Tiga puluh dua

2.6K 199 23
                                    

Seokjin sadar dengan apa yang di lakukannya ketika tangan jisoo mendorong dadanya dengan kuat. Jisoo bisa saja membiarkan seokjin melakukan hal lebih lainnya, bukankah itu yang ia inginkan? Tapi jisoo sadar apa yang saat ini terjadi adalah salah, ya salah!

Jisoo memilih menunduk dan tidak melihat ke arah seokjin, pria itu nampaknya sudah sadar dengan apa yang di lakukannya sekarang, jisoo mendongak setelah mendengar suara derap kaki menjauhinya

Ya, setelah kejadian tidak sadar barusan,pria itu meninggalkannya tanpa sepatah katapun.

Jisoo menertawai dirinya sendiri, memang apa yang ia harapkan?

.

.

Setelah melewati kejadian di luar akal sehatnya tadi ,Seokjin melewati paginya hanya dengan bermain hape seharian, ia juga lupa dengan janjinya untuk membelikan baju untuk jisoo.

Kalau saja jisoo tidak mendorongnya dan membuat ia tersadar mungkin dirinya akan berbuat lebih pada gadis itu, seokjin menghela napas lalu mengelus dadanya

'memang apa salahnya kalau berbuat lebih, toh dia juga istrimu'

Seokjin kaget, ia tidak peduli dan mencoba mencoba mengabaikan darimana asal suara itu, tapi sekeras apapun ia mengabaikan,separuh hatinya seolah berbicara 'iya dia istrimu, memang apa salahnya kalau kau berbuat lebih?'

Seokjin menggeram frustasi lalu menggelang, tidak! Ia tidak akan berbuat lebih apalagi melakukannya kalau tidak atas dasar cinta!

Eommanya benar" membuat ia hampir saja kelepasan. Ia masih mengingat kejadian barusan terjadi karena ia melihat jisoo yang memakai lingeria dari eommamya. Seketika itu juga seokjin kewalahan dengan dirinya dan ah entahlah!

Tapi ngomong-ngomong bagaimana nanti ia harus berhadapan dengan gadis itu, dan astagaaaa!

Seokjin spontan menepuk keningnya, ia mengingat sesuatu, ia mengingat kalau pagi tadi ia harus membelikan baju untuk jisoo dan ini sudah sore.

Seokjin segera beranjak dari ranjangnya. Ia bisa saja membatalkan janji untuk gadis itu tapi apa jadinya jika jisoo memakai lingeria secara terus-menerus hingga tiga hari kedepan? Ia tidak mau gadis itu kedinginan, separuh hatinya memberontak. Ia membelikan baju karena ia takut jika melihat jisoo dengan lingeria itu. Mau bagaimanapun ia membenci jisoo dan mau bagaimanapun ia mempertahankan prinsip tidak bercinta jika tidak atas dasar cinta, tapi siapa bisa menebak??

Seokjin sudah mengalihkan pandangan untuk bersiap-siap jika saja jisoo nanti keluar dengan keadaan yang tidak ia inginkan.

Setelah suara pintu di buka, seokjin masih tidak berani menatap ke depan dan lebih memilih mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Ada apa?"itu suara jisoo, seokjin masih tidak berani mendongak

"Seokjin, ada apa?" Jisoo mengulang kata-katanya

Sebenarnya jisoo saat ini masih canggung dengan pria itu.

Seokjin masih menunduk, tidak berani mendongak

Tapi suara jisoo lagi-lagi di dengarnya seakan meminta penjelasan kenapa seokjin bisa berdiri disini

Seokjin mendongak, dan di detik berikutnya ia menghela napas lega.

'Untung saja'

Gadis itu kini sedang berada di ambang pintu dengan selimut yang melilit di tubuhnya, masih menunggu seokjin memberikan jawaban

Kenapa,kenapa seokjin jadi gugup seperti ini,masalah ciuman tadi?

Seokjin tersadar dengan lamunannya ketika jisoo menghela nafas kasar dan mulai menutup pintu, buru-buru seokjin mencegahnya

"Kita akan beli baju setelah ini" seokjin berusaha tidak gugup

Sesaat jisoo melongo dengan perkataan seokjin. Ia pikir pria itu lupa dengan janjinya.

.

Niat awal jisoo akan memakai pakain saat ia berangkat kesini tapi yang terjadi sekarang malah jisoo yang berakhir dengan pakaian sweeter milik seokjin.

Pria itu meminjamkannya, mana berani jisoo meminjam sendiri. Bibirnya reflek membentuk senyuman saat ia memandang dirinya di depan cermin dengan sweeter kebesaran milik seokjin, milik suaminya.

.
.

"Menurutmu bagus yang mana?" Suara seokjin lancar menyembunyikan rasa gugupnya

Jisoo yang sedang memilah-milah langsung mengalihkan pandangan menatap kaos di pilihkan seokjin, ada dua kaos pendek berwarna biru dan coklat

"Terserah kau saja"ucap jisoo bingung karena di tadi ia tidak menemukan baju atau kaos yang cocok untuk dirinya. Mungkin kalau seokjin yang memilihkan, apapun modelnya pasti di anggap cocok untuk jisoo, ah konyol. Lagi -lagi jisoo menggelengkan kepala.

.
.
Ini masih terlalu sore untuk pulang, sebenarnya jisoo tidak ingin langsung pulang, ia sudah memikirkan tentang hal ini dari tadi malam. Ia akan berbicara denga seokjin tentang keinginannya!

"Emm seokjin"

"Ya?"

Jisoo ragu untuk meneruskan kata-katanya, tapi ini harus ia lakukan

"Aku-aku ingin"jisoo menjawab dengan terbata-bata, ah kenapa susah sekali, jisoo merutuki dirinya.

Jisoo melihat seokjin yang memandang ke arahnya dengan talis terangkat sebag seolah menanyakan 'ingin apa?'

"Aku ingin ke pantai, kalau kau tidak mau mengantarku turunkan aku disini, aku akan kesana sendiri" ucap jisoo lancar.

Seketika itu juga seokjin memandang jisoo dengan tatapan. Ah tatapan apa ya?

"Kenapa kau cepat sekali menyimpulkan kalau aku tidak mau mengantarmu?"

Mata jisoo membulat seketika!




Hollaaaaaa..
Maap kalo banyak typo dan kalau pendek juga
Jan lupa vote nya
Kritik sarannya juga.
Kalau ada salah ingetin, tapi pakek bahasa yang enak:)

Husband || Kim Seokjin [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang