"Apa? Di-diperkosa? Nay? Bagaimana bisa terjadi? Jangan bercanda Bu. Ini sama sekali tidak lucu."
Bagai petir di siang bolong. Itulah yang dirasakan Wira ketika mendengar apa yang dikatakan ibundanya. Nay? Tunangannya? Calon istri yang akan dinikahinya? Diperkosa? Dinodai?
"Dengar Wira. Ibu tahu Nay gadis baik, bahkan sangat baik. Tapi Ibu mohon maaf. Ibu tidak bisa menerima Nayla dengan keadaannya yang sekarang Nak. Dia bahkan tidak tahu siapa yang telah menodainya. Bagaimana kalau ternyata dia hamil hasil perkosaan atau tertular HIV AIDS? Ibu tidak bisa membiarkan hal itu sampai terjadi. Kamu anak Ibu satu-satunya Wira. Kamu harus mendapatkan wanita yang terbaik untuk meneruskan nama keluarga Sudibyo."
"Wira akan tetap menikahi Nay. Walau bagaimanapun, Nay adalah korban. Bagaimana bisa ibu sepicik ini? Dan Wira akan usut masalah ini ke kantor polisi dan memastikan pelakunya mendapat hukuman yang setimpal. Wira tidak terima. Wanita yang Wira cintai diperlakukan keji seperti ini."
"Tidak!!! Dunia akhirat Ibu tidak akan rela. Ibu sudah memutuskan pertunangan kalian. Tanpa restu Ibu, kalian tidak mungkin bisa menikah." Kukuh Nyonya Sudibyo dengan keputusannya.
"Demi Tuhan, Bu! Wira mencintai Nayla dan Ibu tahu itu. Cuma Nayla tujuan hidup Wira selama ini. Wira gak bisa hidup tanpa Nayla, Bu." Bulir air mata Wira jatuh tak tertahan. Bagaimana bisa semua menjadi seperti ini? Bagaimana bisa?
"Kalau kamu bersikeras. Langkahi dulu mayat Ibu."
Dan Wira bisa merasakan belati menusuk tepat di jantungnya ketika ibu yang ia cintai dan satu-satunya yang ia miliki mengatakan hal sekejam itu.
***
Nayla hanya duduk termangu di depan jendela kamarnya. Menatap hamparan bukit yang terbentang luas di luar sana. Semua mimpi-mimpinya hancur. Cintanya bahkan tak menginginkannya seperti dulu. Nayla kini tak tahu, apa yang akan ia lakukan selanjutnya untuk hidup dan masa depannya.
Dia merasa tidak diinginkan. Dia merasa dirinya kotor dan hina. Dirabanya cincin pertunangan yang masih melekat di jari manisnya yang sangat enggan ia lepaskan. Nay tahu, dia sudah tidak punya hak untuk memakai cincin berkilau itu, tapi biarlah ia merasakan menjadi tunangan seorang Wira Sudibyo untuk beberapa saat lagi sampai ia rela mengirim kembali seserahan pertunangan kepada pengirimnya, berikut dengan cincin indah yang ia kenakan.
"Kamu sedang apa Mas?"
"Apa mas sudah makan?"
"Sehatkah kau?"
"Hmm?"
"Rindukah mas padaku?"
"Aku rindu...."
"Aku rindu senyummu."
"Aku rindu suaramu."
"Aku rindu berjalan berdampingan denganmu."
"Aku...."
"Aku mencintaimu Mas."
"Aku mencintaimu walau aku tahu aku tak pantas lagi untukmu."
"Aku mencintaimu karena Allah dan aku akan memasrahkan segalanya kembali kepadaNya."
*
Apakah kalian tahu apa itu hidup?
Hidup adalah dimana kalian tetap menjalani semua yang ditentukan Yang Maha Kuasa, sepedih apapun itu. Nayla adalah seorang gadis biasa yang bermimpi bahagia dengan orang yang dicintai dan mencintainya. Sayangnya Tuhan berkata tidak.
Wira adalah manusia biasa yang bermimpi memiliki gadis seperti Nayla. Tapi sayangnya, Tuhan berkata tidak.
Nayla dan Wira memiliki mimpi yang sama. Tapi lihatlah apa yang terjadi? Lihat bagaimana Tuhan menggoyangkan benang takdir dua insan itu dan menjadikannya kusut hingga tak berbentuk.
Tapi inilah hidup. Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi sebelum hal itu benar- benar terjadi.
Kita tidak akan pernah benar-benar memiliki sesuatu, karena segalanya sesuatunya adalah milik-Nya dan kepada-Nyalah semua akan dikembalikan.
Rinai hujan turun perlahan membasahi bumi. Seiring dengan rinai air mata Nayla dan Wira yang harus menelan pahitnya cinta.
Mereka tidak diciptakan untuk bersama.
Tidak akan pernah bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH SEORANG PEMERKOSA
Romance"Setiap kesalahan bisa dimaafkan, tapi tidak semua kesalahan bebas dari tanggung jawab" -Fachir Bramantiyo-