SENDU

48 14 2
                                    

"Ndu," panggil Yoga saat melihat Sendu seperti ketakutan.
"Eh, udah balik." Balas Sendu dengan senyum tipisnya.
"Nih," ucap Yoga sambil menyodorkan minumnya.
"Lo kok lama sih?" Tanya Sendu.
"Antri." Jujur Yoga.

"Lo gak papa kan Ndu?" Tanya Yoga, Sendu hanya menaikan alisnya. "Gue liat lo kayak ketakutan gitu," ujar Yoga, Sendu hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
Setelah itu keduanya tak bersuara. Sampai akhirnya Yoga memanggil seseorang.

"Tante!" Teriak Yoga, Sendu yang bingung hanya menaikan alisnya.
"Eh Yoga, apa kabar kamu?" Tanya seseorang yang di yakini Sendu bahwa itu Tantenya.
"Baik te, Tante gimana?" Tanya Yoga.
"Alhamdulillah baik," jawabnya lalu memperhatikan Sendu.

Sendu yang di perhatikan hanya mengulas senyum manisnya. Begitupun dengan tantenya Yoga.
"Ini pacar kamu Yog?" Tanya tantenya. Yoga mendekatkan dirinya.
"Doain aja te, hehe." Bisik Yoga.
"Tenang aja, hihi." Jawab Tantenya.

"Kamu temennya Yoga yaa?" Tanya Tante itu.
"Iya te, kebetulan tadi Yoga ngajak saya kesini." Jelas Sendu.
"Yaudah kalian berdua nanti mampir dulu ke rumah," pinta Tante itu.
"Tapi tan, Yoga kan sama temen-" ucap Yoga terpotong.
"Gak papa Yog, gue ikut lo aja." Ujar Sendu. Yoga hanya menganggukkan kepalanya.

"Tuh kan temen kamu aja gak papa, emang kamu gak kangen sama adek kamu?" Tanyanya.
"Jelas kangen lah, Yoga udah lama gak ketemu." Jelas Yoga.
"Yaudah, tante pamit dulu ya." Pamitnya.
"Hati-hati tan," jawab mereka berdua.

Setelah kepergian Tante Yoga, mereka berdua menikmati semilir angin, tidak ada yang mau membuka suaranya, hanya bisingnya kendaraan umum yang terdengar. Sampai pada akhirnya mereka menghela nafas panjang dan saling bertatapan lalu tertawa setelah itu hening lagi. Begitu seterusnya.

"Yog gue laper," jujur Sendu.
"Yaudah makan." Ujar Yoga lalu meneguk minuman yang ia beli tadi.
"Makan dimana?" Tanya Sendu.
"Lo mau makan apa?" Yoga balik bertanya. "Hmm yaudah cari restoran yang deket aja." Ujarnya.

"Gue mau makan mie ayam yang di sebrang situ," pinta Sendu sambil menunjuk warung berwana biru.
"Yakin?" Tanya Yoga tak percaya. "Gak mau makan di restoran aja?"
"Gak, gue mau mie ayam itu." Ucap Sendu. "Kenapa? Lo gak pernah makan di pinggir jalan?" Tanya Sendu.

"Pernah lah, sering malah. Yaudah ayo." Ajak Yoga yang tidak sadar menggandeng tangan Sendu. Sendu merasakan pipinya memanas.
"Eh sorry," ujar Yoga yang tadinya menggandeng tangan Sendu melepaskan genggamannya.
"Gak papa kok," jawab Sendu.
"Itu, pipi lo merah kenapa?" Tanya Yoga yang menyadari pipi Sendu yang memerah.

"Enggak kok, emang gini pipi gue." Ucap Sendu gelagapan. Yoga hanya tertawa kecil lalu mengacak rambut panjang Sendu.
"Apaan sih! Ntar jelek." Sambungnya.
"Gimana pun penampilan lo, lo tetep cantik kok." Jujur Yoga yang lagi-lagi membuat pipinya bersemu merah.

"Lo lagi gombal ya?" Ucap Sendu dengan tawa kecilnya.
"Ye, gue serius." Ucap Yoga sambil membenarkan topinya.
"Gue gak percaya, gimana dong?" Jawab Sendu sambil terkekeh.
"Susah ya, gue serius lo bercandain, gue bercanda lo seriusin." Ucapnya sambil menggelengkan kepalanya.

"Lo curhat?" Tanya Sendu yang menahan tawanya.
"Emang susah kalau musuh sama cewek, apa lagi ceweknya kayak lo." Jujur Yoga lalu menggelengkan kepalanya lagi.
"Iya iya sorry gue ngeselin." Ucap Sendu lalu tertawa keras. "Eh motor lo aman kan?" Tanya Sendu.
"Aman kok," jawab Yoga.

Mereka berdua akhirnya sampai di sebuah warung berwarna biru. Sendu memasuki warungnya dan langsung memesan makanan.

"Pak pesen mie ayamnya dua sama es teh-" ucap Sendu lalu menolehkan kepalanya ke arah Yoga.
"Samain aja," balas Yoga. Sendu hanya menganggukkan kepalanya.
"Es teh nya dua ya." Lanjut Sendu. Bapak penjual mie ayam itu hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

SENDU (SELESAI)✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang