21

277 54 0
                                    








"Nggak, gue gak bisa."

"Chan," panggil miihi lembut, memegang pundaknya lagi. "Gue tau ini sulit. Tapi lo harus ngelakuinnya."

Anak laki-laki itu mengalihkan pandangannya.

40 ..

39 ..

38 ..

"Lo inget kan kejadian di sekolah? Lo taukan apa yang ni aplikasi lakuin ke gue? Dan gue gak mau nasib lo sama kaya gue." ucap miihi.

Haechan mendengus, matanya berkaca kaca.

"haechan.." miihi tidak tahu harus berkata apa lagi.

25 ..

24 ..

"Apapun yang lo kasih tau ke kita..," Renjun memulai. "Walaupun itu terbilang buruk dan bisa ngebuat kita marah, kita gak bakalan pernah ngejauhin lo. Gak bakal,"

"haechan, percaya sama kita.." Ucap jeno.

Miihi mengusap usap pundak haechan.

8 ..

7 ..

6 ..

"Oke." Ucap haechan.

"Gue punya biseksual, Gue bisa suka sama cewe dan cowok. Orang tua gue apalagi keluarga gue belum tau, gue gak mau ngeliat reaksi orang tua gue pas tau anaknya bisa suka sesama cowo. Gue cuma ngasih tau mark sama miihi karna mereka ngeliat sebuah kejadian pas gue lagi mabuk. Gue juga sebenernya gak mau ngasih tau kalian sementara sampe ada waktu yang tepat karna gue gak mau dijauhin dan dipandang buruk. Bukannya gue gak percaya sama kalian—, gue cuma—" Kata kata itu keluar dengan sendirinya dengan cepat dari mulut haechan.

Ruangan menjadi sunyi.

Hitung mundur mulai berhenti di semua ponsel mereka.

Ketika tidak ada yang berbicara selama beberapa saat, haechan terlihat lebih khawatir daripada sebelumnya.

"Oomaigaat," haechan menghela nafas. "Kalian sekarang risih sama guekan? Bakalan ngejauhin guekan? Iyakan? Hh, seharusnya tadi gue gak ngasih tau aja.. duuh"

"Kita gak bakalan ngejauhin lo, bego." Ucap jeno datar. "kita gak akan pernah ngejauhin karena sesuatu yang cuma kaya beginian doang."

"L-lo.. cuma ngebiarin gue kena hukuman cuma gegara ginian doang?" ucap renjun tak percaya. "cuma gegara lo juga bisa suka sama laki laki lo takut kita ngejauhin lo? Gue kira lo ngerahasiain yang lebih besar kaya lo ngebunuh orang atau apa gitu.. laaahh ini?"

"Maapin gue." Haechan meminta maaf lagi.

"Seharusnya lo ngasih tau ke kita lebih awal." Kata Jaemin. "udah gue bilang kita gak akan ngejudge lo. Lo itu temen kita, sahabat kita. Kita bakalan tetep ngedukung lo."

"C-chan, gue minta maaf juga," ucap mark gugup. "G-gue--"

"Gue tau. Gapapa kok."

Sekarang semua ponsel mereka berganti layar dengan sendirinya.

Sekarang giliran Miihi.

Miihi memutar mata, males nanggepin tapi dia takut kalo dia kena hukuman. Miihi mengklik opsi dare di ponselnya. Saat ponsel beralih ke layar berikutnya, miihi melihat tulisan "dare" di atasnya dan dibawahnya ada tantangannya.

"aish-! Pen bet aing lempar ni hp biar idup gue tenang." Ucap miihi jengkel.

Bakar buku diary somi itu.

Dan hitungan mundur dimulai.

01:30 ..

01:29 ..

01:28 ..

"Gak. Gue gak bakalan ngelakuin itu." Ucap miihi gak peduli.

"Aplikasinya tau apa yang kita rencanain." Kata mark. "dia pengen buku itu dibakar biar dia masih tetep bertahan sama kita."

Bakar buku diary itu atau Jeno menerima hukuman.

Mata miihi membelalak saat membaca kata-katanya, ia langsung melihat anak laki-laki yang duduk di samping mark.

"Gue gak bisa ngebiarin jeno terluka, tapi gue juga gak boleh ngebakar buku diarynya somi.. tapi-" pikiran miihi kini tercampur aduk, ia bingung.

"kak, lo jangan ngelakuin darenya. Kita nanti gak bisa bebas dari aplikasinya." jelas jisung.

Hhh, kenapa gue selalu dikasih dare atau truthnya yang susah susah gini siiih?

"Guys," miihi memulai. "Trus gimana?"

Miihi melihat Jeno lagi. "Gue gak bisa ngebiarin jeno ter-"

"Gak usah lakuin." ucap anak laki laki itu.

"Tapi-"

"Gak ada tapi tapian." kata jeno datar. "Lo gak boleh ngelakuin itu. Kita butuh buku diarynya."

59 ..

58 ..

"Oke." Kata miihi. "Mungkin kalo gue ada di deket lo gue juga kena hukumannya. Biar impas." Ucap miihi lalu berdiri.

"nggak, jangan." lerai jeno.

"Gue gak mau lo terluka cuma gegara dare yang seharusnya gue lakuin tapi malahan lo yang kena hukumannya." Ucap miihi.

"Nggak, gak usah. Gue gapapa." Jeno mendorong lengan miihi darinya. Sehingga miihi oleng kebelakang. "Gue juga gak mau lo terluka, lo kan baru aja keluar dari rumah sakit."

"tapi..."

"Udah gapapa."

"Nggak gue bakal tetep di deket lo. Gue gapapa,"

"Gue ngerasa lagi nonton drama, cuy." Ucap Haechan sambil memakan chiki yang ada di toples meja. 

"Makan mulu lo." Ucap renjun sambil menoyor kepala haechan.

"Susu gue," bales haechan santai.

"Ha? Susu lo kenapa?"

"Suka suka gue anjir, pikiran lo bersihin sono." Ucap haechan yang masih terus makanin chiki.

Saat hitungan mundur mencapai 0, miihi memegang tangan Jeno, miihi menguatkan diri, mempersiapkan sesuatu yang akan terjadi padanya dan juga jeno.

Tapi ntah knapa ia tidak mendengar teriakan apapun walaupun lampu sudah mati dengan sendirinya.

"kalian semua gapapa?" tanya miihi, ia hampir tidak dapat melihat apa pun karena lampu masih mati.

Miihi merasa lega saat mendengar "ya" dari teman temannya.

Lampu-lampu kembali menyala. Miihi Melihat ponselnya, aplikasi telah menutup sendiri. Itu terjadi di ponsel semua orang.

Dan tiba-tiba pintu depan terbuka.

"Eeh, ada temennya miihi toh." Kata ibu miihi sambil berjalan ke dalam rumah dengan ayahnya di belakangnya.

"h-hai, bun." ucap jisung, dan semua teman teman miihi kini menyapa orang tuanya.

"bunda sudah bicarakan sama ayah, dan kami membolehkan kamu sama jisung pergi bareng teman temanmu. Bunda juga tau pasti mark akan menjaga kalian baik baik.. iya kan, mark?" jelas ibu.

"Ah, iya tante." Ucap mark sambil tersenyum kecil kepada orang tua miihi.

"kita percaya kalian semua gak bakalan melakukan hal-hal aneh kok." tambah ibu miihi.

"siap buun." Miihi tersenyum lemah.

Kalau saja bunda tahu.

×××××



























Seneng bet aing, akhirnya miihi debut \>.</

T.O.D | ɴᴄᴛ ᴅʀᴇᴀᴍ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang