dua puluh tujuh

809 50 0
                                    

Azza terkejutt ketika melihat rumah milik Devan. Devan membukakan pintu mobil untuk Azza. Dan tiba tiba ada 2 orang yang keluar dari rumah Devan, itu Bi Inah dan Mang Ujang mereka berdua suami istri yang kerja di rumah Devan. Mereka berdua sudah dianggap Devan seperti keluarga sendiri. Jika Devan tidak ada di rumah ada Bi Inah dan Mang Ujang dj rumah. Azza di sambut hangat oleh Bi Inah.

"masyaallah cantik banget bojone mas Devan" Bi Inah mendekati Azza. Azza mencium tangan Bi Inah dan memberikan senyum manisnya

"Bibi bisa aja, Bibi juga masih cantik'' puji Azza.

"ealah Neng Azza bisa aja, ayo masuk biar mang Ujang yang mengangkati barang barangnya" Devan hanya tertawa du belakang Azza dan Bi Inah. Dari kemarin memang bi Inah sudah menelfon Devan,

" kapan pulang kerumah sendiri, Bibi udah ngga sabar mau lihat istri mas Devan" ucapnya pas itu di telfon, Bi Inah memang sudah menganggap Devan sebagai anak sendiri, karna bi Inah juga tidak bisa memiliki anak. Pas pernikahan kemarun Bi Inah dan mang Ujang juga tidak bisa hadir, karna beliau ada acara keluarga.

*****

Sekarang sudah pukul 20.15 Devan dan Azza sedang menyantap makanan yang sudah di buat oleh Bi Inah.

"Bibi ngga makan?" Tanya Azza.

"Bibi sama mang Ujang udah makan duluan tadi Neng"

"owhh, Bi ini masakannya the best banget bi, masakan hotel bintang 5" Puji Azza.

"Alhamdullillah kalo Neng doyan masakan Bibi"

"Bi, mulai besok kita bagi tugas ya, biar Azza yang bersih bersih rumah, bibi  tugasnya masak" Devan tidak percaya jika istrinya berbicara seperti itu, setau Devan istrinya itu pemalas.

"Aduh Neng ngga usah biar bibi aja, rumahnya kan besar, nanti neng capek"

"Enggak bi, santai aja, Azza bisaa kok, Bibi biar istirahat gantian Azza yang mencari keringat, Oh ya bi, besok Azza ajarin masak ya Bi, dari dulu Azza di ajari masak tetap saja ngga bisa bisa, lupa bahan bahannya apa aja" Curhat Azza pada bibi.

"Baik Neng siap kalo masalah ajar mengajar masak, bibi ke kamar mandi dulu ya" Bi Inah meninggalkan Azza dan Devan.

"Ka, maaf ya Azza ngga bisa masakk" Azza memasang wajah cemberut.

"Nggapapa, nanti perlahan Azza belajar sama bi Inah juga pasti bisa" Devan menyemangati istrinya. Dan Azza memeluk Devan dari samping. Hari ini memang Azza  sudah banyak kali memeluk suaminya. Toh juga udah halal.

Kini Azza sedang duduk di atas kasur, ia merasakan sakit perut luar biasa, barusan saja ia kedatangan tamu, Azza memengangi perutnya. Tak lama kemudian Devan masuk dan terlihat panik melihat Azza yang memengangi perutnya.

"Kamu kenapa? Sakit perut? Kakak ambillin minyak kayu putih ya?" Tanya Devan yang terlihat panik.

"Enggak usah kak''

"Memang tadi kamu habis memakan apa kok bisa sakit perut gini?" TanyaDevan.

"Azza barusan kedatangan tamu"

"Tamunya siapa? Memang tamunya ngasih makan apa?, kok kakak ngga tau kalau ada tamu?"  Azza yang mendengar perkataan Devan, tak kuat menahan tawanya. Devan dibuat bingung oleh Azza.

"perasaan tadi kesakitan, kok sekarang bisa tertawa" Batin Devan. Tak lama kemudian Azza mengeluh sakit lagi.

"Kak, yang Azza maksud tamu itu tamu bulanan para wanita" ucap Azza. Devan jadi paham mengapa Azza tadi bisa tertawa.

"Kita ke dokter sekarang ya, kakak ngga tega liat kamu kesakitan giini" Ucap  Devan yang terlihat panik.

"Ngga usah kak Ini memang sudah biasa seperti ini. Di hari pertama mens sampai 4 hari kedepan Azza merasakan nyeri di bagian perut" Jelas Azza.

"Tapi kamu benar benar kesakitan masa tidak papa?" Tanya Devan memastikan.

"Kata Bunda, nanti juga bakal ngga sakit kalau sudah melahirkan" Ucap Azza sediikit malu.

"Berarti cuma kakak doang yang bisa nyembuhin" Devan tersenyum melihat Azza yang mukanya sudah merah seperti kepiting rebus.

"Kak, mau ngga anterin Azza ke supermarket, Azza lupa ngga bawa pembalut, jadi Azza tadi nemu di tas Azza, tinggal satu dan ini udah dipakai, Azza ngga punya persediaan lagi" Azza sebenarnya malu mengatakan ini pada suaminya, tapi ini keadaan darurat.

"Ngga usah biar kakak saja yang beli, Azza istirahat saja dirumah" Azza tidak menyangka jika suaminya mau membelikan pembalut tanpa ia temani.

"Sayang kakak banyak banyak pokoknya" Azza memeluk Devan dengan erat.

"Nanti merknya Azza kirim saja di WA ya kak"

"Iyya" Devan segera meninggalkan Azza untuk membeli kebutuhan Azza.

*****

Devan memasuki Alfamart yang berada di dekat rumahnya ia mengambil jajanan untuk Azza, karna Azza tadi menitip beberapa jajanan. Devan memaklumi jika Azza menitip banyak jajanan. Dilla pun juga begitu, ketika ia mens pasti nafsu makannya bertambah apalagi nafsu ngemilnya juga bertambah. Ketika di kasir Devan memberikan ponselnya pada mbak-mbak kasir. Daripada Devan salah. Devan memutuskan untuk tanya pada mbak kasir.

"Sebentar ya mas saya ambilkan" Baik sekali mbaknya mau mengambilkan. Tak butuh waktu lama mbak kasir pun sudah kembali.

"Ini buat adiknya kalau ngga buat ibunya ya mas?" Tanya mbak kasir. Mbak kasirnya memang kepo sekali wkwk.

"Buat istri saya"

"Beruntung sekali ya istri mas mendapatkan mas, jarang sekali ada laki laki yang membelikan kebutuhan wanita untuk istrinya" Ucap mbak kasir dan hanya dibalas dengan senyuman Devan. Devan segera membayar semua belanjaannya. Devan kembali menaiki mobil fortunernya  dan segera pulang. Devan tidak ingin Azza menunggu lama.

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang