12

358 65 8
                                    

"menurut lo kenapa gue bisa kaya begini? Seharusnya gue gak ngasih tau lo rahasia itu. Kenapa lo ngelakuin gue kaya begini?" tanya somi kini dengan amarah.

"Lo juga kenapa ngelakuin itu sama jaemin?" Miihi balik bertanya.

"Ngapain lo peduli sama jaemin? Ini urusan kita berdua, lo sama jaemin juga udah kelewatan buat sebatas teman."

"Kalian berdua belom pacaran pas itu!"

"Oh, jadi kalo gue putus itu memberi lo hak buat bersamanya? Gue yakin kalian berdua lagi bersenang-senang sekarang karena gue gak ada, kan?"

"Somi..." oke, kini miihi juga geram sama somi.

"Gak usah pura pura gak tau! Kalian semua pasti seneng gue keluar dari permainan, kan?" somi terus bertanya, membuat miihi terdiam.

Saat miihi tidak menjawab, somi terus ngebacot.

"lo tau gak?" tanya somi disertai senyum seringainya. "Gue emang nyuruh Minho buat putus sama lo."

Miihi tidak dapat berkata apapun, ia meremat ujung kaus rumah sakitnya untuk menahan perasaan sakitnya dan berusaha terlihat tenang.

"Gue maunya lo sama Jeno, bukan sama minho." somi mengaku. "Jeno cemburu sama Minho, jadi gue memutuskan buat ngebuat Minho putus sama lo sampe Jeno bakalan bergerak ke lo. Tapi, ternyata Jeno terlalu pengecut dan gak bergerak sama sekali."

"Gimana lo—"

"laki-laki emang sederhana. Kasih mereka sesuatu yang mereka inginkan dan mereka bakalan ngelakuin apa pun yang lo ingin mereka lakukan. Minho itu lelaki mudah."

"Lo ngerayu minho?" Miihi bertanya, rematan pada bajunya bertambah kencang.

Somi hanya tersenyum licik.

"kenapa lo ngelakuin itu? Kenapa lo bisa ngelakuin itu pas gue pacaran sama dia? Dan saat lo pacaran sama Jaemin?" Tanya miihi tidak percaya.

"Gue rasa sekarang lo tau bagaimana rasanya, miihi."

Miihi merasa jijik. Ia merasa seperti orang bodoh. Gadis yang ia panggil sahabatnya selama bertahun-tahun, melakukan hal seperti ini padanya? Emejing.

Miihi melihat ponselnya untuk melihat bahwa panggilan itu masih aktif. Jeno masih di sana. Dan dia mendengar semuanya.

Miihi kembali menatap gadis itu, yang memandangnya dengan simpati palsu.

"Aww, lo bakalan nangis? Lo menangisi laki-laki? Betapa bodohnya miihi." Somi tertawa. Ia menertawakannya.

"Mendingan lo keluar. Jadi gila aja sono di dalem kamer lo sendiri." Ucap miihi geram.

"tapi guenya gak mau nih.. gimana doang? Hm?" Balas somi, melangkah lebih dekat dengan miihi. "tapi, gue bakalan pergi kalo gue mendapatkan apa yang gue inginkan dari dulu."

Somi berjalan sampai di samping tempat tidur miihi. Miihi ingin berdiri, tetapi ia tahu kalau ia akan pusing hebat jika ia berdiri. Kepalanya masih berdebar-debar kesakitan.

Somi melihat ponsel miihi yang ada di pangkuannya lalu mengambilnya. Dia tersenyum, melihatnya sebelum menekan ikon speaker lalu meletakkannya di atas meja.

"Jeno, lo pasti denger kalo gue ngasih tau miihi semua tentang rencana kita buat Minho putus sama miihi, kan?" Somi bertanya dengan nada licik.

"Kenapa lo—"

"Jangan bertingkah kaya lo gak tahu."

"gue ngga—"

"gak usah pura pura gak tau bajingan. Sekarang tugas gue udah selesai." Ucap Somi. "Miihi udah tahu kalo kita punya rencana buat menyatukan lo sama miihi. Miihi juga tau lo mengkhianatinya."

T.O.D | ɴᴄᴛ ᴅʀᴇᴀᴍ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang