45

2.3K 199 55
                                    

"kenapaaaa? Kenapa kau harus tau kalau aku mencintainya?"

Jisoo bertanya sambil menangis meraung, menyampaikan semua keluh kesah pada batu nisan di depannya, berharap batu nisan itu bisa menjawab dan menyelesaikan semua penderritaannya, tapi naas setelah beberapa jam berbicara jisoo masih tetap mendapati dirinya yang berbicara sendiri seperti orang gila.

"Kenapaa jen kenapaa? Kenapa aku harus menikah dengan seokjin, kenapa kau menyuruhku menikah dengannya kalau akhirnya seperti ini?"

"Dan kenapa juga kau harus meninggal, kenapaa Jenn, jawab akuu, jawabbb!"

Jisoo terisak, ia merasakan tenggorokannya yang kering setelah berbicara dari beberapa jam yang lalu.

Disinilah ia sekarang, di makam sahabatnya dulu, Jennie

Yaa, setelah jisoo menuruti permintaan seokjin untuk pergi dari rumah jisoo segera kesini, ia bingung harus kemana.

"Kenapa kau diam saja? Jawab pertanyaan ku Jen, jawabbbb!!", Tangan jisoo semakin erat menggenggam tanah yang kini ada di hadapannya.

Jisoo hanya gadis lemah yang mengharapkan sedikit saja cinta dari seokjin, apa itu tidak boleh?
.
.

.

Enggggghhhh

Jisoo membuka matanya pelan, ia belum sadar sepenuhnya.

Selang beberapa detik setelah kesadarannya terkumpul jisoo segera bangkit, mengabaikan lehernya yang dirasa amat sakit karena posisi tidurnya yang tidak benar.

Hari sudah gelap!

Jisoo ketiduran di makam Jennie sampai malam.

.
.

Jisoo tersungkur beberapa kali karena langkahnya yang terlalu cepat. Ia takut berada disini.

Air matanya sudah menetes sejak tadi, nafasnya tersengal naik turun, dadanya sesak! Ia ketiduran di makam jennie karena terlalu banyak menangis.

Dengan baju yang lusuh dan kotor, dan jangan lupakan rambutnya yang berantakan ia mencari kendaraan umum, tidak memperdulikan orang-orang yang kini menatapnya aneh.
.
.
.
Setelah sampai di depan pintu jisoo segera melangkahkan kakinya menuju kamar.

Klek, ruangan yang gelap tiba-tiba menjadi terang, menampilakan sosok seokjin yang mendekat ke arahnya.

"Kau sudah pulang". Seokjin bertanya. Kini tangannya sudah menangkup kedua pipi jisoo.

Deperlalukan seperti itu oleh seokjin justru membuat jisoo muak dengan dirinya sendiri. Kenapa ia kembali melayang?

"Ayo makan, ada banyak makanan di meja makan". Seokjin menarik tangan Jisoo membawanya menuju meja makan.

Masih dengan senyumannya yang khas, seokjin mengambilkan makanan untuk jisoo.

"Kau harus makan yang banyak, suapaya kandunganmu selalu sehat".

Jisoo menatap seokjin sekilas, tidak berniat membalas ucapan seokjin.

Jisoo makan dengan lahap, mengingat ia juga belum makan dari tadi pagi.

"Aku tadi berbincang banyak dengan jira, dia orangnya asik", ucap seokjin tiba-tiba di sela-sela kunyahannya

Jisoo menghela nafas pelan, dapat ia rasakan hatinya kembali sakiit setelah ucapan seokjin. Ia segera menunduk, menyeka matanya yang tiba-tiba buram.

"Dia orangnya juga baik, masakan ini dia yang masak jis" seokjin berkata polos.

Uhukkkk..

Jisoo segera mengambil air lalu meminumnya.

"Jiis aku sedang bercerita, kau tidak mendengarkan ku ya?". Seokjin kembali bertanya karena merasa jisoo tidak merespon ucapannya.

Jisoo mendongak, menatap seokjin dengan tatapan terluka.

"OH YAAAA? KENAPA TIDAK KAU NIKAHI SAJA DIAA?" Jisoo berkata dengan keras.

Setelah mengatakan itu jisoo bergegas ke kamar. Meninggalkan seokjin dengan perasaan tidak bersalahnya!





Selamat malam🥰
Maaf yah mungkin up ini agak berantakan dan pendek banget, karna jujur ini aku up nya mendadak banget. Entah kenapa aku pengen up di hari kemerdekaan ini, oke itu aja makasih.
Jangan lupa follow wattpad aku ya🙂

Husband || Kim Seokjin [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang