00

1.7K 149 1
                                    

15 Oktober 2020, 20:58.

Miihi berbaring di tempat tidurnya, menggunakan satu tangannya untuk memegang ponselnya sementara tangan satunya lagi ke mulutnya, menggigit salah satu kuku- kebiasaannya dari kecil yang miihi miliki.

Saat itu jam delapan lewat lima puluh delapan malam. Orang tuanya tentu sudah pergi tidur, adik laki-lakinya juga sudah masuk ke kamarnya tadi, tetapi dengan suara game yang miihi dengar, dia pasti belum tidur.

Lampu kamarnya dimatikan, satu-satunya sumber cahaya yang berasal adalah dari lampu jalan di seberang yang terlihat melalui tirai jendela yang tertutup.

Kemudian miihi mendengar.

Suara gesekan seperti menggaruk.

Mungkin bukan apa-apa. Pikir miihi sendiri.

Miihi tetap mengabaikannya, tapi kemudian suara itu terus terdengar. Suaranya tidak berasal dari kamar adik laki lakinya, jadi dari mana asalnya?

apapun itu Miihi akan tetap mengabaikannya, mengira itu mungkin hanya cabang pohon yang menyentuh jendelanya, tetapi kemudian miihi mendengar suara yang lebih keras. Kedengarannya seperti suara benturan yang keras.

Miihi tersentak, dikejutkan oleh suara keras yang tiba-tiba. Miihi langsung mematikan ponselnya lalu meletakkan di atas meja kecilnya, membeku ketika suara keras itu terdengar lagi. Miihi hampir mengira bahwa suaranya cukup keras untuk didengar oleh seluruh rumah.

tetapi ngomong-ngomong orang tuanya atau saudara laki-lakinya tidak datang ke kamar untuk mengeluh tentang kebisingan itu, berarti mereka tidak mendengarnya.

miihi perlahan lahan mulai berdiri, mencari sumber suara ke jendelanya yang tertutup. Miihi bisa merasakan detak jantungnya bertambah cepat seiring dengan langkah perlahan ke arah jedelanya.









































































SRAK!!

Miihi menyibak tirai jendela dengan cepat.





Miihi hampir mengalami serangan jantung ketika melihat seorang anak laki-laki berambut coklat pastel bertengger di dahan pohon besar yang berdiri di dekat rumahnya. Saat miihi dan lelaki itu melakukan kontak mata, miihi menghela nafas lega dan membuka jendelanya lebih lebar.

"Heh, ngapain lu bego. Udah mal-" miihi tidak menyelesaikan kalimatnya sebelum anak itu berbicara memotong perkataannya.

"iye, iye bawel. Bantuin napa malahan di katain bego," miihi memutar matanya malas sebelum meraih lengan lelaki itu dan membantunya masuk melalui jendela kamar.

"Lee Haechan, ngapain lo ke rumah gue?" miihi berkata kepada temannya begitu dia masuk dengan selamat. "Kaget gue bego. Segala make manjat pohon, lo monyet apa?"

"Hm. Ehiya sekarangkan bulan oktober, pasti lo tau apa artinya wkwkwk." Haechan tertawa garing kriuk kres pada miihi sebelum duduk di mejanya, mencolokkan pengisi daya ponselnya ke sakelar kamar miihi sebelum mencolokkan cargernya kepada ponselnya.

Miihi memutarkan matanya lagi dengan malas. "Lo ngga berhasil nakut nakutin gue pas halloween taun kemaren. Dan sekarang mau nakutin gue lagi?" miihi berjalan ke tempat tidurnya dan duduk ditepinya.

Dan tepat saat itu, ponselnya berdering dengan pemberitahuan telepon di sampingnya, menyebabkan miihi hampir terjungkal dan mengeluarkan jeritan pelan. Miihi menatap haechan, melihatnya terkekeh.

T.O.D | ɴᴄᴛ ᴅʀᴇᴀᴍ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang