Awal bulan keenam pernikahan
"Apa mas yakin mau hadir? Tanganmu baru sembuh." Tanya Nay ketika menemani suaminya makan dengan lahap. Menu makan siang hari ini sop buntut. Satu lagi menu kesukaan Bian.
"100 poin untuk sop buntut lezat ini, dan 100 poin untuk istriku yang bawel." Canda Bian disela-sela suapan nikmatnya.
"Mas, aku serius." Rengek Nay yang lalu memunculkan senyum di wajah tampan suaminya.
"Ada apa? Apa suamimu ini berbuat ulah lagi?"
Nay dan Bian menoleh ke sumber suara. Orang tua mereka telah tiba.
Nay yang memang menantu teladan langsung menghampiri pengganti orang tuanya yang telah tiada itu, menyalami mereka dan memberi kode pada Bi Asih tuk membantu melayani Tuan & Nyonya besar yang baru saja datang.
"Bukankah kita akan makan siang bersama?" Tanya Nyonya besar lagi, sedang Tuan Besar sudah mulai melahap makanannya. Semua pria di keluarga Bramantiyo adalah penggila sop daging.
"Maaf Ma, Mas sudah lapar katanya." Ucap Nay yang tadi sambil mengambilkan nasi untuk ayah mertuanya, yang kini giliran mengambilkan nasi untuk ibu mertuanya.
"Dasar! Yo wis, kamu juga duduk. Makan."
"Iya, Ma." Lalu Nay mengambil posisi di samping suaminya yang masih asik dengan makan siangnya.
*
Setelah makan siang usai, keluarga Bramantiyo berkumpul di ruang TV sambil menikmati acara berita. Satu-satunya channel yang ditonton oleh para pria Bramantiyo. Beberapa cemilan sudah tersedia, tapi sepertinya tidak ada yang tertarik karena semua orang makan nambah hari ini.
"Kamu mau pergi bareng suamimu atau menyusul bareng mama, Nak?" Tanya Nyonya Besar pada menantunya yang sedang duduk sembari dirangkul suaminya, risih, tapi Bian takkan membiarkan istrinya menjauh.
Nay melirik suaminya yang lalu tersenyum dan mengecup ringan cuping hidungnya.
"Nay tidak ikut, Ma. Dia tidak suka pesta seperti itu." Jawab Bian menggantikan Nay.
"Tidak ikut? Tapi itu acara achivement suamimu loh Nay, apa kata orang nanti kalau kamu tidak datang?"
"Ma, Anakmu bilang tidak mau datang. Sudah, jangan memaksanya. Papa juga nggak akan suka kalau Nay datang tapi dia tidak nyaman di sana. Kau tahu sendiri orang-orang sosial elit itu. Mereka pasti akan mengganggu Nay. Lebih aman jika dia tidak ikut." Potong Tuan Besar yang artinya tidak boleh dibantah.
*
Siang berganti malam, Tuan dan Nyonya Besar Bramantiyo yang menginap sudah tidur di kamar mereka dan pasangan Bramantiyo muda pun sedang bersiap untuk tidur di ruang tidur utama kedua.
Bian terlihat mengotak-atik iPADnya, sedang Nay masih menyisir di meja riasnya. Tak lama, Nay menghampiri suaminya yang lalu meletakkan gadgetnya dan fokus pada istrinya yang jelita.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH SEORANG PEMERKOSA
عاطفية"Setiap kesalahan bisa dimaafkan, tapi tidak semua kesalahan bebas dari tanggung jawab" -Fachir Bramantiyo-