Chapter 16

2.3K 132 0
                                    

"Mama..Papa.. kak kepin.. bang Ryann.." Racau Lia masih mata terpejam.

"Lia kengen Hiks.." Masih dengan mata terpejam Lia meracau tak jelas keluarga kandung nya. Tak lama terdengar dengkuran halus dari Lia.

Hening kembali.

"Kamu kangen banget ya sama mama papa?"

"Akh! Gue gak bakalan terpengaruh drama lo!" Ucap Kevin langsung beranjak dari duduk nya.

Ceklek.

Pintu Ruangan Lia terbuka tampak lah Wanita paruh baya yang tengah mengendong bocah, kecil bi inah dan Raka.

"Siapa ya?" Tanya Kevin.

"Saya pembantu nya non Lia den, Aden ini siapa nya non Lia ya?"

"Oh, Saya kepala sekolah nya Lia bi, Maaf ya kami berbuat kesalahan sehingga Lia masuk rumah sakit."

"Tak apa Den,"

"Em, boleh saya tahu orang tua Lia dimana ya?"

"Lia anak angkat dari majikan Saya Den, Tuan dan nyonya baru minggu kemaren mereka meninggal karena kecelakaan. Kalok abang angkat nya non Lia baru aja tadi pagi berangkat ke jerman. Jadi Non Lia sendiri sama Saya dan Raka"

"Oh, Kok anak angkat bu?" Kevin sengaja mengurik masa lalu adik nya.

"Ya, Karena Non Lia di usir oleh keluarga kandung nya kalok gak salah karena kesalah pahaman den."

"Dan ya ini Raka anak nya Lia" Ucapan Bi Inah membuat Kevin membulatkan mata nya.

"Anak bi?"

"Iya, Anak angkat" Bisik Bi inah di kata akhir.

Raka berjalan pelan menuju brankar Mommy nya, Ia menaiki kursi yang berada di sebelah brankar dan memeluk Mommy nya.

"Mommy bangun, Laka gak mau sendili. Momm.. Hiks.." Raka menangis di celekuk Leher Lia. Kegiatan itu tak lepas dari pandangan bi Inah dan Kevin.

"Mommyy..." Tak lama Raka tertidur karena cape menangis.

"Em, bi saya balik lagi ke sekolah ya"

"Iya den"

"Assalamualaikum,"

"Waalaikum salam"

....

Ihsan Baru saja sampai di hotel penginapan nya dengan menaiki taksi untuk menuju hotel nya.

Melonggarkan dasi nya dan merebahkan tubuh nya di atas kasur king size nya.

"Cape banget yaallah," gumam nya.

"Mandi dulu ah." Setelah mengucapkan itu ia beranjak dari kasur menuju kamar mandi.

Setelah beberapa menit, ia keluar dengan handuk yang melilit di pinggang nya.

Mengambil baju di ransel nya. Kini pandangan nya teralih pada secarik kertas berada di ransel nya.

Ia mengernyit bingung. Tanpa banyak pikir ia membuka kertas tersebut.

To:bang ihsan.

Bang, abang jangan lama lama ya di sana. Aku takut Nanti Raka sendirian. Aku takut Raka kesepian lagi. Aku gak mau itu bang.

Nanti kalok aku udah gak ada, abang janji ya rawat Raka sungguh sungguh sampai gede, sampai sukses.

Salam kangen, Lia.

Ihsan kembali mengernyit, ia tak mengerti apa isi surat ini.

"Nanti kalok aku udah gak ada? Berarti?" Gumam nya. Cepat cepat ia mengambil handphone menghubungi adik nya.

Nomor yang anda tuju..

Tut.

"Ini anak kemana si?" geram Ihsan prustasi.

"Ha! Telpon bibi,"

...

"Engh..." Lenguh Lia terbangun daru pingsan nya.

"Eh non Lia udah bangun, Ini di minum non" Ucap Bi Inah menyodorkan air putih dan membantu Lia duduk.

"Bi, siapa yang bawa Lia ke sini?"

"Kata nya kepala sekolah non" Lia memenjamkan mata nya sejenak menghilangkan pening yang menjalar di kepala nya.

"Bi, jangan bilang bang Ihsan ya kalok Lia sakit, Lia takut Bang Ihsan gak konsentrasi kerja nya"

"Baik non"

Drt..drt..drt..

"Non, Den ihsan nya telpon" Ucap Bibi terhadap Lia.

"Angkat bi,"

Bibi mengangkat telpon nya dan men - loudspeaker.

"halo bi,"

"Iya den, ada apa ya?"

"Keadaan Lia gimana, sehat sehat kan? Telpon nya ngak aktif. Takut terjadi apa apa"

"Non Lia sehat kok den, Ini Lagi nonton TV bareng."

Terdengar menghela nafas di seberang sana "Syukur deh bi, udah ya bi, Ihsan mau istirahat"

"Iya den, Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"


B E R S A M B U N G

SUFFERINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang