27. Hari H 🌌

123 9 2
                                    

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

"Kita tak pernah bisa menghindari dengan sebuah pertemuan dalam keadaan yang tak terduga. Tapi jalan terbaik adalah hadapi, bukan menghindari. Karena garis takdir sudah terlukiskan, jauh sebelum kita diciptakan."

#MengaguminyaDalamTaat

🌧️🌧️🌧️🌧️🌧️🌧️🌧️🌧️


  Suasana disebuah taman universitas, ramai dan hangat akan canda juga tawa mengiringi waktu-waktu mereka. Sama halnya dengan yang terjadi antara ke lima pemuda ini, mereka sedang duduk bersantai seraya bercengkrama. Saling melempar ejekan juga gurauan.

"Eh, gimana anak semester 7 nih, bentar lagi kalian kan mau semester akhir, sidang, dan wis-sudah deh." Ucap seorang pemuda berkemeja biru navy itu.

"Doakan lancar mas sampai selesai nanti, merdeka sudah ketika sudah melewati babak akhir nanti." Timpal pemuda dengan kacamata bertengger di atas hidungnya itu.

"Eh, tapi sudah ada yang tersimpan belum?" Tanya kembali sang pemuda berkemeja navy.

"Ambigu yang ente tanyakan Man." Ucap seorang pemuda tampan.

"Ambigu gimana to Han?" Tanya Herman.

    Mereka adalah Farhan dan Herman, teman satu pondoknya dulu, yang sudah lama tidak berjumpa kini di pertemukan kembali. Dalam situasi dan kondisi yang jauh lebih baik tentunya, mereka sudah sama-sama sukses sekarang. Jika ada yang bertanya kenapa mereka di kampus? Apakah mereka kuliah lagi?
Jawabannya adalah tidak, tapi mereka di undang untuk menjadi pembicara sekaligus memotivasi para mahasiswa untuk semangat dalam meraih kesuksesan. Setelah acara tersebut berakhir, mereka bukannya segera kembali ke peraduan tapi malah mennemplok di taman universitas tersebut, seraya bercerita dengan mahasiswa disana.

"Emang apaan mas yang tersimpan?" Tanya sang adik seraya meminum es dalam cupnya.

"Itu lho,calon untuk di pinang." sahurnya.

Plak...

"Adoh... astagfirullah, penganiayaan ente." Ucapnya seraya mengelus elus lengan kanan bagian atasnya setelah dipukul Farhan dengan buku milik Akbar.

"Lagian itu, sembarangan asal open aja... Ngomongnya di filter bapak! Bukannya ngasih motivasi biar lulus dengan nilai terbaik dan sukses setelah lulus, ini lulus aja belum malah disuruh cari calon makmum." balas Farhan. Ketiga mahasiswa itu hanya tertawa melihat kedua narasumber yang diundang di kampusnya tadi.

"Yey, ane itu ngasih saran yang baik. Setidaknya ada yang diincar sebelum lulus, lha nanti setelah lulus dan sukses... baru siap datang kerumahnya untuk meminang. Biar ada yang dilirik dek, jangan kelamaan joblo kaya masnya ini...." Ucapannya terjeda, seraya melirik dan menunjuk dengan lidah di dalam pipinya ke arah sebelah kanannya. "Apa ente lirik-lirik? ngejek-ngejek, minta ban motor bocor nanti?" potong dan acamnya, namun tidak dipedulikan oleh lawanya serta lebih memilih meneruskan ucapannya.

"Dia dek, ganteng oke, shaleh jangan ditanya, pinter juga, kurang gimana coba. Dari dulu jadi idola kaum hawa, tapi anehnya sampai usia sekarang, jalani ta'aruf aja belum pernah."

"Nistakan saja terus diriku Man... hingga kau tau namanya kurma di dunia." sahutnya dengan nada sedikit bosan.

"Emang kenpa mas Farhan, samapai sekarang belum mencoba cari calon kemudian ta'arufan?" tanya Deno, mahasiswa jurusan Teknik Sipil itu.

Mengaguminya Dalam TaatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang