Pintu rumah diketuk, aku membukakan pintu dan melihat Troy, Karin, Ilham dan Desna. Aku mempersilahkan mereka masuk. "Duduklah, aku akan membuatkan minuman." seruku.
Desna berdiri, "Aku akan membantumu, Na."
"Baiklah."
"Nana, ini mangga dari rumah. Ayah menyuruhku untuk memberikannya padamu." kata Troy sambil menyerahkan satu plastik penuh mangga.
Aku meneguk ludahku, ini mangga yang sangat manis. Jika bukan karena Ilham, aku pasti makan banyak sebelumnya. "Ucapkan terima kasihku pada Paman, Troy."
Troy mengangguk. Aku menaruh mangga di kulkas sebelum membantu Desna membuat minuman.
"Nana, di mana aku harus menaruh barangku?" tanya Karin. Aku melihat barang bawaan Karin dan terkejut karenanya.
"Karin, berapa hari kamu akan menginap?"
"Seminggu!" jawabnya pasti. "Orang tuaku sedang pergi ke luar negeri, jika aku tidak menginap di rumahmu, aku harus pergi ke rumah nenekku."
Aku hanya tertawa mendengarnya. Yuta, pokoknya ini semua salahmu.
"Taruhlah di kamarku." putusku sambil menunjuk ke arah kamar.
Karin mengangguk dan segera menaruh barangnya. Tidak, ia membawa koper tepatnya.
"Yuta di mana, Na?" tanya Karin nyaring sambil keluar dari kamarku. "Aku membutuhkan catatannya untuk mulai belajar."
"Yuta sedang mengambil jemuran."
"Oh, keseharian pengantin baru ini." Karin mengomel, duduk di sofa dan berkata serius. "Troy, Ilham, contohlah Yuta saat kalian punya istri nanti."
Aku tertawa kecil mendengarnya.
"Kalian datang lebih cepat dari aku yang kira." seru Yuta sambil turun dari lantai dua. Tangannya memeluk keranjang yang penuh dengan pakaian. Yuta menaruhnya ke dalam kamar terlebih dulu sebelum ikut duduk di sofa.
Troy mengeluarkan buku pelajaran dari tasnya, "Tidak boleh menunda pelajaran."
Aku dan Desna membawa nampan dan menaruhnya di meja. "Sebelumnya kamu tidak terlalu gila belajar seperti Yuta, Troy?"
"Aku banyak ketinggalan pelajaran karena latihan voli dan latihan sedang off sekarang, jadi aku ingin fokus belajar."
Aku mengangguk. Troy adalah orang yang serius untuk apa pun yang sedang ia lakukan. Aku mengambil buku pelajaranku, "Banyak hal yang belum aku mengerti. Terutama materi fisika di kelas 12, apa kalian ada yang paham?" tanyaku.
"Aku menyerah jika itu fisika." kata Ilham.
Ya, aku tidak terlalu berharap ia akan tahu.
Karin menghela napas, "Aku hanya pintar hapalan."
"Aku akan menjelaskan untuk materi fisika. Kalian bisa bertanya jika ada yang tidak di mengerti." kata Yuta pada akhirnya.
Aku duduk mendekat padanya, "Bagaimana mengerjakan soal ini?"
Yuta melihat singkat dan mulai menjelaskan, tangannya bergerak cepat menulis penyelesaian. Aku menanyakan beberapa hal yang tidak aku mengerti dari penjelasannya.
"Paham?" Yuta menyudahi penjelasannya.
Aku mengangguk, "Iya. Terima kasih Yuta."
"Mm."
Karin batuk tiba-tiba, "Nana, Yuta, ingatlah bahwa masih ada kami di sini."
Aku terkekeh pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis Touch (END)
Teen Fiction(FOLLOW DULU YUK SEBELUM MEMBACA! JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE DAN COMMENT JUGA BUAT PENYEMANGAT!) . . . "Aku akan menjadi antagonis untuk memilikimu." Bagaikan sebuah anugerah, Nana kembali ke masa lalu. Kembali ke kehidupan SMA-nya yang menjadi awa...