Tiga puluh tujuh

2.6K 201 32
                                    

Disinilah mereka berdua. Setelah lagu yang sehun bawakan selesai , seokjin menyeret jisoo kesini, menjauhi kerumunan orang-orang.

"Ssssshhhh", jisoo merintih memegangi pergelangan tangannya yang memerah akibat ulah seokjin. Jisoo menatap seokjin heran, kenapa dengan pria di depannya ini?

" ayo pulang!",ucap seokjin tiba-tiba.

Tanpa sadar mata jisoo mulai buram, ia memang sudah biasa di perlakukan kasar oleh seokjin. Tapi untuk kali ini bolehkah ia membela dirinya?

"Tidak bisahkah kau berbicara baik-baik padaku?", mata jisoo menatap seokjin tajam , air matanya sudah hampir jatuh, seokjin mengalihkan pandangan untuk beberapa saat kemudian menatap wanita itu lagi.

" kau berani padaku?". Seokjin berkata penuh peringatan.

"Kalau kau mengajak pulang kau tinggal bilang, kenapa kau selalu berbuat kasar?", akhirnya pertahanan jisoo runtuh, air matanya sudah jatuh.

Seokjin seolah buta dengan air mata jisoo. Laki-laki itu segera mengajak jisoo pulang.

.
.
Saat dalam perjalanan, jisoo tidak pernah melihat ke arah seokjin, wanita itu lebih memilih melihat ke luar jendela.

Ia tidak tau apa yang sedang seokjin pikirkan saat ia menarik pergelangan tangannya tadi? Laki-laki itu, tidak bisakah ia berbuat sedikit lembut pada dirinya?

Tiba-tiba jisoo teringat dengan permintaanya beberapa hari yang lalu, tentang permintaannya untuk berhenti, bukankah seperti itu memang lebih baik? Toh untuk apa? Ia rasa perjuanganya selama ini sia-sia dan sama sekali tidak bisa membuat hati seokjin sedikitpun bisa terbuka untuknya, untuk jisoo.

Jisoo menghapus sisa air matanya lalu beralih menatap seokjin yang fokus dengan kemudinya.

" lebih baik aku pergi dari kehidupanmu!, kita berpisah", jisoo berucap lirih.

Saat ia menyelesaikan kalimatnya saat itu juga kepalanya langsung terantuk ke depan karena tiba-tiba mobilnya berhenti.

"Kenapa? Kau bosan?"

Pertanyaan macam apa itu, kalau hanya karena bosan mungkin sudah dari dulu ia meminta berpisah, bukankah cinta sepihak memang selalu membosankan?

"Terserah apa katamu!", jawab jisoo, ia menghindari menatap wajah seokjin.

Seokjin harap jalan menuju rumahnya sudah dekat,karena bisa di pastikan ia tidak konsen menyetir setelah jisoo menyelesaikan kalimatnya. Ia tidak mau menabrak sesuatu.

Andai saja hanya dia yang berada di mobil ini pasti sedetik kemudian ia akan menginjak gas dengan sekuat tenaga. Mengabaikan kemungkinan-kemungkinan buruk, tapi sekarang ia sedang bersama jisoo, ia tidak mau membuat gadis itu celaka.

.
.

"Tunggu".

Langkah jisooo terhenti, ia lantas menoleh. Tatapannya Meminta penjelasan pada seokjin.

" apa benar kau ingin berpisah?"

"Iyaa"

"Apa karna aku menarik tanganmu terlalu kencang tadi?"

"......"

"Cepat katakan!,kalau iya aku minta maaf!"

Bukannya menjawab pertanyaan seokjin jisoo segera berlalu meninggalkan pria itu menuju kamarnya.

Seokjin menyadari kalau jisoo saat ini benar-benar rapuh. Ia pun mengikuti jisoo hingga kekamarnya.

"Maaf."  ucap seokjin sekali lagi.

Husband || Kim Seokjin [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang