SPECIAL YUTA 3

6.5K 763 41
                                    

Hari pernikahanku dengan Nana jatuh pada tanggal 09 November. Aku tidak tahu mengapa Nana ingin sekali menikah di hari itu karena seingatku di tanggal yang sama—satu hari sebelumnya—kami bertengkar sangat hebat bahkan bisa menjadi sangat buruk jika Nana tidak mengalami perubahan dalam sikapnya. Tapi jika itu keinginan gadisku aku akan menurutinya.

Aku dan Nana membagi tugas untuk mengurus pernikahan kami. Seperti mengurus tempat dan dekorasi itu tugasku, Nana menyerahkannya padaku sepenuhnya karena ia sama sekali tidak mengerti tentang dekorasi dan juga tidak tahu lokasi yang cocok. Aku mengerjakannya di waktu luang. Nana bertugas untuk mencari katering makanan, ia cukup pilih-pilih kalau soal makanan. Lidah Nana cukup sulit untuk ditaklukan. Menurutku makanan apa pun terlihat sama saja selama rasanya enak. Apalagi jika itu masakan Nana.

Untuk hal-hal seperti undangan dan pakaian yang akan kami kenakan, kami mengurusnya bersama-sama. Waktu kencan kami berubah untuk mengurus pernikahan. Selama melakukannya bersama Nana aku tidak masalah. Aku bahagia selama bersamanya.

Pernikahan kami terkesan sederhana dan hanya didatangi oleh teman dan juga kerabat dekat. Untuk wali Nana, paman dari ayahnya yang mengambil alih. Nana cukup sedih karena di pernikahannya, kedua orang tuanya sudah tidak ada. Teman-teman datang untuk menghiburnya, aku juga memeluk Nana. Mengatakan bahwa kelak kita akan membangun keluarga untuk membuatnya tidak merasa sepi.

Aku sudah memberitahu Nana bahwa aku sudah menabung sejak kecil jadi jika ia mau pernikahan yang mewah aku bisa menyanggupinya. 

Nana menolaknya dengan alasan, "Tidak perlu melakukan hal yang buang-buang uang. Kita perlu mengkhawatirkan masa depan nanti."

Sekali lagi aku menyetujuinya begitu saja.

Aku tidak tahu bagaimana perasaan Ilham dan Troy saat malam pertama mereka. Di malam pertamaku, aku sangat kesal. Bagaimana tidak?! Istriku diculik oleh kedua sahabatnya dan aku di tinggal bersama Ilham dan Troy yang hanya menenangkanku dan memberikan kata-kata dukungan. Mereka merasa prihatin tapi juga mentertawakanku malam itu.

"Ini hukuman karena kamu menggantung Nana selama bertahun-tahun." Itu kata Karin, ia memegang tangan Nana erat.

Desna menggendong bayinya, ia mengangguk setuju terhadap kata-kata Karin.

Malam itu aku benar-benar kesal. Aku juga sudah menahan diri untuk tidak mencium Nana atau melakukan sesuatu yang lebih selama bertahun-tahun, aku sudah mendapatkan hukuman yang pantas karena tidak menikahi Nana dengan segera. Apa kalian pikir pelukan dan satu ciuman di pipi tidak membuatku menginginkan sesuatu yang lebih?! Aku ingin melepaskan semua itu di malam pernikahanku yang sayangnya harus aku tunda sampai malam kedua.

Kehidupanku dengan Nana selalu diselimuti oleh cinta. Kadang saat PMS Nana kambuh ia akan sangat marah padaku tanpa alasan yang jelas. Sebagai suami yang baik aku mendengarkan semua omelannya tanpa membalas sedikit pun. Aku menerimanya begitu saja lagi pula aku sudah sering mendengarnya saat di SMA sebelum Nana mengalami perubahan. Dan menurutku omelan Nana terkesan lucu. Jadi saat ia mulai menjauh aku cukup menciumnya dan ia akan terdiam dengan pipi yang merona. Ternyata benar, memiliki hubungan sah lebih menyenangkan daripada status tidak jelas.

Aku dan Nana sama-sama sibuk tapi kami berusaha meluangkan waktu di hari pekan jika itu memungkinkan. Lagi pula pekerjaan Nana tidak ada yang namanya hari libur. Jika Nana mendapatkan shift malam, aku akan menemaninya lewat telepon yang akan segera ia matikan jika pasien datang. Kadang aku khawatir dengan pekerjaannya yang menyangkut nyawa, aku khawatir ia terkena penyakit menular yang membahayakan atau ia terlalu lelah bekerja. Nana selalu memelukku dan mengatakan tidak perlu khawatir. Ia menenangkanku dan aku hanya bisa berdoa untuk keselamatannya.

Ada saat di mana aku sangatlah khawatir dengan kesehatan Nana. Kalau bisa aku ingin menggunakan hak sebagai seorang suami dan memintanya untuk berhenti bekerja. Itu di saat Nana tengah mengandung anak kami. Nana hamil dan aku mengetahuinya dari dokter dan lagi usia kandungannya ternyata sudah tiga bulan. Bisa bayangkan bagaimana caranya Nana menyembunyikannya dariku selama tiga bulan?!

"Aku tidak akan marah jika kamu mengatakannya padaku." tegurku.

Nana menunduk.

"Apa kamu sudah tahu dari awal?" ia mengangguk kali ini. Masih terdiam.

Aku memegang pelipisku rasanya pusing sekali. Aku merasa gagal menjadi suami, seberapa tidak pekanya aku hingga tidak mengetahui Nana hamil selama ini. Nana mendekat padaku, ia melingkarkan kedua tangannya ke tubuhku. Selalu seperti itu jika aku sudah mulai marah. Aku menghela napas membalas pelukan Nana.

"Maafkan aku, sayang." katanya pelan. "Aku hanya tidak mau kamu khawatir karena pekerjaanku."

"Aku tidak akan melarangmu untuk terus bekerja selama kamu mengatakannya padaku," aku mengusap pucuk kepala Nana. "Hanya saja jangan bekerja hingga lupa waktu. Aku tidak mau kamu kelelahan hingga pingsan seperti terakhir kali."

Nana mengangguk. Ia semakin mengeratkan pelukannnya.

Saat hari persalinan tiba, aku benar-benar khawatir untuk kedua kalinya. Aku menemani Nana dari awal, Bunda juga datang untuk membantu. Nana selalu menangis dan aku selalu ada di sampingnya untuk mengusap air matanya. Menyemangatinya. Seandainya rasa sakit itu bisa di gantikan aku rela menggantikannya. Nana berjuang keras untuk melahirkan anak kami. Saat suara tangis terdengar, aku sangat bersyukur. Nana juga terlihat sangat bahagia. Aku memeluknya dengan sayang. Keluarga kecil kami bertambah satu anggota.

Nama putra kami diambil dari nama kami berdua. Nata. Aku khawatir menggendong Nata, khawatir sentuhanku akan membuatnya terluka. Nana dengan tenang mengatakan padaku bahwa semua akan baik-baik saja. Nana selalu seperti itu, rasanya aku selalu tersihir oleh kata-katanya dan berubah menjadi pemberani dalam sekejap. Perlahan aku mengambil tangan Nata yang sangat kecil itu. Besarnya bahkan tidak sampai satu jariku, tangannya sangat mungil dan juga lembut.

Katakan aku cengeng, tapi aku benar-benar merasa bahagia hingga tidak bisa menahan tangisku. Aku menangis di pelukan Nana. Kehangatan yang aku rasakan terus bertambah karena Nana. Di mulai dari gadis ompong satu yang memaksaku menyentuhnya hingga aku bisa merasakan kehangatan dari si kecil Nata. Itu semua berkat Nana. Berkat Nana aku bisa berubah dan menjalani hari dengan penuh kehangatan.

Memiliki Nata sama sekali tidak mengurangi kesibukkan kami berdua. Meskipun kami harus semakin pintar untuk membagi waktu. Seperti kalau Nana mendapatkan shift pagi maka itu giliranku untuk menjaga Nata hingga ia pulang kerja. Saat aku mendapatkan deadline maka Nana yang akan menjaga Nata sementara aku fokus bekerja. Itu tidak mudah tapi kami melakukannya dengan senang hati jadi itu justru terasa sangat menyenangkan. Setiap hari yang aku lalui bersama Nana adalah sebuah anugerah terindah. Aku benar-benar bahagia memiliki istri sepertinya.

Hidupku tidaklah sempurna tapi hadirmu menyempurnakan hidupku.

06 Desember 2020

.

Mumpung aku belum tidur😅 Jadi, update dulu😁

.

Ini chapter terakhir dari "Special Yuta" sisa satu lagi extra chapter yang aku punya🙂

.

Kalian mau aku upload chapter terakhirnya?

.

Siapkan hati dulu loh.

.

Red

Antagonis Touch (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang