Hujan mulai mengguyur kota Jakarta. Sendu dan kawan-kawannya sekarang berada di cafe dekat dengan sekolahnya. Seharusnya Sendu dan Rindu ingin pulang terlebih dahulu, tetapi kedua sahabatnya itu tidak membolehkannya.
Rindu mulai jengah berada di dalam cafe. "Lo sih," ucap nya sambil menatap jengkel ke arah Pita. Pita yang tahu dirinya tidak sepenuhnya salah, hanya tersenyum manis.
"Terus kita pulangnya gimana?" Sendu tiba-tiba bersuara. Ketiga temannya itu hanya menghela napas panjang. Mereka juga lelah, apalagi Pita dan Etta yang baru selesai latihan untuk pertandingan yang akan di mulai beberapa hari lagi.
"Kayanya gue di jemput sama si Bumi, soalnya dia masih di sekolah," ujar Rindu sambil mengigit bibirnya. Pita hanya tersenyum miris mendengarnya. "Jadi, lo ninggalin kita?" Tanya Pita dengan sedikit sedih. Rindu hanya menganggukkan kepalanya.
"Ya udah sih, gak papa. Kita kan bisa naik angkot? Lagian di luar juga banyak angkot," usul Sendu yang di angguki oleh Etta. Begitupun dengan Pita yang mengangguk dengan setengah hati.
"Eh, gue mau tanya sama kalian berdua," ucap Rindu yang menatap Etta dan Pita serius. "Tanya apa?" Tanya Pita yang mulai penasaran.
"Pit, lo pacaran sama si Lino?" Tanya Rindu yang membuat Sendu menahan tawanya. "Dan Lo Etta, lo pacaran sama si Avi?" Sambung Rindu sambil menatap keduanya dengan bergantian.
"Ya enggak lah!" Jawab mereka berdua.
"Gua gak pacaran sih, cuma deket aja sama si Lino." Jujur Pita sambil menyembunyikan wajahnya yang malu. Sendu yang melihat tingkah Pita pun tak sanggup menahan tawanya. Begitupun dengan Rindu.
"Gue..." Ujar Etta yang menggantung membuat ketiga sahabatnya penasaran.
"Lo kalau ngomong yang bener!" Kesal Pita lalu kembali dengan wajahnya yang serius. Etta pun menghela napasnya. "Jadi, gue sama Avi-"
"Rindu!" Seru Bumi yang membuat Sendu dan Pita naik pitam. Bagaimana tidak? Saat Etta ingin bercerita tentang dirinya dan Avi, Bumi datang di waktu yang tidak tepat.
"Ayo pulang, mumpung hujannya udah reda," ajak Bumi sambil menatap Rindu. Bumi pun melirik Sendu dan Pita yang melihat sinis kearahnya. "Lo tuh ya! Sebel gua!" Kesal Pita. Bumi yang tak tahu apa-apa hanya mengangkat alisnya.
"Ayo pulang, kalau kamu disini terus, mereka berdua bakal makan kamu," bisik Rindu ke Bumi. Bumi pun menganggukkan kepalanya lalu melenggang pergi.
"Ih, nyebelin. Terus Ta?" Tanya Sendu yang masih penasaran, begitupun dengan Pita yang menunggu Etta mengatakan sesuatu. "Ayo pulang," ajak Etta. Pita maupun Sendu menjadi tambah kesal. Tapi mereka berdua tetap ingin pulang.
Mereka bertiga menunggu angkot, kebetulan dari jauh mereka melihat ada sebuah angkot yang berjalan pelan ke arah mereka. Saat angkot benar-benar sudah dekat, Etta melambaikan tangannya agar angkot itu berhenti.
***
Sendu turun dari angkot, kedua temannya sudah turun terlebih dahulu karena tujuan mereka berbeda. Sendu berjalan sambil menikmati rintikan hujan. Dari kejauhan, Sendu melihat seorang anak kecil yang sepertinya Sendu mengenalinya. Ia pun semakin mendekat ke arah anak kecil tersebut."Ana?" Seru Sendu dengan suara sedikit kecil. Karena takut salah orang. Anak kecil berkepang dua itu menoleh dan menunjukkan senyumnya.
"Kak Sendu!" Serunya. Sendu pun ikut tersenyum ke arah Ana. Sendu pun mulai membungkukkan badannya. "Kamu jam segini kok belum pulang?" Tanya Sendu sambil merapikan rambutnya. "Nunggu di jemput?" Sambung Sendu sambil menaikkan alisnya.
Ana pun mengerucutkan bibirnya. "Iya, harusnya pak supir udah dateng," Sendu pun tertawa kecil melihat tingkah Ana. "Tapi hari ini pak supirnya lagi libur," sambungnya yang membuat Sendu bingung. "Terus kalau gak ada pak supir, kamu di jemput siapa? Tadi waktu kesini siapa yang nganter?" Tanya Sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENDU (SELESAI)✓
Fiksi RemajaProses Revisi✓ Sebelum membaca ada baiknya di follow dulu... Nazwa Sendu Titania merupakan salah satu dari banyaknya perempuan yang susah untuk membuka hatinya. Akankah Senja Angkasa Prayoga bisa meluluhkan hati seorang Sendu? Simak terus ya cerita...