Nay's POV
Fabian Chandra Bramantiyo. Sebuah nama yang tak pernah kubayangkan akan menjadi imam dalam hidupku, pelipur laraku, alasanku tersenyum dan sipu malu yang selalu sukses ia munculkan ketika dia dan kekonyolannya selalu menggetarkan hatiku.
Perlahan, dia menjadi seseorang yang lebih baik, lebih baik dan lebih baik lagi. Aku bahagia melihatnya tak malu belajar beribadah di usianya yang tak lagi muda. Setiap akhir pekan, seorang ustadz datang khusus untuk mengajarinya banyak hal hingga setelah genap setahun pernikahan kami, dia sudah dengan fasih mengimamiku. Lantunan ayatnya pun tak kalah merdu dengan orang yang terbiasa murotal Qur'an. Dia, Fabian Chandra. Suami biasaku yang entah kapan menghapus nama yang dulu aku elu-elukan di dalam hatiku, dan aku tidak berharap pria yang lebih baik darinya. Hanya dia. Cukup dia.
***
Bulan kesepuluh pernikahan
"Apa tidak ada satupun orang di sini yang mendengarkan perkataanku? Apa kalian semua ingin dipecat atau bagaimana?"
Aku meringis mendengarnya melampiaskan amarahnya pada para asisten rumah tangga kami. Aku yang salah, tapi semua orang kena imbasnya.
"Mas....mereka tidak salah. Kalau mau marah, marahin aku aja." Interupsiku yang langsung aku sesali. Kulihat dia melotot sambil berkacak pinggang. Mengadu keningnya dan keningku. Membuatku ciut seketika.
"Apa kau pikir aku tidak akan menghukummu Nyonya? Jangan khawatir! Jangan harap kau bisa keluar dari kamarmu besok." Ucapnya vulgar yang walau bercanda tapi masih bisa didengar oleh yang lain karena kulihat Bi Asih dan asisten yang lain menahan tawa setelahnya. Aish!!! Kenapa aku punya suami tak tahu malu seperti ini. Suatu ketika, mama bahkan memergoki kami, ketika suamiku yang tak tahu malu itu memasukkan tangan nakalnya kedalam pinggang rokku dan meraba-raba bongkahan yang ada di sana. Tepat ketika aku sedang memasak makan siang. Catat itu. Makan siang yang berarti masih siang.
"Aku tidak mau tahu. Kalian semua harus memastikan Nyonya kalian yang tidak tahu aturan ini, makan tepat waktu, tidur siang, dan kalau dia kedapatan membuat barang-barang tidak berguna dan melukai dirinya lagi atau membuatnya kelelahan, kalian akan menanggung akibatnya. Aku memberikan kekuasaan kepada semua asisten di rumah ini untuk melarang kalau perlu melawan, jika Nyonya kalian yang bandel ini melanggar peraturan yang aku buat. Paham?"
"Paham Tuan." Jawab para asisten serempak.
Bagus sekali. Tuan Bramantiyo benar-benar mengekangku kali ini.
***
( Anggap rambutnya hitam 👆)
Aku belum selesai memakai luaran jubah gamis tidurku ketika aku merasakan kecupan di bahuku yang kurus. Aku tak jadi memakainya karena Tuan Nakal yang masih asik dengan apa yang dikecupnya justru melepaskan kembali jubah tipisku itu dan membiarkannya jatuh tergeletak di lantai begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH SEORANG PEMERKOSA
Любовные романы"Setiap kesalahan bisa dimaafkan, tapi tidak semua kesalahan bebas dari tanggung jawab" -Fachir Bramantiyo-