguh ia benar-benar kecewa pada adiknya sendiri.

"Dia pantas mendapatkan itu." Kata Jin sambil tertawa kecil.

"Raih mimpimu. Jangan menyerah dan jangan lupakan aku Ji eun." Tambah Jin.

"Tentu Oppa."

*******

"Ibu...ayah...aku pamit. Aku takan  bisa sering berkunjung lagi kesini. Apa kalian tahu? Aku memilih pergi karena aku takut. Takut akan ditinggal lagi oleh seseorang yang ku percaya. Bisa aja sahabat ku, bahkan Soo hyun oppa pun tak ada yang tahu. Siapa saja bisa meninggalkan ku suatu saat nanti. Aku lebih memilih meninggalkan mereka lebih dulu. Ibu...ayah...apakah boleh aku memutuskan hidup sendiri sepanjang hidupku? Aku harap kalian mengerti. Doakan anak mu ini."

Ji eun menangis di makam ayah dan ibunya. Benar sekali Ji eun pergi untuk meninggalkan semua orang yang di cintainya dari pada harus Ji eun yang di tinggalkan.

Esok ia sudah berangkat menuju London(Inggris) tempat yang benar-benar asing baginya.



Kemarin author up part 20
Tapi WP lagi eror gitu. Di cek aja di atas

Mari move on ji eun-ah.....

Not For Me [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang