tujuh

1K 87 81
                                    

"Ma, Devan izin mau ngafe sama kahfa dulu ya, bentar aja" Devan menghampiri Mama ira yang sedang sibuk memberaskan ruang tamu

"yasudah hati hati, pulang sebelum maghrib ya". Devan menyalami tanggan mama Ira. Devan segera menuju parkiran mobil dan melajukan mobilnya dengan kecepatan normal. Tidak butuh waktu lama untuk menuju ke kafe hanya 10 menit dari rumah Devan.

"eh kaf, lo udah dari tadi?" Devan menepuk bahu kahfa sehingga kahfa sedikit kaget dan menoleh ke arah Devan

"lo ngagetin gue aja, ngga lama kok paling baru 5 menit ini, ni gue udah mesenin kesukaan lo". Jawab Kahfa, ya. Kahfa sangat peka sekali

"lo tau ngga alasan gue buat ngajak lo ngafe?" tanya Devan menatap Kahfa

"ya kayak biasanya, cuma ngafe doang ngga jelas, ya kan?" tebak Kahfa. Memang biasanya mereka datang ke cafe hanya untuk menikmati pemandangan di sini, hitung hitung untuk refreshing juga. Devan bingung ingin menceritakan tentang gadis SMA itu atau tidak ke Kahfa. Jika Devan bercerita takutnya Kahfa yang ada malah mengejek Devan, bukan malah ngasih saran. Apa salahnya untuk mencoba?

"Woi lo ngelamun bae, punya masalah hidup apalo?"  Kahfa memukul tangan Devan, sshingga Devan tersadar dari lamunaannya

"jadi gini Kahf, Gue..."

"lo lagi suka sama Cewek kan? Ya kan? Udah ketebak dari wajah lo, gimana gimana? Udah bisa nentuin buat di jadiin calon istri? Siapa namanya??" Devan menatap wajah Kahfa heran, darimaana dia tahu bahwa Devan ingin membahas masalah percintaan?. Tak mau banyak omong Devan langsung to the point

"Gue lagi suka sama anak SMA, anak ponpes darul ilmi" Devan tahu pasti sahabatnya ini akan kaget

"Whatt theee----- serius lo suka sama bocah SMA? Oke oke gue berusaha buat ngga kaget, yang namanya cinta juga ngga bisa disalahhin kan," Kahfa berusaha memasang muka tidak syok

"Beruntung banget yang bisa dapetin hatinya si Devan, jadi penasaran gue sama cewekny" Batin Kahfa

"Saran gue mending lo nunggu tu anak lulus SMA dulu, dan lo langsung tancap gass, sebelum tu cewek di ambil orang"

" heh Kahf, jaman sekarang mana ada yang mau nikah setelah lulus SMA, yang ada dia malu sama teman temannya, ngga mungkin dia mau gue ajak nikah lulus SMA"

" lo kayak ngga tau anak pondok aja si Van, justru anak pondok itu biasanya malah mau menikah muda, karna mereka sudah tahu bahwa menikah itu ibadah, dan sunnah rosul itu pikiran mereka, mungkin beda sama pemikiran orang yg disekolah negri mereka hanya mikir pacaran pacaran dan pacaraan, ngg mikir sampai pelaminan, mungkin mereka mikir setelah nikah nanti bakal hamil dan harus ngurus anak , dan lo kalo emang nikah sama tu bocah lo harus ngertiin dia, dia masih lulus SMA jangan lo ajak bikin anak dulu, biar dia ngga syok" jelas Kahfa sambil terkekeh geli karna dirinya tak sengaja membahas perihal buat anak 😂

"sudahlah kita lihat saja skenario Allah seperti apa" ucap devan sambil sesekali meminum minuman yang di pesankan Kahfa

*******

"Doorrrr!" suara ledakan balon membuat penghuni kamar khodijah menatap ke arah ledakan balon tadi. Ya, Azza yang meledakan balon tadi

"huhu bibir Azza sakitt" ucap Azza sambil memengangi bibirnya. Mata  Azza sudah mulai berkaca kaca karena dia kaget dengan suara ledakan balon yang dia tiup tadi. Zahra segera menghampiri Azza dan menenangkan Azza agar tidak nangis

"ah si Azza mah parah ngga bisa niup balon". Vava memang sering sekali menggoda Azza, Azza memiliki wajah yang baby face makannya teman teman Azza sering sekali menggoda  Azza dengan berkata muka bayi tapi sifat preman.

Azza dibilang preman karna dia cuek sekali dengan orang orang yang baru kenal, dibilang tidak ramah juga, tapi kalau sudah kenal Azza lebih dekatt, serunyaaa ngga ketolongg, dan Azza juga sering berkata kotor

"ihh apaan si va, anjir banget punya temen kayak lo" setelah mendengar ucapan dari Vava, Azza tidak jadi mengeluarkan air mata, mungkin Azza malu.

"ih kenapa Azza mikirin ustadz galak itu sih, sampai sampai balonnya jadi meletus, inget Za jangan terlalu berharap sama makhluk Allah, pokoknya deketin dulu penciptanya nanti Azza akan didekatkan sama makhluknya"  Batin Azza

"eh kak, katanya ada Ustadz ganteng ya, yang ngajar sementara di kelas 12 IPA" Tanya Salma adek kelas yang sangat kepo tentang ustadz Devan, tidak hanya Salma saja yang ikut menimbrung di gerombolan kelas 12, teman teman Salma juga ada beberapa yang menimbrung karena mereka penasaran dengan ustadz ganteng itu

"iyyaa bener bangett, itu milik kelas 12 IPA doang, jangan ada yang ngambil lo ya, awas aja ya Sal kalau kamu sama teman temanmu ngambil ustadz dari kita, siap siap aja kita labrak" Vava memang suka bercanda dengan adek kelasnya, walaupun Vava meamasang muka serius tapi Adek kelas dan teman teman sudah tahu bahwa Vava hanya bercanda

"namanya ustadz Devan kan kak? Tanya Salma memastikan

" iyya namanya Devan" untuk kali ini Zahra yang menjawab

"wahhh kak Zahra suka yaa sama Tadz Devannnn" Ucap salma dan kawan kawannya. Azza menatap Zahra sinis entah kenapa Azza takut jika sahabatnya juga suka dengan Tadz Devan.

"eh Zaa, kenapa kok mendadak sinis gituu" tanya Zahraa menyadari bahwa dirinya sedang ditatap tidak enak dengan Azza

" Jangnn jangannn azzaa sukk....."

" ihh apaan si kalian, baru juga ketemu sekali masa udah suka, ya kalaupun suka pasti juga maklum lah kalau Zahra suka, pasti juga banyak yang kagum sama ustadz Devan, paling kalian kalian juga pada kagum kan sama Ustadz Devan" Azza membela Zahra agar teman temannya tidak melanjutkan kata yang tadi, bjsa bisa pipi Azza panas dan memerah, bisa ketahuan kalau Azza suka sama ustadz Devan.

Dan semua mengangguk paham.

"Ya allah maafkan Azza telah berbohong"

Azza tidak ingin teman temannya tahu jika sebenarnya Azza suka dengan Ustadz Devan, karena kalau teman temannya tahu dan mendukung bahwa Azza dengan ustadz Devan pasti Azza akan berharap berlebihan kepada Ustadz Devan,dengan dukungan dukungan teman temannya itu, Azza berusaha menutupi rasa sukanya. Biarlah Allah saja yang tahu, dan buku diarynya yang tau





Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang