Touch 12

6.8K 900 8
                                    

Aku mengganti chanel TV dengan malas, tanganku yang satunya lagi sibuk mengambil apel yang Yuta potong. Aku meletakkan remot TV ke meja, bersandar di sofa.

"Aku bosan." Hari ini hari minggu dan setelah menolak Mama pergi ke RuMak aku tidak tahu harus melakukan apa.

Aku melirik Yuta yang masih sibuk memotong apel. Sedari tadi Yuta hanya mengupas apel sementara aku yang memakannya. Ia sama sekali tidak memakan dan hanya memberikannya padaku.

Bukankah ia cowok yang so sweet?

"Yuta, apa tidak ada yang ingin kamu lakukan?" tanyaku.

Yuta berhenti memotong, ia terdiam cukup lama. "Main basket kurasa."

"Basket?"

Yuta mengangguk, "Aku tidak pernah sungguh-sungguh memainkannya."

Aku segera bangkit. Semangatku kembali, "Oke, ayo kita bermain basket!"

Aku dan Yuta segera pergi ke lapangan yang ada didekat rumah. Lapangan itu tidak luas tapi terdapat ring yang bisa kami gunakan. Aku tidak punya bola basket jadi aku suruh Yuta mengambil bola di rumahnya. Aku duduk dipinggir lapangan sambil memakan sisa apel yang Yuta potong tadi. Lapangan sekitar tidak begitu ramai. Hanya ada beberapa anak kecil yang bermain dipinggir lapangan.

Aku melihat arlojiku. Hm, Yuta pergi cukup lama. Apa ia tidak menemukan bolanya? Bahkan apelku sudah habis karena menunggunya kembali. Aku melihat sekitar masih tidak ada Yuta.

Aku memutuskan untuk pergi ke rumah Yuta. Siapa tahu 'kan Yuta lupa untuk kembali dan aku ternyata ditinggal sendiri. Rumah Yuta dan rumahku itu cukup dekat, hanya berbeda belokan saja. Rumahku belok kanan sementara rumah Yuta belok kiri. Karena berdekatan itulah kami sering pulang pergi bersama.

Pintu pagar terbuka. Suara didalam rumah cukup ramai. Aku memberanikan diri untuk masuk. Terdengar suara Bunda yang khawatir. Aku semakin mendekat. Keadaan rumah sangat kacau, aku lihat pecahan kaca bertebaran dimana-mana. Bunda menangis sementara Om tampaknya merasa bersalah. Ia menenangkan Bunda didalam pelukannya.

Apa mereka baru saja kemalingan?

Bunda mendatangiku setelah pandangan kami bertemu. Beliau memegang kedua tanganku, dapat kurasakan tangannya berkeringat. "Na, apa kamu melihat Yuta?"

Aku mengernyit, "Yuta kembali ke rumah setelah dari rumah Nana. Ada apa, Bunda?" tanyaku.

Bunda mulai khawatir lagi, "Yuta pergi dari rumah, Na!"

EH, KOK TIBA-TIBA YUTA PERGI DARI RUMAH?!

Padahal aku hanya menyuruhnya untuk mengambil bola basket dan itu hanya membutuhkan waktu beberapa menit. Sekarang, Yuta entah ada di mana. Hebat sekali.

Aku menepuk punggung Bunda, "Nana akan coba cari Yuta, bunda. Nanti Nana kabari kalau ketemu." Kataku. Lalu pergi untuk memulai pencarian Yuta.

YUTA!!!! KAMU ITU BUKAN BOCAH JANGAN SOK DEH!!!!

Aku kembali ke lapangan basket tadi, siapa tahu Yuta kembali kesana dan kami hanya berselisih jalan. Aku melihat sekeliling, tidak ada tanda-tanda cowok jangkung dengan jaket merah jambunya. Aku berlari ke pinggir lapangan.

"Dek, kamu ada lihat kakak cowok tinggi pakai jaket merah jambu bawa bola basket disini?"

Ia menggeleng.

Aku menghela napas dan memutuskan untuk pergi ke rumahku. Siapa tahu Yuta ngumpet disana? Bisa saja 'kan? Aku memutar kenop pintu rumah. Sebelum menyadari bahwa pintu aku kunci. Bodoh kamu, Na. Bagaimana caranya Yuta masuk coba kalau kuncinya sama kamu.

Antagonis Touch (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang