20

283 55 1
                                    






29 Oktober, 19:15

"Kalo miihi sama jisung gak bisa pergi, kita juga gak usah ngelakuin ritual. Tapi itu artinya kita harus hidup dengan aplikasi ini sampai kita bisa ngelakuin ritualnya bareng." Ucap haechan.

Miihi mendongak dari buku diary somi yang ia baca saat namanya disebut, mengarahkan pandangannya ke arah haechan.

Bunda mina masih belum tentu memperbolehkan miihi dan jisung bisa pergi bersama teman temannya atau tidak. Sebenernya mereka berencana untuk pergi besok siang, tetapi kalau miihi tidak bisa pergi, mereka harus diskusi ulang.

"Gue pengen cepet cepet selesain tu aplikasi." Renjun menghela nafas. Semua orang juga diam-diam setuju.

"Mungkin kita bisa ngelakuin tanpa miihi dan jisung? Soalnya di aturannya gak ngomong kalo semua harus ada di sana, kan?" Tanya Jaemin.

"Kita ngga bisa ambil risiko itu." Jeno berbicara. "kita emang bisa aja keluar dari permainannya, tapi miihi sama Jisung masih ada di permainannya atau sesuatu yang lebih buruk bisa aja terjadi."

"gue setuju sama jeno." Kata Mark. "Kita harus menunggu sampai kita semua bisa pergi."

"Gue berharap, gue dibolehin sama bunda. Kalo sama ayah pasti boleh boleh aja." Miihi mengerang, menutup buku yang ada di pangkuannya dan meletakkannya di samping. "ini emang harus cepet cepet diselesain. Coba aja gue jujur sama bunda gue, mungkin bisa aja gue dibolehin pergi."

"Gue udah ganti hape dua kali tapi aplikasinya masih ada, kesel gue." Hela chenle.

Miihi ikut menghela nafas frustrasi. Haechan yang berada di samping miihi mencoba menenangkannya.

Ruangan menjadi sunyi. Apa lagi yang harus dikatakan atau dilakukan? Miihi mati topik.

Saat itu, semua ponsel berbunyi, kecuali Mark. Mereka semua melihat ponselnya, mereka memiliki notif yang sama dari aplikasi Truth or Dare.

Kalian mencoba menyingkirkan ku? Haha tidak akan bisa.

Sekarang giliran haechan.

Mereka semua saling memandang, tidak tahu apakah mereka harus ikut bermain atau tidak.

"Kenapa aplikasinya bisa tau?" Tanya chenle kaget dengan notif di ponselnya.

"mmm, kita harus main apa ngga nih?" tanya renjun bungung.

"Nggak!"

"Iya!"

Miihi memandang Mark setelah dia meneriakkan jawaban yang berlawanan dengan yang miihi teriakkan.

"kenapa lo mau bermain?" miihi mengangkat kepalanya memandang mark bingung. "Lo bahkan bukan bagian dari per—" ucapan miihi terputus oleh suara notif ponselnya sekali lagi.

Mark lee telah bergabung dengan permainan Anda.

"Apa?" Mark bertanya, mengangkat ponselnya. Dia juga mendapat notifikasi. "Gue bahkan gak punya apli—" mark berhenti berbicara, rahangnya ternganga saat membuka ponselnya.

Aplikasinya telah diunduh dengan sendirinya.

"Oke, gue merinding." Ucap mark. Semua orang sama bingungnya dengan dia.

"Bagaimanapun juga," Mark memulai. "Lo pernah bilangkan kalo aplikasi bakalan ngasih hukuman kalo kalian gak bermain? Lo pengen salah satu temen lo terluka?" Mark bertanya pada miihi, meletakkan ponselnya kembali ke lantai di depannya.

"Nggak sih.. tapi-"

"Mark bener." Haechan menatap miihi. "Sesuatu yang buruk mungkin bisa aja terjadi kalo kita gak bermain. Lo ingetkan kejadian di sekolah? Lo hampir mati gegara kabel listrik yang tiba tiba jatoh."

T.O.D | ɴᴄᴛ ᴅʀᴇᴀᴍ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang