tiga puluh satu

744 48 0
                                    

Hari ini Azza dan Devan akan menginap 2 malam di rumah Bunda, karna malam ini akan ada pengajian di rumah Bunda. Azza menghampiri Devan yang sedang bermain ps dengan babanya.

"Kak, Azza sedih banget ngga bisa ke acara khitbahnya Zahra" Devan hanya diam. Ia masih fokus dengan ps nya. Azza semakin dibuat kesal oleh Devan.

"ih istri lagi sedih malah dicuekiin, nasib punya suami ngga romantis" Batin Azza kesal. Daripada Azza hanya melihat suaminya main ps. Azza memilih untuk ke atas dan menulis buku diary di balkon atas.

"Tidak usah sedih, orang tua itu lebih penting dari segalanya, inikan acara bunda masa iyya kita mau menolak, urusan Zahra sekarang biar Zahra yang mengurusnya, kakak juga ngga mau kamu kecapean, keluarga Kahfa hanya sehari semalam disana, karna Kahfa masih ada tugas untuk mengajar di kampus, sama dengan kakak" Devan menghampirii istrinya yang sedang memulis diary. Devan duduk dihadapan Azza. Azza hanya mengangguk paham.

"Kakak bikinin spageti mau?" Tanya Devan. Devan berusaha untuk menghibur istrinya yang sedari tadi memasang sajah sedih.

"Eh ngga usah kak, Azza aja yang bikin, lagipula mood Azza sudah membaik"

"Emang kalo mood nya lagi ngga baik kenapa?" Tanya Devan.

"Bisa bisa masakannya ngga enak" Ucap Azza sambil terkekeh pelan. Devan yang menyadari bahwa istrinya sangatlah manis. Ingin rasanya ia mencium Azza.

"Cupp" Bibir Devan mendarat di bibir Azza. Kini Azza tegang. Baru kali ini ia merasakan cium bibir. Azza tidak menyangka jika Devan akan melakukan hal ini.

"Kenapa? Enak ya? Mau lagi?" Tanya Devan sambil terkekeh pelan. Devan berhasil membuat jantung Azza berdetak tidak normal. pipi Azza memanas. Wajah Azza sudah seperti tomat. Ditambah Devan yang sedang mengelus elus pipi Azza yang kemerahan. Azza sudah tidak kuat jika harus menatap Devan terus menerus, lebih baik ia segera pergi untuk membuat spageti. Ia lupa untuk menutup kembali buku diarynya.

*******

Aku cinta tapi Aku diam.

Soal rasa jangan diragukan lagi, namun soal mengungkapkan aku terlalu malu untuk itu, biarkan ini menjadi cinta yang ku pendam sendiri.

Biarkan ini berjalan sesuai skenario, aku tidak memaksa jika ini bukan jalannya, tapi aku berharap semua ini akan indah pada waktunya.

Kehidupan monoton yang aku jalani kini aku nikmati, berharap ada kejutan-kejutan kecil di dalamnya, aku suka tapi aku diam karena malu untuk mengungkapkan.

Aku hanya terus berdoa agar kau bisa tau tanpa ku beritau, dan aku berharap kamu juga memiliki hal yang sama, Berharap dan terus berharap, dan tak tau sampai kapan.

~Muhammad Devan Daanera

اللهم صل عل سيدنا محمد

Devan hanya tersenyum membaca tulisan tangan istrinya sendiiri. Ternyata selama ini mereka sama sama CDD, skenario Allah memang tak pernah bisa diduga, pasti ada saja kejutan-kejutan yang tak terduga. Kini Devan segera menyusul Azza yang sedang membuatkan spageti di dapur.
Rumah Bunda hanya ada Azza dan Devan, baru saja Bunda, Baba, dan mbak Yuli pergi membeli makanan untuk dihidangkan dipengajian nanti malam. Kini Devan memeluk Azza dari belakang. Azza segera membalikkan badan.

"Iz kakak kenaapa si, dari tadi nempel terus ke Azza," Azza menyerngitkan dahi.

"Kan ngga setiap hari kakak kayak gini"

"Iyya malah kakak biasanya ninggal Azza buat tidur duluan, Azza sering dikacangin juga" Keluh Azza pada Devan.

"Iyya maaf, kakak kalau lagi sibuk memang ngga bisa diganggu." Devan terkekeh. Tapi tidak dengan Azza, ia terus memasang wajah cemberutnya.

"Maaf ya, tadi kakak baca buku diarymu, kamu pandai juga yaa merangkai kata" Kini Azza merasa deg deg an, ia malu jika Devan mengetahui bahwa dirinya adalah pengagum rahasia Devan.

"Ihh kakak baca yang apa??" Kini Azza memberi tatapan bahwa Azza sedang menyelidiki Devan.

"kakak cuma baca yang Aku cinta tapi aku Diam" Ucap Devan sambil terkekeh. Azza benar benar maluu.

"Kakakkkk ih ngga sopaan" Azza memukul-mukul bahu Devan. Devan segera mematikan kompor gasnya karna spagetinya sudah empuk, tinggal disaring saja. Devan segera memeluk Azza, karna Devan sudah merasakan sakit di bagian bahunya yang tadi di pukul Azza😂

"Nggausah malu, kakak dulu juga diam diam suka sama kamu" Azza melepaskan pelukan Devan. Ia tidak percaya jika Devan uga diam diam suka denganya.

"Kakak pasti bohong" Ucap Azza tak percaya.

"Terserah tanya saja Kahfa" Devan meninggalkan Azza untuk duduk di ruang makan. Diikuti oleh Azza.

"Kok kamu malah ngikutin kakak? Kakak sudah lapar pengen makan spageti, cepat gih bawa sini spagetinya" Devan terkekeh melihat wajah Azza yang sudah merah karna rasa malunya. Azza menuruti apa kata suaminya. Ia segera menghidangkan spageti untuk Devan.

 Ia segera menghidangkan spageti untuk Devan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*******

"Bun, Azza pamit ya" Pamit Azza pada bundanya.

"Hati hati ya nak, ingat pesan bunda, jika sudah isi segera hubungi bunda" Ucap bundanya sambil tersenyum.

"Siap bunda" Kini Devan yang menjawab dengan nada semangat.

"Salam untuk baba ya bun, Azza ngga bisa nunggu baba pulang, kak Devan sibuk" Azza menatap ke arah Devan.

"Iyya nggapapa" jaawab bunda Fira.

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang