Chapter 15

2.3K 145 2
                                    

"Lo anak yang ngga tau diri itu kan?"

"Anak gak tau malu?"Sambung nya.

Sakit hati? tentu. Ia sempat berfikir. Apa dia salah telah di lahirkan di dunia ini? Apa dia tak di harapkan di dunia? Kenapa selalu di caci, hina, Tak pernah di beri kasih sayang dari orang yang ia sayang. Apa tuhan menguji nya? Ini terlalu berat bagi nya. Ia tak sanggup menampung semua kesedihan, Kekecewaaan, Ia muak! Muak dengan semua ini!

"Maksud bapak apa ya?" Ia Berusaha tenang walaupun Hati nya hancur berkeping keping.

"Lo Anak yang Hampir bikin adek gue Ryan ninggal kan? Anggilia permata alexander"  ucap Kevin Menekan kata terakhir.

"Alexander? Itu bukan nya Marga keluarga bapak ya? Bapak punya adek perempuan?"

"Ya, Itu lo"

"Eh tapi gue gak punya adek pembunuh Kek lo, Dan gue tau juga itu lo!"

"Cuma ini yang bapak bicarakan?" Tanya Lia dengan nada lebih sinis.

Cukup! Kevin cukup emosi dengan tingkah laku anak murid beserta adik nya dulu.

"Lo gak sopan banget ya ke orang yang lebih tua dari lo!"

"Anda minta di hormati dan di hargai? Kalian aja belum tentu mau menghargai saya" Ucap Lia penuh keberanian walau di hati nya ia takut dengan tatapan membunuh kakak nya.

Srekk

Plak!

Lia mendapatkan jambakan yang kuat serta tamparan yang melebihi Tamparan Cabe sekolah kemaren.

"LO BERANI NYA YA SAMA GUE! ANAK PEMBAWA SIAL, ANAK GAK TAU DI UNTUNG, GAK TAU MALU LO!"

"BERANI BERANI NYA LO MUNCUL LAGI DI HADAPAN GUE!"

Kini pertahanan Lia runtuh akhir nya ia menangis.

"hiks.. Sakit, le-lepasinn"

"INI HUKUMAN BUAT LO SIALAN!!"

"Aku mo-mohon lepasin" Bukan nya melepaskan jambakan tersebut malah ia lebih erat menjambak.

Tak lama dari itu Lia tak memberontak dan mengaduh kesakitan lagi, Ia sudah lemas.

Kevin juga mengernyit, "Astagfirullah, Lia!"

...

Kevin mondar mandir di depan pintu UGD rumah Sakit. Ia lah yang mengantarkan Lia yang pingsna menuju rumah sakit.

Ceklek.

"Gimana keadaan adik saya dok?" Tanya Kevin pada Dokter yang baru saja keluar dari ruangan Lia. Dokter itu tampak terkejut bahwa Kevin mengakui Lia adik nya. Dokter yang ber nametag Dr.Adi itu Dokter kepercayaan Lia, dan tau selak beluk kehidupan Lia.

"Tolong jangan dia, Jangan kecapean dan banyak pikiran, Dia sudah cukup banyak pikiran. Jika ini berlangsung maka akan mengakibatkan Depresi bagi Pasien. Dan.."

"Dan apa dok?" Tanya Kevin penasaran.

"Ah, Dan ja-jaga pola makan nya" Hampir saja Dr.Adi keceplosan.

Dok tolong rahasiakan ini ya, Aku mohon dok.

"Apa saya boleh melihat nya?"

"Tentu."

Setelah itu Kevin masuk ke ruangan Lia berada.Pemandangan pertama yang ia lihat adalah Lia yang terbaring lemas di atas brankar dengan infus yang melekat di tangan kiri nya.

Ia duduk di sebelah brankar, ada perasaan bersalah kini.

Mulai mengelus rambut halus Lia  "Ini yang kakak jambak tadi"

Mulai membelai pipi kanan yang ia tampar tadi "Ini yang kena tampar kakak, Kenceng banget ya?"

"Maaf."

Hening yang dapat mendreskripsikan ruangan Lia sekarang.

"Mama..Papa.. kak kepin.. bang Ryann.." Racau Lia masih mata terpejam.

"Lia kengen Hiks.." Masih dengan mata terpejam Lia meracau tak jelas keluarga kandung nya. Tak lama terdengar dengkuran halus dari Lia.

B E R S A M B U N G

SUFFERINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang