Taehyung dan Seokjin tampak menunggu di halaman depan rumah saat Seorang Wanita dengan tampilan mewah menggandeng sebuah bola- maksudnya sesosok pria sebening kaca yang tingginya hanya sepaha Taehyung.
"Tae sudah bilang, Ma. Jangan bawa orang asing ke rumah" ujar Taehyung. Tangannya dilipat dan memandang sinis wajah bulat yang tengah menatapnya polos.
"Dia adikmu, Tae! Jangan berkata seperti itu!" ujar lelaki yang tak lain adalah ayahnya.
"Terserah" ujar Taehyung seraya melengos masuk membuat si kecil itu takut.
"Kenapa tidak di taruh di panti sampai besar, sih, Ma?" ujar Taehyung kesal.
"Jaga bicaramu, Taehyung! Mama tidak pernah mengajarkanmu berkata kasar, apalagi di depan adikmu sendiri" ujar Mama.
"Cih, adik" ujar Taehyung.
"Aku akan seterusnya menjadi bungsu Mama! Aku tidak sudi punya adik seperti dia!" ujar Taehyung seraya menunjuk kasar pria kecil itu sebelum naik ke atas dan membanting pintunya.
"Kookie, Mama minta maaf sayang" ujar Mama seraya memeluk pria kecil yang tak lain adalah anaknya, Kookie.
"Kalau saja Mama tidak baby blues, pasti Kookie tidak seperti ini. Semua salah Mama, Kookie menderita juga salah Mama" ujar Mama menagis di pundak kecil sang anak.
"Tidak Ma, Mama tidak salah. Taehyung hanya belum menerima keadaannya. Yang penting sekarang kita harus membuat anak-anak kita bahagia. Termasuk Kookie" ujar Papa.
"Ehem"
Seokjin berdehem disudut sana. Sedari tadi memang hanya diam, tidak dipihak mama maupun Taehyung. Namun fokusnya terus saja tertera dengan anak kecil malang yang kini menjabat sebagi adiknya juga.
"Kakak marah juga dengan Mama, Nak?" tanya Mama seraya menghapus air matanya.
"Tidak, Ma. Hanya saja sepertinya mendekati dia butuh tenaga ekstra" ujar Seokjin.
"Namanya Kookie, Seokjin" ujar Papa.
"Iya, Pa. Kakak masih ingat nama itu di rumah sakit dulu" ujar Seokjin yang kemudian mengambil langkah mendekati Kookie yang berdiri di samping Mama.
"Ama.." cicit Kookie seraya mundur dan bersembunyi di belakang gaun Mama. Tangan kecil ya mengerat pada ujung gaun, menandakan ia ketakutan.
"Ini Kakaknya Kookie, Kakak Seokjin namanya" ujar Mama berlutut untuk menyamakan tingginya dengan tinggi bungsunya. Walaupun ternyata Kookie tetap kalah tinggi.
"Kookie? Ini Kakak" ujar Seokjin seraya memegang tangan Kookie.
"Ama.." cicit Kookie lagi dengan bibir yang mulai melipat dan hampir menangis. Namun ia menggigit bibirnya. Kookie ingat, Pengasuhnya melarangnya untuk menangis didepan keluarganya.
"Tidak apa-apa sayang, ini Kakaknya Kookie.. Kakak Seokjin baik, sayang dengan Kookie" ujar Mama dengan segala kelembutannya. Namun Kookie tetap menggeleng membuat Seokjin menyerah.
"Mungkin Kookie masih bingung, Nak. Terimakasih tidak marah dengan Mama, Nak.. Maaf Mama belum bisa menjadi Mama yang Baik untuk semua" ujar Mama.
"Mama bicara apa? Bagi Kakak Mama adalah yang terbaik. Kakak juga tidak akan menyerah, Ma. Kakak akan terus mencoba mendekati Adik. Mungkin Kookie memang masih asing dengan Kakak" ujar Seokjin mencoba dewasa sembari tersenyum kepada Kookie. Sedangkan Kookie hanya menunduk, tak berani menatap sang Kakak.
"Mama dan Kookie ke kamar dulu, ya? Sepertinya Kookie mau susu. Papa ke kamar Tae dulu" ujar Papa.
"Kakak ikut, pa" ujar Seokjin, namun Papa menggeleng.
"Terimakasih, tapi Kakak bantu Mama urus keperluan Adik dirumah dulu, ya?" ujar Papa sebelum naik ke atas, Kamar Taehyung.
Cklek
#tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Well, Hello Kookie!
FanfictionKim Kookie, Bayi berusia dua tahun yang baru saja kembali ke tengah-tengah keluarga Kim setelah di 'titipkan' di sebuah penitipan yang ternyata bermasalah. Kembalinya si bungsu ternyata kurang mendapat kesan baik bagi Kakaknya. Berbagai masalah mula...