enam belas

797 54 3
                                    

Sudah beberapa menit Azza diberi nasehat oleh Zahra, Azza sudah tidak menangis seperti tadi. Azza berusaha ikhlas jika ustadz Devan menikah, toh Azza juga ngga bakal diundang .

"Zah, kok lo ngga kaget sih, kalo Azza suka sama Ustadz, kan lo biasanya heboh" Zahra bukannya kaget malah tertawa. Azza dibuat bingung dengan tingkahnya

Flashback on

Zahra duduk di meja belajar Azza sambil melihat koleksi novel novel milik Azza. Zahra baru menyadari jika diatas meja belajar ada buku Azza yang terbuka dan bertulis tentang perasaan Azza ke ustadz Devan. Sebenernya Zahra tidak ingin membacanya. Tapii Zahra sudah terlanjur kepo dengan isinya. Tapi Zahra memang pura pura tidak tahu saja, takut Azza marah.

Flashback off

"Ihhhhhh, Zahraa kurang ajarr yaa. Berani beraninya kamu buka milik yang bukan hak muuu, sebel ah sama Zahraa, Azza ngga mau tiduur sama Zahra, tidur di kamar Arin saja sana" usir Azza. Zahra pun mengambil handponee dan headsetnya.

"eh iyya Za, gue lusa mau balik ke Semarang, gue juga udah beli tiketnya" Zahra hendak keluar dari pintu kamar Azza tiba tiba Azza memeluk Zahra dengan erat. Air mata Azza kembali bercucuran.

"loo tidur disini ajaaaa. Maafin Azza ya, Azza emang egois bangett, kok lo udaj beli tikett ngga bilang bilang sih ke Azzaa" Azza ingin sekali memarahi Zahra karna Zahra tidak bilang jika dia sudah membeli tiket
Tapi Azza tidak mau menghabiskan waktu hanya untuk berantem saja. Apalagi sebentar lagi Zahra akan pulang.

"yang beliin tiket Mama, bukan gue" Zahra menenangkan sahabatnya yang masih nangis, setelah Azza tenang mereka berdua mengosok gigi dan berwudhu setelah mereka tidur.

******

"tante, Zahra pulang dulu ya, maaf jadi ngerepotin terus" Azza berpamitan dengan bunda Fira di sebelah kiri bunda sudah ada Azza yang nangis sesegukan sambil memeluk mamanya dari samping.

"kamu itu sudah saya anggap seperti anak sendiri, jadi ngga ada yang ngerepoti, makasih ya sudah mau nemenin Azza selama di rumah ini, maaf bunda sama Azza ngga bisa nganter kamu sampai stasiun, karena bentar lagi kami ada acara" bunda Fira mengelus kepala Zahra dan tersenyum

"nggapapa tan, yaudah daripada nanti Zahra telat Zahra berangkat sekarang ya, udah lo Za ngga usah nangis, cengeng amat kan ntar bisa vc an" Zahra sebenarnya tidak tega jika melihat Azza menangis seperti itu, Zahra tau pasti dia akan kesepian sscara di rumahnya tidak ada teman main. Zahra diantar pak Sapri sampai stasiun.

Malam ini keluarga kecil Azza memang akan dinner dengan teman dekat Baba. Makanya tidak bisa mengantar Zahra ke stasiun.

Keluarga kecil Azza memasuki sebuah restoran jepang. Entah kenapa Azza merasa sangat deg deg an. Apa karna dia sudah lama tidak makan di restoran? Azza  memakai gamis merah dengan kerudung segi empat yang panjang dengan warna yang senada.

"Assalamualaikum" baba menepuk pundak seseorang yang sedang duduk di kursi.

"ohh Ariff waalaikumsalam, apa kabar kamu?" lelaki baruh baya itu bangkit dari kursinya diikuti dengan istrinya.

"mereka hanya berdua? Apa mereka tidak punya anak?" Astagfirullah Azza jangan nethinkkkk. Keluarga kecil Azza dipersilahkan duuduk oleh laki laki itu.

Azza menyesal mengikuti dinner kali ini, Azza seperti tidak di anggap, karena emak emak dan bapak bapak ini saling mengobrolkan yang Azza tidak paham. Azza hanya memainkan hpnya dan melihat film di youtube. Setelah selesai makan, suasana menjadi beda entah itu hanya perasaaan Azza saja atau bahkan perasaan bunda dan babanya juga beda? Tapi baba dan Bundanya terlihat biasa saja.

"Sekarang nak Azza sudah besar ya, tumbuh menjadi wanita sholehah nan cantik" puji bapak paru baya itu. Azza hanya tersenyum mendengar pujian itu.

"Jadi ini teman dekat baba pas SMA dan Kuliah Za, namanya Pak Luqman , beliau ini memiliki anak 3. Anak pertama sudah menjadi dosen. Anak kedua masih SMP. Dan anak ketiga masih bayi" jelas Baba

"tadinya saya mau membawa anak pertama tapi tadi pas mau berangkat dia mendapat panggilan disuruh ngisi kajian di masjid kampusnya" ucap ibu yang ada di depan bunda

"katanya punya anak 3 kenapa yang diajak hanya anak pertama? Kann Azza juga mua main sama debaynya" batin Azza

"Jadi niat kami ingin bertemu. ingin menjodohkan putri lertama dari pak Arif dengan anak pertama saya" Sebentar ssbentar. Azza mencerna apa yang dikatakan om Luqman, mengkhitbah Anak pertama dari pak Arif? Whatt?? Azza dijodohkan?

"iyya Za, jadi Baba dan pak Luqman ini sudah sepakat dengan perjodohan ini. Baba yakin anak pak Luqman bisa menjaga kamu dengan baik, percayalah pilihan Baba ngga salah, insyaallah" ucap Baba meyakinkan Azza. Ingin rasanya Azza menangis di tempat. Tapi rasa gengsi Azza lebih kuatt. Azza tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya. Karena dari wajah bunda dan baba mereka sangatt senang dengan pertemuan malam ini. Selagi Baba dan Bunda sudah bisa ikhlas. Azza tidak bisa menolak

"Apa mimmpi semalam adalahh petunjuk bahwa Aku akan menikah secepatnya?"
Ya, Azza semalam bermimpi jika dirinya dinikahi oleh pria tampan. Tapi sskarang Azza sudah lupa dengan raut wajahnya. Lagipula Nikah itu ibadah. Azza tidak mau menolak jika di ajak beribadah.

"Bagaimana Za kanu siap?" tanya Bunda

"bismillah, insyaallah Azza siap" Ingin rasanya Azza cepat sampai rumah agar bisa menelfon Zahra dan menangis sejadi jadiinya.

"Alhamdullillahh" semua mengucapkan syukur.

"Mama senang memiliki menantu seperti kamu, apa kamu mau melihat foto calon suamimu?". Tanya mertua Azza

"ehh ngga usah Tante" Azza sengaja menolak karna ia tidak mau menjadi zina pikiran.

"mulai sekarang kamu belajar manggil tante, mama, dan memanggil om jadi Ayah" betapa bahagianya kedua orang tua Azza dan mertua Azza malam ini, wajah mereka terlihat sangat bahagia sekali. Azza juga ikut merasakan bahagia jika melihat kedua orangtuanya bahagia.

*****

"Bunda, Azza takutt kalau suami Azza galak sama Azza, Azza takut kalau suami Azza ngga bisa nerima Azza apa adanya, Azzakan belum bisa masakk, Azza masih kecil jugaa, Nanti suami Azza mau makan apaa Bunnnnn" Azza benar menangis dipelukan Bunda. Sebelum Azza menangis di pelukan bundanya. Azza sudahh lebih dulu nangis curhat ke Zahra. Tanggapan Zahra selalu mendukung jika Azza segera nikah.

"hey Za bunda tau betul sifat suamimu karna bunda dulu sering sekali pergi ke rumah Pak Luqman untuk membicarakan bisnis kami, percayalah sama bunda". Bunda Fira terus menenangi Azza yang masih menangis.

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang