16

310 59 1
                                    


26 Oktober, 20:14.

Miihi dan Jaemin sama-sama memperhatikan orang tua Somi masuk ke mobil mereka dan keluar dari halaman rumah. Miihi bersyukur karena orang tua somi tidak melihat ke arah mereka berdua bersembunyi di balik salah satu semak di depan rumah somi.

Mereka berdua telah berada di sana selama sekitar 10 menit, hanya untuk menunggu mereka pergi.

Jaemin berdiri dan miihi segera mengikutinya, kakinya kram karena berjongkok begitu lama. 

Ada sebuah tangga yang mengarah ke kamar tidur Somi. Mereka berdua berencana untuk naik ke sana.

Miihi mulai menaiki tangga. Dan jaemin Tugasnya adalah untuk terus melihat-lihat sekitar, bisa aja orang tua Somi tiba-tiba balik lagi atau ada tetangga yang melihat aksi mereka.

Ketika mereka berdua sampai di atas, miihi berada tepat di sebelah jendela kamar tidur somi. Miihi mencoba mendorong jendela ke atas, tetapi jendela itu tidak mau bergerak. Ia mencobanya lagi dan tidak berhasil. Jaemin bahkan mencobanya beberapa kali, tetapi tidak mau terbuka.

"Di kunci." Ucap miihi.

Miihi hampir kehilangan harapan sampai ia memikirkan seseorang yang tahu cara membuka kunci jendela dari luar.

"Telpon haechan." Miihi memberitahu Jaemin.

Jaemin menurut tanpa ragu-ragu. Sebelum miihi dan Jaemin pergi ke rumah Somi, Haechan memang sudah bilang kalau perlu bantuan tinggal telpon aja.

"Kenapa?" Tanya haechan melalui telepon.

"Jendelanya terkunci. Kita gak bisa masuk." Jawab jaemin.

Bocah itu terdiam beberapa saat sebelum berbicara. "miihi,"

"Ya?"

"lo punya jepit rambut gak?" tanya haechan.

Miihi langsung meraih satu jepit rambutnya di rambut miihi, "punya."

"Bagus." Kata Haechan. "Disitu ada dua lubang kecil di bagian atas jendela. Pake jepit rambutnya buat ngebuka kunci satu per satu."

Miihi melakukan seperti yang diperintahkan, memasukkan jepit rambut ke dalam satu lubang lalu memutarnya sampai ia mendengar suara "klik" yang menandakan bahwa ia telah membukanya.

Setelah selesai, miihi mengeluarkan jepit rambut dan mendorong jendela ke atas.

"Wow." Kata Jaemin. "lo belajar darimana?"

"hehe, gue geliat di yutup. Ohiya miihi, menurut lo gimana kalo gue masuk ke rumah lo pas lo gak ada dirumah? Ngegunain cara yang gue kasih ini..wkwkwk." miihi memutar mata pada komentarnya.

"Tutup aja teleponnya, males gue ngedenger bacotan dia." Ucap miihi.

Miihi memanjat jendela terlebih dahulu dengan Jaemin di belakangnya. Kamarnya gelap, jadi miihi menyalakan lampunya.

Begitu banyak kenangannya bersama somi.

Miihi melihat ke cermin di sudut ruangan dan teringat saat ia akan pergi bersama Somi sebelum pergi ke sebuah pesta bersama, mereka berdua saat itu berdiri di depan cermin itu lalu Tersenyum pada dirinya sendiri.

Miihi mengingat semua saat ia tidur di rumah somi dan mereka berdua selalu mencoba coba pakaian somi lalu mengadakan seperti sebuah 'salon' dan mereka berdua jalan bolak-balik di kamar seperti yang dilakukan para model. Mereka berdua selalu behagia bersama. Tertawa bersama. Di kamar ini.

Jaemin menepuk pundak miihi.

Miihi tersentak dari pikirannya dan berbalik menghadap jaemin.

Tanpa sadar miihi menangis.

Miihi mengangkat tangan ke wajahnya dan menyeka matanya. "Eh maaf, gue kebawa suasana."

Miihi menarik nafas, "lo pernah mikir gak kalo kita gak punya aplikasi ini Pasti somi bakalan masih ada disini. Dia masih ada sebagai sahabat kita."

Jaemin menatap miihi.

"Dia meninggal cuma gegara satu aplikasi doang, masuk akal gak sih?" Ucap miihi.

Saat itu, Jaemin mendekati miihi lalu memeluknya. Meletakkan dagunya di atas kepala miihi.

"semua yang terjadi pasti ada alasannya." ucap jaemin meyakinkannya. "Kalo semua ini gak terjadi, gue gak bakalan tau kalo dia selingkuh dan lo juga gak bakalan tau tentang hubungan dia sama minho."

Miihi mengendus lagi, "Lo bener." Ucap miihi mengiyakan. "Tapi gue masih merasa gak enak sama dia."

"Liat gue." ucap jaemin sambil meletakkan tangannya di pundak miihi dan menatapnya.

Saat miihi melihatnya, jaemin mulai berbicara. "Setelah kita nyelesain ini, kita bisa hidup normal lagi. Kita bisa nerusin kehidupan kita dan mencapai masa depan. tanpanya."

Miihi menyeka sisa air matanya dan mengangguk.

Miihi melepas pelukannya dan melihat ke sekeliling. Ruangannya lebih bersih dari biasanya. Mungkin orang tua Somi yang membersihkan kamarnya.

Ketika miihi melihat ke tempat tidurnya, ia menemukan sebuah benda pipih yang ia cari cari.

Ponsel somi.

Di samping ponselnya di tempat tidur ada sebuah buku diarynya. Miihi mengenali buku merah muda dengan huruf hitam di atasnya. Miihi selalu melihat buku ini, tetapi gadis itu tidak pernah memperbolehkannya sekalipun untuk melihat isinya.

"Dia punya buku diary?" Tanya Jaemin sambil melihat buku itu. "gue gak pernah ngeliat sebelumnya. Bisa aja ini salah satu sesuatu miliknya yang berharga?"

"Mungkin." Jawab miihi, masih melihat buku itu. "ini pasti penting. Somi gak pernah ngizinin gue ngebaca dalemnya."

Miihi berjalan lebih dekat ke tempat tidur. "pas gue nginep di sini, gue kebangun tengah malem dan dia kaya nulis diarynya gitu. Pas gue liat dia ngisi 4 halaman."

"Lo sahabatnya dan somi gak ngizinin buat ngebacanya. berarti ada hal-hal yang gak diketahui sama siapa pun." kata anak laki-laki itu, mengambil buku diary dan memeriksa sampul depan belakang .

Tidak ada kunci di atasnya. Somi selalu menyembunyikan buku diarynya, dan kalo tidak disembunyikan siapapun yang melihatnya pasti tahu untuk tidak melihat dalamnya.

Disitu terdapat kata-kata "jangan sentuh, apalagi dibaca." yang tertulis di sampul depan. Tatapan dingin dari Somi kalau miihi pernah melihat ke arah buku itu, lebih dari cukup untuk membuat seseorang merinding dengannya.

"Nih." Kata Jaemin, sambil memberikan buku itu pada miihi. "Baca. Lo bisa memutuskan kalo ini harus diambil sebagai barang berharga dia atau nggak."

×××××


























T.O.D | ɴᴄᴛ ᴅʀᴇᴀᴍ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang