22

287 54 2
                                    

30 Oktober, 15:45

"bantuin napaaa, jan berdiri doang. Niat ikut pergi kagak sih?" keluh miihi saat haechan yang cuma berdiri dengan punggung bersandar di mobil beberapa menit yang lalu.

Miihi mengambil salah satu tas dari lantai teras dan menempatkannya ke dalam bagasi mobil.

"ini isinya apa aja dah? Berat banget prasaan." tanya miihi setelah menempatkan tasnya.

Haechan berjalan ke arah miihi saat miihi mengangkat tas lain dari lantai, tetapi dia tetap tidak membantu miihi. Dia hanya berdiri di sampingnya.

"Kenapa lo gak ngebantuin?" Miihi melihat anak laki-laki itu, meletakkan tangannya di pinggul.

"kayanya lo gak butuh bantuan." ucap haechan sambil mengangkat bahu.

Miihi memutar matanya, matanya melihat ke arah ambang pintu dimana ada mark yang membawa beberapa tas dan memasukkannya ke dalam bagasi.

"Barang sebanyak begini lo kira gue kagak butuh bantuan?"

"miihi," panggil mark tepat saat dia memasukkan salah satu tasnya. "lo sama jaemin kenapa? Tumben banget kaga ngobrol berdua. Kan biasanya lo misuh misuh sama jaemin apa lagi pas mau pergi pergian kaya begini."

"Kita-"

"Mereka marahan." Haechan memotong kalimat miihi. "miihi ngebuat grup chatt baru tanpa Jaemin cuma buat ngasih tau itu." haechan menyandarkan punggungnya ke mobil lagi.

"Gak sopan bet lo, mobil orang ini," kata Mark dengan ringan mendorong haechan dari mobil.

"Ini mobil van ayah gue, bego." Ucap haechan, dan mark mukanya jadi agak malu gitu.

"kenapa gue gak ada di grup chatt-nya? Terus lo kenapa bisa marahan sama jaemin?"

"Dia marah karena gue gak ngasih tau dia tentang kelicikan si somi. Gue udah minta maaf berkali-kali tapi dia masih marah sama gue, jadi yaaaaaa gitu."

Mark bersenandung mengiyakan, masih terkejut melihat fakta bahwa miihi dan Jaemin marahan. Soalnya jaemin sama miihi tergolong orang yang jarang marahan satu sama lain.

Mereka bertiga meletakkan sisa tas ke bagasi sebelum benar-benar masuk ke dalam mobil.

Haechan dan Jisung duduk di kursi ke dua dari depan, Chenle dan Renjun duduk di kursi setelah haechan. Jeno, miihi dan Jaemin di kursi paling belakang. Sedangkan mark duduk paling depan.. iya dia yang nyetir, terus siapa yang ada di samping mark? Author. G

Miihi duduk di dekat jendela dan Jeno duduk di antara dia dan Jaemin. Aneh rasanya tidak berbicara dengan Jaemin, tapi miihi masih kesal padanya dan miihi tidak akan berhenti marahan sama dia sampai setidaknya ia mendapat permintaan maaf dari jaemin.

Saat miihi dan Haechan bertengkar, mereka berdua akan meminta maaf satu sama lain pada saat yang sama. Kalau sama Jeno, kemungkinan besar jeno yang akan meminta maaf pada miihi terlebih dahulu. Sama Jisung, biasanya miihi yang bakalan minta maaf terlebih dahulu.

Tetapi sama Jaemin?, ia tidak tahu.

Miihi menyenderkan kepalanya di jendela, tidak terlalu mendengarkan pembicaraan anak laki-laki yang membicarakan game.

Semua orang berbicara satu sama lain, bahkan Mark yang saat ini sedang mengemudi, kecuali miihi. Miihi sedang tidak mood untuk ngobrol dan tertawa seperti yang lainnya.

Miihi Khawatir tentang pertengkarannya dengan Jaemin yang bakalan berdampak pada nantinya, tetapi juga tentang peristiwa yang akan terjadi besok.

Bagaimana jika tidak berhasil?

Bagaimana jika mereka melakukan ini semua tanpa hasil dan hanya akan membuang-buang waktu?

Bagaimana jika mereka tidak pernah bisa keluar dari permainan aplikasi itu?

Miihi terputus dari pikirannya saat mendengar namanya dipanggil. Miihi menoleh ke arah sumber suara itu- Jeno.

"Ya?, kenapa?" Tanya miihi sambil menatap jeno.

"Lo gapapa?" Tanya jeno yang menatap miihi dengan tatapan khawatir. Anak laki-laki lainnya masih ngobrol satu sama lain, tidak terlalu memperhatikan percakapan miihi dengan Jeno.

Miihi mengangguk, memberinya senyuman kecil sebelum berbalik menatap keluar jendela.

"Boong."

"tau darimana kalo gue boong?" tanya miihi.

"lo pasti gak ngelakuin kontak mata pas lo berbohong. Lo cuma ngebuang muka dari gue tanpa natap mata gue. " tebak jeno.

Dia benar.

Miihi kembali menatapnya. "Oke, gue bohong... gue cuma khawatir, oke?"

"Santai aja. Kita akan baik-baik saja." Ucap jeno. "Kita gak bakalan ngelakuin ini dengan sia sia."

"Tau darimana?"

"Gue punya perasaan. Dan perasaan gue bilang kalo kita bakalan baik baik aja. Gak usah khawatir, oke? Kita bakalan baik baik aja." ucap jeno sambil tersenyum yang meyakinkan.

"Ehm, Terima kasih," miihi kembali tersenyum, ada perasaan lega di hatinya. Miihi kembali meletakkan kepalanya di jendela.

Setelah beberapa detik, Jeno berbicara lagi.

"Lo biasanya ngapain kalo lagi kesel?" Tanya jeno.

"Mungkin gue tiduran, apa ngga gue nonton film/maen hape." Jawab miihi. "Tapi gue lebih mau kalo masalah yang gue ngalamin cepet selesai."

"Yah, kalo kaya gitu emang kita gak bisa langsung mewujudkannya." Ucap jeno.

"Tapi mungkin gue bisa ngelakuin biar lo kaya biasanya lagi." Jeno tersenyum, sebelum mengangkat salah satu tangannya ke samping dan menggelitik miihi.

Miihi dengan cepat menyingkirkan tangannya, terkikik pelan.

"UDAH DIEM, nanti gue gak nafsu makan." Miihi tertawa, melihat tangan jeno terangkat lagi.

Jeno tertawa, matanya dengan cepat berubah menjadi seperti bulan sabit. "Nah gitu doong... senyuuumm^^."

Miihi menganggukan kepalanya lalu tersenyum.

Miihi tiba-tiba merasakan sebuah tangan ditempatkan di antara tangannya, dan melihat ke bawah untuk melihat sebuah tangan yang kekar menjalin jari-jari miihi.

Miihi menatapnya untuk melihat dia tersenyum, dan miihi membalas senyuman itu sebelum berbalik melihat ke jendela.


×××××






































T.O.D | ɴᴄᴛ ᴅʀᴇᴀᴍ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang