33 [ FINAL ]

10K 510 114
                                    

Aku dan phi Mew menghampiri keluarga yang lain dan juga sudah ada nenek disana. Mereka sedang menunggu mamah dan papa pulang dari rumah sakit.

"Sawadeekhrab" ucapku dengan phi Mew bersamaan. Seketika semua orang membalas salam yang kami berikan.

"Sini duduk sini nak" ucap nenek Suppasit yang sedang duduk di kursi rodanya itu.

Phi Mew dan aku segera duduk di sofa panjang bersama nenek ku. Aku pun langsung memberikan way kepada nenek. Lalu nenek membalas nya dan mengelus rambut ku.

"Apa nenek disini sudah lama?" Tanya ku yang masih memandang nenek.

"Tidak juga. Saat nak Mew keluar dari kampus, dia langsung menjemput nenek" jawab nenek. Aku pun mengangguk paham.

Kakek Suppasit dengan wajah khas nya dan memakai kaca mata itu sedang membaca koran yang disimpan di kolong meja ini. Dan nenek Suppasit kini tengah memandang ku dan phi Mew, itu membuat ku salah tingkah saja.

"Apa mamah dan papa belum pulang?" Tanya phi Mew. Kakek pun segera menurunkan koran yang menutupi wajah nya itu. "Belum" jawabnya singkat, lalu kembali terpokus dengan koran yang sedang dibaca nya.

Phi Mew menganggukan kepala nya, "lalu... kemana nong Perth?" Tanya nya lagi.

"Nong mu belom pulang, Mew. Dia akan segera pulang karena tadi dia ada jadwal tambahan" jawab nenek Suppasit.

"Ahh gitu, ya sudah nek.. aku ke kamar dulu kalau begitu, aku akan berganti pakaian" kata phi Mew yang sudah bangkit dari duduknya. Nenek Suppasit menganggukan kepala nya.

"Gulf, kau mau ganti sekalian tidak?" Tanya phi Mew yang melihat ke arah ku. Aku pun menggelengkan kepala, "tidak usah phi, nanti di rumah saja" jawab ku menolak nya.

Phi Mew menganggukan kepala lalu berjalan meninggalkan kami berempat yang masih setia di ruang tamu ini.

Aku bercakap cakap dengan nenek ku tentang keseharian ku, itu selalu aku lakukan. Aku akan menceritakan semua nya kepada nenek, sehingga nenek tau apa saja yang telah aku alami.

Kalau aku berbuat salah dan buruk, nenek akan memberitahu ku dan mengajariku agar aku tak berbuat buruk. Nenek bukan tipe orang yang suka marah. Dia akan mengingatkan bukan memarahi.

Kalau aku dari kecil dididik seperti itu, nenek yang suka marah marah, pasti aku besarnya akan menjadi anak yang sangat bandel. Untungnya tidak, aku sangat menyayangi nenek ku ini.

Di saat aku sedang bercerita dengan nenek ku dan nenek Suppasit. Tiba tiba suara kakek terdengar.
"Gulf" kakek memanggil ku.

Aku pun langsung menoleh menghadap kakek yang duduk di depan ku itu. "Iya kek?" Jawabku.

"Kalau benar... kau dan Mew bersaudara. Maka putuskan hubungan kekasih antara kau dan Mew!" Ucapnya terdengar tegas sekali.

Sialan. Hatiku... Seperti di cabik cabik dengan benda tajam saja. Sakit sekali.

Namun aku mempunyai firasat kalau aku bukan saudara nya phi Mew! Aku bukan anak dari keluarga Suppasit!

Aku menunduk kebawah menyembunyikan air mata yang hampir menetes ini.

"Gulf.." panggilnya lagi. "Saat orang tua berbicara tolong di hormati, jangan melihat kebawah Gulf!" Ucapnya yang semakin geregetan dengan sikapku.

Mata ku yang tak kuat pun lolos meneteskan air mata ini. Aku segera menepis nya dan membalas tatapan kakek.

Elusan halus dipunggung bisa aku rasakan. Nenek dengan tulus nya mengelus punggung ku. Aku merasakan sedikit baikan saat nenek melakukannya.

Aku menarik napas dalam dalam.
"Hmm.. kek.. tapi aku merasa kalau kita bukan lah saudara. Jadi tunggu saja hasil dari tes DNA nya" ucap ku dengan sedikit sesegukan karena baru saja menangis.

TERNYATA! ✓[COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang