11

353 71 3
                                    



25 Oktober, 09:27.

Semua hal yang terjadi dalam hidup, ia tahu itu akan segera terjadi walaupun ia sendiri tidak tau apa yang akan terjadi kedepannya.

Miihi menatap buku cerita yang ia baca dan mendengar tetesan dari kotak infus yang ada di sampingnya, walaupun ia sudah mencoba menenangkan dirinya dengan membaca buku ia terus teringat tentang kengerian yang terjadi dalam hidupnya.

Hanya bisa 1 aplikasi dapat membuat begitu banyak hal terjadi.

"Kata dokter kita bisa pulang hari ini." ucap ibu miihi saat dia kembali ke kamar rawat setelah berbicara dengan dokter. “Pas pulang, kamu harus berhati hati. Tetep di tempat tidur selama beberapa hari dan jangan melakukan apa pun yang membuat diri kamu stres. Jisung, kamu juga gak usah sekolah dulu tolong temenin kak miihi.” ibu miihi menatap jisung yang sedang duduk di kursi di samping tempat tidur.

"Idih, ogah." Balas jisung.

Ibu miihi mendesah malas. "Ayah sama bunda harus bekerja, jadi kamu cuma perlu memastikan kalo kak miihi bener bener istirahat. Itu doang kok."

"Tapi-"

"Gak ada tapi tapian," ibu miihi memotong perkataan jisung.

Miihi memaksakan diri untuk tidak tertawa.

Miihi benar-benar terluka karena aplikasi bodoh itu. Kepalanya terbentur jalanan sampai bocor, sehingga ia di diagnosis terkena gegar otak ringan. Untung saja gegar otaknya ringan, kalau ngga mungkin aja dia gak bakalan inget sama dirinya sendiri.

Dan tentu saja saat ia membuka matanya kepalanya terasa pusing dan seakan akan bumi berputar.

"Ibu mau turun ke kantin rumah sakit dan beli beberapa makanan ringan untuk kalian berdua. Miihi, hati-hati.” ucap ibu miihi sebelum menghilang dari pintu kamar rawat, meninggalkan miihi dan Jisung sendirian.

Sekitar satu menit, keheningan terjadi.

"Eumm... Maafin gue." Ucap jisung.
"Gue gak bisa nyelesain darenya. Dan itu malahan ngebuat lo terluka. Gue minta maaf."

“lo minta maaf lagi.”

“Coba aja gue gak kepeleset dan bisa nyelesain darenya, lo gak bakalan ada disini.”

"Ini bukan salah lo." Miihi memberitahu jisung. “ngelakuin dare itu emang susah. Apalagi lo pake kaus kaki.” miihi menjelaskan. “gak semua orang bisa ngelakuin itu.”

Jisung menghela nafas. "Tetapi tetap aja. Kalo gue bisa ngelakuinnya lo gak bakalan ada disini."

"Gue gak nyalahin lo jis. Dan gak ada orang yang nyalahin lo juga. Jadi jangan salahin diri lo sendiri." Miihi mencoba meyakinkan jisung.

Sebelum jisung mengatakan apa pun, ponselnya berdering. Dia mengeluarkan ponselnya dari sakunya, menggumamkan kata "Mark" sebelum menekan tombol jawab dan meletakkan telinganya di speaker hape.

"Halo?"

"Ini rumah sakitnya gede banget anjir, gue nyasar tiga kali nih."

Jisung terkekeh. "Kita ada di lantai tiga. Kamar 127.” Jisung menjelaskan.

"Gue udah ada di lantai tiga, gue gak tahu harus jalan ke kanan, kiri atau lurus setelah gue keluar dari lift." Kata Mark.

"Ikutin aja angka—"

"Samperin napa, kalo gue salah masuk ke kamer orang gimana?"

Jisung menghela nafas sambil berdiri. Dia melihat miihi sebelum berbicara. "Gue mau ngejemput kak mark."

T.O.D | ɴᴄᴛ ᴅʀᴇᴀᴍ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang