02

629 97 4
                                    

17 Oktober, 21:41.

Suara telepon yang berdering dengan keras membuat miihi terbangun dari tidurnya. 

Ia segera meraih ponselnya, mencoba menghentikan suaranya sebelum akhirnya membangunkan orang lain di rumahnya.

ID penelepon tidak diketahui, tetapi miihi memutuskan untuk menjawabnya. Mungkin bisa saja salah satu temannya yang mengganti nomornya yang baru atau sesuatu? Atau mungkin juga anggota keluarganya yang jauh mencoba meneleponnya? bisa jadi.

"Halo?" Miihi berucap di telepon saat ia mulai terduduk di tempat tidurnya.

Tidak ada yang mengatakan apa-apa dari jalur lain. "Halo," ulang miihi. "siapa ini?"

Tidak ada Jawaban, hanya terdengar suara helaan berat lelaki yang membuat miihi mengerutkan matanya.

Miihi menghela napas, menutup telepon. Dia baru saja dibangunkan dari tidurnya oleh seseorang yang bahkan tidak mengatakan apa-apa.

Benar benar meresahkan.

Miihi berbaring kembali, akan menutup matanya kembali dan menuju alam mimpi. Tetapi belum sempat ia menutup matanya, ponselnya berdering lagi. Miihi mengerang pada dirinya sendiri, duduk dan melihat ponselnya lagi.

Kali ini, ID penelepon bertulisan Haechan.

"Kenapa sih lo selalu nelpon gue disaat yang ngga tepat?" Miihi bertanya dengan kesal saat ia menjawab teleponnya. "Jangan bilang lo mau kerumah gue lagi? Gak, gak bakalan gue bukain jendelanya, gue udah capek sama kelakuan lo."

"apaan sih, bukan woy." Ucap anak laki-laki itu melalui telepon. "eh lo... lo dapet telpon aneh gak barusan? Kaya dari nomer yang ngga dikenal?"

"Iya. Kenapa emangnya?"

"Beneran?! Gue juga. Somi juga. Dan Jaemin, Jeno, Renjun." Ucap Haechan. 

dan entah mengapa ucapan haechan tadi membuatnya merasa merinding.

"Kita semua dapet telepon, tapi pas kita nyaut orangnya gak ngomong apa apa." Haechan melanjutkan.

Hal-hal aneh telah terjadi hari ini. Batin miihi.

"lo download aplikasi Truth or Dare itu? Somi ngasih tau kita semua tentang game itu. Jadi, kita semua juga ngedownload dan hal yang sama terjadi— kita gak bisa ngapus aplikasinya." Haechan menjelaskan.

Miihi tidak bisa membantu tetapi ia merasa takut dengan situasi ini. Semua temannya telah mengunduh aplikasi tersebut dan mereka semua tidak dapat menghapusnya. Apakah itu masih bisa dibilang kebetulan?

"Tunggu," miihi mulai menyadari sesuatu. "Lee haechan, kalo ini cara lo nakut nakutin gue karna bentar lagi halloween, tolong berhenti sekarang." Ucap miihi Beritahu anak itu. "ini gak lucu anjir, ini udah—"

"miihi, ini bukan gue. Bukan gue yang ngelakuin semua ini. Dan ini terjadi juga sama gue."

"gimana gue bisa percaya sama lo? Lo selalu nakut nakutin gue dengan hal hal yang kaya gini. Oh, apakah semua orang juga lo takut takutin?" miihi bertanya.

"miihi," anak itu memulai. "INI BUKAN GUE ANJENG. Ini bukan lelucon atau semacamnya. Gimana caranya gue ngebuat aplikasi yang ngga bisa di apus dari hape?"

"yaudah gak usah ngegas bego, kan gue gak tau..." ucap miihi disertai tawanya. "tapi lo bener bener pinter dalam lelucon dan semacamnya. Sejauh yang gue tahu, ini bisa jadi lo yang ngelakuin."

"gue gak bakal—"

Anak laki-laki itu menghentikan kalimatnya, tepat saat ponsel miihi menerima sebuah notif.

T.O.D | ɴᴄᴛ ᴅʀᴇᴀᴍ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang