dua puluh empat

815 54 0
                                    

Suasana didalam mobil Devan hening. Tidak ada suara orang berbicara hanya suara rintikan hujan saja yang menemani perjalanan mereka. Tidak seperti pengantin baru diluar sana yang tidak ada canggung canggungan.

"Kakk, gimana sama soal kuliah Azza?. Azza mencoba untuk tidak gengsi membuka pembicaraan.

"Itu terserah kamu saja"

"Azza mau kuliah tahun depan saja boleh? Azza mau fokus dulu sama bisnisnya Azza". Devan menatap Azza dengan penuh tanda tanya.

"kamu punya bisnis apa?" Tanya Devan.

"Azza punya bisnis online jualan gamis, itupun juga disuruh bunda untuk menggantikan bunda. Karna bunda sudah tidak mau berbisnis lagi. Dari pada bisnisnya ditutup. Mending Azza aja yang gantiin Bunda" Jelas Azza.
Bunda Fira memang memiliki bisnis online dan sudah membuka resseler dari berbagai kota. Bisnisnya juga sudah maju. Kan sayang jika ditutup.

"oh bagus lah, terserah kamu saja mau gimana, selagi kamu tidak menganggur tidak papa" Jawab Devan.

"Kalo Azza ngga kuliah kakak malu ngga?" Sebenernya Azza lebih memilih untuk fokus ke bisnisnya daripada kuliah.

"kenapa harus malu? Bisnis bunda kan juga sudah maju, sayang jika ditutup. Bener pilihan kamu untuk meneruskan bunda. Selagi kamu sudah nyaman dan bisa mengatur semua bisnis bunda. Lebih baik kamu berbisnis saja tidak usah kuliah. Tapi kamu tetap harus menuntut ilmu Agama. Contohnya kamu mengikuti pengajian dimana mana. Atau cukup mendengarkan ceramah di youtube" Jelas Devan.
Azza sangat senang sekali karena pemikiran Azza dan Devan sscara tidak sengaja sama. Azza beruntung meiliki suami seperti Devan.

"okeyy siapp kak"

"Apa kamu sudah siap memiliki anak?" Azza yang mendengar pertanyaan dari Devan benar benae kagett. Tidam menyangka saja jika suaminya akan menanyai perihal itu. Azza bingung harus menjawabb apa.

"Insyaallah siap kak, emang kakak mau mem..." Ucapan Azza terputuss.

"Sudah, jangan di bahas lagi, kita sudah sampai" Devan menatap Azza dengan senyuman. Peerlahan wajah Azza dan Devan semakin dekat. Azza tidak berani bernafas. Karna jarak mereka terlalu dekat.

"kakak hanya ingin melepas sabuk pengamanmu, tidak usah berpikiran macam macam" Devan terkekeh geli melihat wajah istrinya yg sudah memerah. Azza dan Devan disambut oleh Dilla yang sudah berada di depan pintu. Dan disusul oleh Mama yang menggendong Icha.
Azza menyalami Mama Devan. Dan dilla yang memeluk Azza begitu eratt.

"heh main peluk peluk aja, kasihan Azza ngga bisa nafas" Ucap Devan dari samping Azza yang membawa barang barang Azza yang begitu banyak. Mulai hari ini Azza akan ikut Devan tinggal dirumah Mama dan besok akan ke rumah Devan dan menginap disana selamanya. Rumah Devan kini menjadi rumah Azza juga. Azza yang melihat Devan membawa banyak tas tidak enak dengan suaminya.

"Sini kak biar Azza saja yang bawa" Azza menarik tasnya.

"Ngga usah Za biar pak Bimo saja yang membawanya"
Pak Bimo adalah tukang bersih bersih taman di rumah Devan. Azza hanya mengiyakan perkataan Mamanya.

"yasudah Ayo masuk. Kita makan bersama" kini sudah pukul 13.40 Azza dan Devan sudah sholat di pombensin tadi. Kini mereka berada di ruang makan.

"Ayah kemana ma?" Devan yang menyadari tidak ada Ayahnya langsung bertanya kepada Mamanya.

"Ayah ke Medan, ada urusan disana selema 1 minggu" Jelas Mama.

"Maa, biar Azza yang gendong Icha, Mama makan saja, tadi Azza sudah ngemil terus di dalam mobil sudah kenyang" Ucap Azza.

"Yasudah, tolong ya nak" Bunda memberikan Icha ke tangan Azza. Dan kini Azza berjalan menuju taman belakang rumah Devan. Devan yang melihat istrinya mengendong bayi. Tersenyum senang.

"Makannya cepat bikin biar bisa senyum terus lihat Azza gendong bayi" Bunda yang melihat Devan senyum ssnyum melihat Azza. Langsung menggodanya.

"ih bunda apaan si bun" Devan melanjutkan makannya.

******

"

Bunda sudah selesai makan, sekarang giliran kamu makan" Devan menghampiri Azza yang sedang melihat hamster di taman belakang dan mengendong Icha.

"Tapi Azza masih kenyang kak. Tadi kan Azza sudah nyemil banyak banget." Azza memang benar benar tidak lapar.

"Kalau tidak mau makan, kakak paksa harus makan" Devan pergi meninggalkan Azza. Azza langsung mengikuti Devan di belakangnyaa.

"Kakak mau makan lagi?" Tanya Azza yang melihat Devan mengambil nasi lagi.

"Ini untuk.kamu, sekarang duduk disamping kakak, biar kakak gampang menyuapi kamu". Sifat Devan memang bisa berubah rubah. Bisa menjadi romantis gini. Tapi juga bisa menjadi dingin.

"Eh ngga usah kak, biar Azza makan sendiri". Devan mengiyakan perkataann istrinya itu. Dan mengambil Icha dari gendongan Azza. Bunda Fira yang melihat Devan sedang mengendong Icha terlihat sangat senang, Bunda Fira ingin cepat cepat melihat Cucu pertamanya nanti.

"Aduhhayy udah cocok ni punya anak, langsung cuss dong bang, kan Dilla pengen lihat anaknya abang" Dilla datang dan langsung duduk di depan Azza. Azza hanya tersenyum mendengar perkataan Dilla. Sedangkan Devan meninggalkan Azza dan Dilla di meja makan. Devan tidak menjawab perkataan Dilla.

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang