Latisha, wanita muda 25 tahun yang bekerja sebagai salah satu sekretaris junior CEO itu bisa merasakan tubuhnya gemetar dan keringat dingin mengucur di tengkuknya, tat kala ia dipanggil ke ruang CEO. Well, dia memang terbiasa mondar-mandir di lantai tertinggi sky scraper tempatnya bekerja itu, tapi karena dia harus mengantarkan berkas, atau mendampingi atasannya, bukan panggilan mendadak tanpa sebab seperti saat ini.
*
"Masuk." Ucap Pram, Asisten CEO yang biasa mengekori atasannya selama jam kerja selain sekretaris lapangan yang tak lain dan tak bukan adalah Latisha sendiri, wanita muda yang disuruh menghadap ke ruang CEO itu.
Bian menatap Latisha dingin. Wanita yang terlihat innocent dan kikuk itu ternyata rubah yang licik. Bagaimana bisa Bian tidak menyadari keanehan di setiap kejadian ketika mereka bersama. Dia yang membuat Bian harus menghapus noda saus di tepi bibirnya agar ia tak merasa malu ketika mereka terpaksa business meeting di jam makan siang, menangkapnya yang hampir jatuh terpeleset, dan kejadian-kejadian yang menurut Bian biasa saja, tapi siapapun akan menilai lebih jika melihatnya lewat foto-foto dengan angle yang sempurna.
"Apa kau tahu tentang foto-foto ini?" Tanya Bian meletakkan amplop portepel di mejanya dan membiarkan Latisha mengambil dan melihat isinya.
Mata Latisha langsung terbelalak. Terkejut setengah mati. "Ya Tuhan! Apa ini?"
"Seseorang mengirimiku foto-foto ini." Tambah Bian sedatar mungkin.
"Ya Tuhan! Tapi siapa? Untuk apa? Ya Tuhan! Mereka jahat sekali. Mereka pasti ingin memfitnah Bapak." Latisha masih menilik foto-foto itu satu persatu sembari menggeleng-geleng tak percaya.
Bian yang melihat ekspresi Latisha hanya menampakkan smirk yang mengerikan. Dia sedang menahan kesabarannya. Benar-benar sangat menahan kesabarannya. Kalau saja yang di depannya bukan seorang wanita, Bian pasti sudah menghajarnya tanpa ampun.
"Sekarang aku mengerti kenapa para agensi selalu menolakmu. Kau memang tidak berbakat."
Latisha mengangkat kepalanya dan menatap Bian yang serasa ingin mengulitinya.
Ada apa ini?
Kenapa Latisha merasakan aura yang mencekam di sini?
"Ma-maksud Bapak?" Latisha yang sudah ketahuan belangnya masih saja berakting.
"Pak Iyan." Panggil Bian tenang.
Pengacara keluarga Bramantiyo yang memang sudah berada di tempat mendekat satu langkah ke orang nomor 1 di anak perusahan keluarga Bramantiyo yang termahsyur itu. Seulas senyum kecil nampak di wajahnya yang kaku.
"Tolong sebutkan pasal berlapis yang bisa saya ajukan atas kelakuan wanita ini."
Latisha terkejut bukan main. Apa dia sudah ketahuan? Dia melihat ke arah Bian dan pengacara berkumis tebal secara bergantian. Tak siap mendengarkan apa yang harus ia dengarkan.
"Pasal ITE dengan pidana 12 tahun atau denda 12 milyar."
Bola mata Latisha seakan-akan akan keluar dari matanya.
APA????
12 tahun penjara?
12 milyar????
"Ditambah pencemaran nama baik dan perbuatan tidak menyenangkan." Tambah pengacara yang masih kelihatan gagah di usianya yang pasti sudah lebih dari 40 tahun itu.
"Tunggu, ini salah paham. Kenapa saya dituduh untuk sesuatu yang tidak saya lakukan? Seseorang telah mengambil foto-foto saya tanpa sepengetahuan saya, lantas kenapa saya yang dipersalahkan? Ini tidak masuk akal." Sanggah Latisha dengan sangat meyakinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH SEORANG PEMERKOSA
Romance"Setiap kesalahan bisa dimaafkan, tapi tidak semua kesalahan bebas dari tanggung jawab" -Fachir Bramantiyo-