Beberapa hal ternyata tidak dapat aku ubah dengan mudah. Hari ini kami ada praktik memasak. Dan seperti yang terjadi dulu, aku sekelompok dengan Desna, Yuta dan juga Bisma. Mungkin ada beberapa hal yang berubah. Aku tidak menghindari Yuta kali ini. Aku juga tidak memberikan Desna kesempatan untuk mendekati Yuta. Sedikit pun.
Saat Desna ingin berada disebelah Yuta yang sedang memotong sayur, aku segera mengambil alih. Desna tampak sangat jengkel. Aku melihat Bisma, ia hanya cuek dan tidak memperdulikan kami. Sibuk membantu Yuta disaat aku dan Desna adu sindiran.
Aku sedikit malu melakukan ini tapi Desna sangat hebat dalam membuat emosiku memuncak jadi aku meladeninya. Apalagi Yuta sepertinya tidak memiliki niat untuk menghentikan adu mulut ini padahal ia adalah topik yang kami bahas. Yuta fokus memasak tapi pipinya kelihatan sedikit merona.
DASAR SI MAS!!!! BUKANNYA NGEDUKUNG ISTRI MALAH ASIK NONTON!!!!
EH, TUNGGU?
BUKANKAH ISTRI YUTA ITU DESNA?!!!!!
AAAAAAAAAA!!!!!!!!! AKU KESAL!
Aku cemberut. Menghentikan adu mulutku dan fokus membantu kelompok ini. Aku mengambil pisau dan memotong bawang asal-asalan. "Na, jangan dipotong kayak gitu bawangnya. Kamu salah," ingat Yuta.
"Hah?!" aku menatapnya sambil memegang pisau. Benda tajam itu tertuju langsungg ke Yuta.
Yuta terdiam, ia menjauh. "Tidak apa, lanjutkan."
Huh! Kenapa sih kesannya aku menjadi pelakor diantara Yuta dan Desna. Rasanya seperti merusak hubungan sepasang suami istri. Itu mengangguku, OKE! Walaupun kedua belah pihak tidak tahu akan hal ini, tetap saja aku merasa menjadi pelakor. Iiiih, segitunya aku menjadi antagonis dalam kehidupan cinta Yuta. Apa Yuta juga jatuh cinta pada Desna ya? Mereka 'kan menikah, masa setelah hidup bersama masih tidak ada perasaan apa-apa.
AH, BODO AMATLAH!!!!
AKU PUSING MEMIKIRKANNYA.
Aku mengambil air yang ada diatas kompor. Uap masih mengepul disana. Aku berhati-hati membawanya tapi tanganku tersenggol. Air panas itu tumpah ke lantai. Mengenai kedua tanganku.
Tunggu?! Bukankah ini juga terjadi dulu?
Aku mengarahkan pandanganku kesekeliling. Pemandangan yang sama, rasa sakit yang sama, dan masih pelaku yang sama. Desna lah yang menyenggol tubuhku hingga aku menjatuhkan air panas. Tidak ada yang berubah.
TIDAK ADA YANG BERUBAH!!!!
Aku tidak tahu apakah ini karena rasa perih yang aku rasakan atau kenyataan pahit bahwa tidak ada yang berubah. Tapi air mataku mengalir begitu saja. Otakku tidak berfungsi. Aku bingung dengan keadaan ini.
Tanganku dipegang oleh seseorang sedetik kemudian aku merasakan air mengalir menyentuh kulit tanganku. Rasanya sangat nyaman. Aku menatap Yuta dengan mata yang berlinang air mata.
"Apakah sangat sakit?" tanyanya.
Aku menggeleng lalu mengangguk. Yuta kelihatan bingung.
"Nana, kamu tidak apa-apa?" Bu Endah bertanya. Ia mengamati kulit tanganku yang mulai memerah. "Pergilah ke rumah sakit. Ibu akan memberimu izin."
Bahkan kata-kata yang keluar dari Bu Endah pun sama. Aku tidak mengubah apa-apa! Aku hanya menjalani lagi kehidupan yang sama, tidak ada yang berubah. Aku menatap Yuta, apa sekali lagi aku akan kehilangan Yuta? Aku tidak mau itu. Aku tidak mau.
"Tidak apa, Bu. Tangan saya cukup didiamkan seperti ini saja. Ini bukan masalah besar." Tolakku halus.
Aku harus melakukan perubahan kecil. Aku tidak boleh pergi ke rumah sakit! Saat terjadi hal yang sama, Bu Endah juga menyuruhku untuk pergi ke rumah sakit dan aku langsung menurutinya. Aku tidak ingin melakukan hal yang sama seperti dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis Touch (END)
Teen Fiction(FOLLOW DULU YUK SEBELUM MEMBACA! JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE DAN COMMENT JUGA BUAT PENYEMANGAT!) . . . "Aku akan menjadi antagonis untuk memilikimu." Bagaikan sebuah anugerah, Nana kembali ke masa lalu. Kembali ke kehidupan SMA-nya yang menjadi awa...