Enam belas

1.4K 148 3
                                    

"Aduh! Apa sayang? Aku lapar." Ringis Bian karena Nay memukul tangannya yang hendak mengambil risol yang baru diletakkan di meja makan.

Sekarang waktu menunjukkan pukul 19.15. Bian baru saja tiba ketika para wanita tengah menghidangkan makan malam di meja.

"Cuci muka, tangan dan kakimu dulu. Kau kotor."

"Baik Nyonya." Dan Bian pun langsung menuju pintu dengan sticker bathroom yang terlihat dari ruang makan tempatnya berada.

Di dekat mereka, Aini dan putrinya terkekeh melihat pasangan suami istri itu. Tuan Bramantiyo sangat jinak pada istrinya.

***

"Waah, aku merasa berada di surga melihat makanan ini."

Siapapun yang melihat sop iga yang baru matang pasti akan merasa surga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapapun yang melihat sop iga yang baru matang pasti akan merasa surga. Surga dunia. Dan jangan lupa temannya. Risol yang tadi ingin langsung dilahap oleh Bian ketika melihatnya di meja makan.

 Risol yang tadi ingin langsung dilahap oleh Bian ketika melihatnya di meja makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf sudah merepotkan Mbak." Tambah Bian lagi sambil melirik senang ketika Nay mengambil piring kosongnya dan mengisinya dengan nasi.

"Merepotkan apa? Istrimu sendiri yang memasak semua ini, Mbak hanya membantu menghidangkannya. Katanya suaminya suka sop daging, jadi pas lihat iga di kulkas langsung bilang mau masak sop. Mbak sibuk urus kateringan besok, jadi tidak sempat membantu. Jadi Mbak yang harusnya berterima kasih karena sudah dimasakkan yang lezat seperti ini. Bukan begitu sayang?" Ujar Aini sambil membelai rambut putrinya yang lalu diangguki sang putri yang sudah mulai mengunyah.

"Seratus poin untuk istri idaman dan bonus 100 poin karena perhatian. Mari makan."

Nay memutar bola matanya jengah. Suaminya yang selalu siap konyol di manapun ia berada.

*

Adibah hanya terkekeh melihat tamu di rumahnya itu. Si Tamu tampan itupun tersenyum padanya. Adibah merasa hangat, tapi kemudian terlihat murung. Aini bisa melihat putrinya itu. Si Kecil pasti memikirkan almahum ayahnya lagi.

Aini menepuk punggung putri tercintanya.  Mencoba menguatkannya. Putrinya yang malang. Di usianya yang masih begitu muda, dia sudah kehilangan kasih sayang seorang ayah. Hal itupun tak luput dari perhatian Nay.

JODOH SEORANG PEMERKOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang