16. Ujian Hijrah (1) 🌀

120 7 0
                                    

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh


"Ketika sebuah ujian datang menghampiri hijrahmu, jangan berputus asa dan tetaplah teguh. Karena sungguh Allah ingin melihat keseriusan hijrahmu, karena-Nya atau hanya tipu daya semata."

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

"Emmm.. Sebagai ungkapan pertemanan aja." jawabnya dengan ringan dan di balas dengan kerutan yang menghiasi wajah sang gadis dihadapannya itu.

"Ya, gue cuma penasaran aja sama lo. Jadi nama lo siapa?" ungkapnya kemudian tangannya terulur untuk kembali memberikan sebatang cokelat itu.

Beruntung kejadian ini terjadi di sebuah lorong yang menghubungkan antara jalan menuju masjid dengan laboratorium Kimia yang sangat lenggang, hanya mereka berdua. Kata berdua disini tak lepas dari rasa yang sangat membuat Rahma menjadi tidak nyaman dan berkecamuk dalam hatinya. Berbagai fikiran negatif terus berlarian, dibalik sebuah hati banyak prasangka buruk yang terselimuti. Entah apa yang akan di perbuat oleh seorang ikhwan di hadapannya ini. Karena rasanya ia berbeda dengan yang selama ini sering ia hadapi.

"Namaku Rahma." ucapnya singkat karena ia sudah tidak nyaman dengan situasi sekarang ini kemudian meninggalkan sang ikhwan yang tengah menatap kembali cokelat di genggaman tangannya.

"Eh.. Rahma." teriaknya yang membuat sang empu memberhentikan langkah kakinya.

"Aku sudah menuruti keinginanmu, jadi tolong jangan cegah aku lagi. Temanku sedang sakit, dia membutuhkan aku." ucapnya tanpa merubah posisi membelakangi sang ikhwan.

"Terima ini sebagai ungkapan tanda pertemanan. Nggak menerimanya sama saja lo menolak rejeki." ucapnya yang kini telah di hadapan Rahma seraya menodongkan sebatang cokelat.

Dengan ragu akhirnya Rahma menerima cokelat tersebut kemudian melanjutkan langkah kakinya setelah mengucapkan terimakasih.

•••••••

Di saat fikirannya melalang buana, memikirkan kejadian hari ini yang membuatnya sedikit bingung dan penasaran mengapa dan bagaimana itulah pertanyaan yang sejak tadi bergelantungan dengan indah di fikirannya.

"Ma, kok malah diem?" ucap sang teman kembali menyadarkannya.

"Astagfirullah. Maaf Wa, gimana?" ucapnya tergugup dan secara tidak sengaja menjatuhkan sebuah benda berbentuk persegi panjang berwarna cokelat itu terjun bebas ke atas permukaan lantai. Sontak ia pun mengulurkan tangannya untuk mengambilnya.

"Wah, ada cokelat. Sejak kapan kamu suka beli kaya begituan?"

❇❇❇❇❇❇

Di tempat yang lain, gemerlap lampu menjadi teman di tengah gelapnya sang malam. Tabur bintang nampak gemilang dengan senyum manis memikat mata. Semilir angin memgiringi simfoni malam yang begitu khidmat tersaji dengan syahdu. Di bangunan nan megah, damai nan suci ini, seorang pemuda tengah bemuajat kepada sang pemilik bumi, langit, dan segala isinya.

"Hamba tahu diri ini memang orang yang tidak sempurna, kadang lalai dengan Mu, kadang lupa dengan Mu, dan kadang kurang mensyukuri nikmat yang tiada terkira dari-Mu. Ya Rabb, maafkan hamba yang kini ada sosok yang mengisi di sudut qalbu. Dengan segala kerendahan kuatkan iman hamba, jaga jika memang ini karena-Mu, jikalau berjodoh maka biarkan menjadi rahasia-Mu. Di waktu yang telah Engkau siapkan maka pertemukan kami dalam halal-Mu, jikalau tidak berjodoh maka berilah hamba yang lebih baik, begitupun dia. Ya Allah Sang Maha Meneguhkan hati, tuntunlah hamba agar selalu berada di jalanmu dalam balutan hangat sebuah iman. Hamba titipkan ka pada-Mu Ya Allah, jagalah ia dalam balutan komitmennya karena-Mu..."ucap seorang pemuda dalam hangatnya dekapan saat bermunajat kepada sang Maha Pemberi Nikmat. Di rumah-Nya ini, di sepertiga malam ini, dengan senandung khalam Allah yang terlantun merdu, mendayu-dayu seakan merayu sang waktu untuk tetap berada di detik itu, ia menumpahkan segala kegelisan sang qolbu.

Mengaguminya Dalam TaatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang