Saat ini, tim basket SMA BINA BANGSA berlatih untuk pertandingan yang akan di adakan beberapa Minggu lagi. Suara riuh tepuk tangan penonton, menambah semangat mereka. Di tengah lapangan, Yoga tampak begitu tampan dengan sorot matanya yang tajam. Badannya yang menjulang tinggi dengan rambut yang basah membuat siapa saja yang menatapnya jatuh hati padanya.
"Liat tuh si Yoga, ganteng kan?" Tanya Pita dengan antusias membuat sahabatnya menggelengkan kepalanya.
"Dih, iya sih. Sendu aja liatnya enggak kedip sama sekali," jawab Etta.
"Lo aja yang gak liat gue kedip!" Kesal Sendu.
"Eh, Rindu mana?" Tanya Pita.
"Ada di ruang osis sama Bumi mungkin," ucap Etta sambil menatap lurus ke depan."Ndu, lo kenapa?" Tanya Etta yang sedari tadi melihat Sendu dengan aneh.
"Enggak," jawab Sendu dingin sambil memperhatikan Yoga dari jauh.
"Lo mikirin Yoga?" Tanya Etta yang memang benar adanya.
"Ta, lo cenayang?" Sendu berbalik bertanya dengan kesal.
"Gue cuma nebak, emangnya si Yoga kenapa?" Tanya Etta yang belum mengerti."Tumben lo mikir laki," sahut Pita sambil memasang ekspresi polosnya.
"Hmm, seharusnya lo tuh seneng liat temennya mau mikir buat jatuh cinta lagi," jawab Etta sedikit kesal.
"Tadi, kenapa Yoga langsung pergi gitu aja ya? Biasanya kan, nunggu Sendu selesai dulu terus balik," jelas Pita dengan bingung.
"Itu juga Pit, gue juga heran. Gue ada salah sama Yoga?" Tanya Sendu.
"Mungkin dia lagi gak mood," jawab Etta sambil memicingkan matanya.
"Tapi ta, si Yoga tuh gak mungkin gak mood sama Sendu. Waktu pesen makanan aja dia gak kenapa-napa kok, terus tuh kan dia diem aja setalah ngasih makanannya Sendu," jelas Pita yang memang benar."Iya sih, Pita bener. Sekarang aja Yoga diemin gue," lirih Sendu.
"Gue heran sama lo, Lo tuh suka apa enggak sama Yoga?" Tanya Etta sedikit kesal.
"Gue gak tahu," jujur Sendu.
"Gini aja dah, kita liat beberapa hari kedepan Sendu sama Yoga bakal diem-diem terus atau kita lihat aja." Usul Pita yang sama sekali Sendu tidak mengerti.
"Maksudnya, Sendu nunggu Yoga sampai Yoga gak diem-diem ke Sendu lagi?" Tanya Etta dengan menaikkan alisnya.
"Seratus buat Lo, gimana?" Tanya Pita.
"Kita berdua setuju, iya kan Ndu?" Tanya Etta sambil menyenggol lengan Sendu. Sendu hanya menganggukkan kepalanya.
***
"Gila, capek banget gue." Seru Avi.
"Emang lo pikir lo doang yang capek? Kita juga." Kesal Lino.
"Eh, lo beli minum sana!" Perintah Avi kepada Lino.
"Heh, Lo kagak liat gue lagi capek?! Lo aja yang beli," jawab Lino dengan kesal.
"No, minta tolong." Ucap Avi lalu Lino pergi membeli minum sesuai dengan perintah Avi."Aneh tuh anak, bilang gak mau tapi berangkat aja," ujar Yoga sambil menggelengkan kepalanya.
"Oh iya, jangan lupa buat semuanya, kita besok latihan lagi, tapi sama tim cewek." Jelas Yoga yang diangguki oleh mereka semua.
"Si Etta ikut enggak?" Tanya Avi tiba-tiba.
"Kayanya sih, iya," jawab Yoga sambil menyisir rambutnya ke belakang dengan jarinya."Nih, minumnya." Seru Lino sambil membawa kardus berisi minum.
"Thanks No," ucap teman-temannya.
"Habis ini kalian pulang, istirahat yang cukup dan jaga kesehatan. Jangan lupa besok kita latihan lagi," jelas Yoga.
"Siap mami," ujar Angga dari kelas IPA 2
"Gue bukan mami lo!" Ujar Yoga.
"Bercanda, lo sensi banget sih. Yaudah gue pulang dulu," pamit Angga lalu bertos ala laki-laki.Tinggallah Avi, Yoga dan Lino yang sama-sama menikmati semilir angin yang berhembus, tidak ada yang membuka suara hanya kicauan burung yang terdengar.
"Lo kenapa tadi?" Tanya Avi tiba-tiba.
"Emang gue kenapa?" Tanya Lino.
"Bukan lo bambang, si Yoga tuh," kesal Avi.Yoga tetap terdiam tanpa mau menjawab Avi, seperdetik kemudian Yoga bangkit mengambil jaketnya.
"Lo mau kemana?" Tanya Lino, Yoga hanya menaikkan alisnya sambil memakai jaketnya.
"Lo belum jawab pertanyaan gue, jangan bilang lo mau pulang," ujar Avi sambil memicingkan matanya. Yoga tak menghiraukan ucapan Avi, ia langsung melenggang pergi tanpa pamit.
"Yog!" Seru Avi.
"Kenapa sih tuh anak?" Tanya Lino yang tampak berpikir.
"Kita pulang aja lah, pusing gue." Ujar Avi lalu mereka berdua berjalan menyusul Yoga."Lo pulang naik apa?" Tanya Pita pada Sendu.
"Naik bus aja," ujar Sendu.
"Eh, sama gue aja," ucap Pita.
"Terserah, tapi gue gak bayar kan?" Tanya Sendu.
"Yee, enggak lah," ujar Pita lalu tertawa bersama kedua temannya.
"Eh, itu Yoga!" Seru Etta sambil menunjuk Yoga.
"Etta Lo jangan tunjuk-tunjuk Yoga!" Kesal Sendu sambil memukul lengan Etta."Kita lihat, Yoga ngajak Sendu pulang bareng atau enggak," ujar Pita sambil memperhatikan Yoga.
"Lihat aja, Yoga nyapa Sendu atau enggak," tambah Etta.
"Ck! Belum tentu Yoga lihat gue." Kesal Sendu.
"Mungkin dia tahu lo ada disini tapi dia gak mau nyamperin lo!" Ucap Pita dengan nada tinggi.Yoga tahu Sendu berada tepat di sampingnya, Yoga hanya melihatnya tanpa menyapanya. Yoga melihat sekilas lalu melanjutkan langkahnya. Sendu terbengong melihat Yoga yang sikapnya seperti ini.
"Gue juga bilang apa! Bener kan!" Seru Pita sambil memainkan rambutnya.
"Kok, gitu?" Ujar Etta yang masih bingung.
"Udah lah, ayo pulang!" Ajak Sendu lalu menggandeng tangan Pita.
"Gue duluan ya Etta jelek, bye!" Pamit Pita dengan sedikit berteriak.
"Hmm, resiko punya temen yang gak ada akhlak ya gini," ucap Etta dengan helaan nafasnya."Eh, Etta!" Seru Avi saat melihat Etta.
"Gue duluan ya," pamit Lino lalu meninggalkan Avi.
"Lo kenapa Vi?" Tanya Etta yang melihat Avi ngos-ngosan.
"Tadi kita ngejar Yoga, Lo liat kan?" Tanya Avi yang diangguki oleh Etta."Aneh!" Ucap mereka berdua.
"Gue ngerasa setelah Sendu ngomong gitu, Yoga kaya gini. Bener gak sih?" Tanya Avi lagi.
"Iya, gue juga ngerasa kaya gitu. Yoga tadi denger gak Sendu ngomong apa?" Tanya Etta.
"Gue ga tahu, tapi mungkin dia denger." Ujar Avi yang di setujui oleh Etta.
"Lo mau pulang?" Tanya Avi yang lagi-lagi diangguki oleh Sendu.
"Yaudah bareng gue aja," ujar Avi lalu Etta memicingkan matanya.
"Mau gak?" Tanya Avi tanpa berfikir panjang Etta menganggukkan kepalanya.
***Sendu sampai di rumahnya beberapa menit yang lalu, sekarang Sendu memakai pakaian santainya dengan di temani oleh Miko.
"Udah lah, biarin aja Yoga ngejauhin gue. Harusnya gue seneng dong, oke gue harus seneng." Tekadnya lalu bermain dengan Miko.
Tidak lama dari itu bayangan Yoga kembali muncul di otaknya.
"Huwaa! Kenapa gak bisa?!" Tanya Sendu sambil mengacak rambutnya frustasi.
"Gak, gue gak mungkin suka sama Yoga! Itu gak mungkin dan gak akan!""Dek!" Seru Raino yang mendengar Sendu berteriak.
"Apa?!" Jawab Sendu kesal.
"Kamu kenapa? Abang buat salah?" Tanya Raino, Sendu membuang mukanya.
"Iya, Abang salah tanya kaya gitu ke Wawa! Dan, Abang ganggu Wawa, sana pergi. Wawa pengen sendiri!" Kesal Sendu, Raino hanya mengerjapkan matanya bingung. Lalu pergi membawa Miko.Setalah Raino pergi, Sendu berdiam diri sambil menatap ponselnya. Berharap Yoga me-notif Sendu. Sendu menunggu sekitar 15 menit tetapi tidak ada notif dari Yoga. Air mata Sendu lolos begitu saja. Entah kenapa ia menangis, tapi Sendu ingin meluapkan semuanya dengan menangis.
"Oke gue ikutin permainan lo!" Kesal Sendu lalu mematikan ponselnya.Sedangkan di sisi lain, Etta dan Avi memutuskan untuk pergi ke cafe dekat dengan sekolahnya.
"Kok gue yang bingung sih?" Tanya Etta dengan kesal.
"Sama, yang ada masalah kan Yoga. Kenapa kita yang bingung sendiri?" Tanya Avi sambil menyeruput jusnya dengan kesal.
"Tapi gue mau tanya sama lo," ujar Etta, Avi hanya menaikkan alisnya menunggu Etta melanjutkannya.
"Yoga beneran suka sama Sendu?" Tanya Etta.
"Lo gak tahu? Udah lama ta," jawab Avi."Udah lama? Emang berapa lama?" Tanya Etta lagi.
"Mulai kita jadi siswa baru di SMA BINA BANGSA," jawab Avi yang membuat Etta membulatkan matanya dengan sempurna.
"Selama itu? Kenapa Yoga gak ngomong aja?" Tanya Etta yang sama sekali tak mengerti.
"Yoga sadar akan satu hal, Sendu itu orangnya susah buat jatuh cinta. Gak gampang buat ngeluluhin hati Sendu, deket sama Sendu itu butuh waktu. Dan asal Lo tahu, selama itu Yoga mengagumi Sendu dalam diam." Jelas Avi yang membuat Etta menutup mulutnya rapat-rapat."Sendu itu gak gitu, sebenarnya dia pernah jatuh hati sama orang yang salah. Jadi, sekarang Sendu terlalu tertutup sama perasaannya sendiri. Bahkan waktu gue tanya dia suka apa enggak ke Yoga, Sendu ngejawab kalau dia gak tahu." Jelas Etta.
"Kalau Sendu punya masa lalu yang kaya gitu, bakal susah buka hatinya. Tapi, gue yakin suatu saat Sendu bakalan buka hati buat Yoga," ujar Avi yang di setujui oleh Etta.
"Kita lihat aja, mereka berdua bakal betah apa enggak diem-diem kaya gini. Menurut gue mereka berdua gak bakalan betah," sambung Etta yang diangguki oleh Avi.Tbc
Vote and coment🧡
KAMU SEDANG MEMBACA
SENDU (SELESAI)✓
Teen FictionProses Revisi✓ Sebelum membaca ada baiknya di follow dulu... Nazwa Sendu Titania merupakan salah satu dari banyaknya perempuan yang susah untuk membuka hatinya. Akankah Senja Angkasa Prayoga bisa meluluhkan hati seorang Sendu? Simak terus ya cerita...