SENDU

65 15 28
                                    

"Lo pulang naik apa Ndu?" Tanya Etta, Sendu menggelengkan kepalanya tanda tak tahu.
"Bareng sama Yoga aja Ndu," saran Etta sambil menaik turunkan alisnya.
"Idih, ogah!" Kesal Sendu.
"Gue kan cuma ngasih saran." Ucap Etta.

"Gue naik gojek aja." Ujar Sendu, Etta hanya menganggukkan kepalanya. " Yah, hp gue lowbat." Sambung Sendu.
"Terus gimana?" Tanya Etta.
"Gue naik bus aja deh, gue duluan ya. Bye," pamit Sendu sambil berlari kecil menuju halte.

Setelah Sendu meninggalkan Etta sendirian, Etta memainkan game yang ada di handphonenya sambil menunggu supirnya untuk menjemputnya. Sedangkan dari kejauhan, seseorang berbadan tinggi dan memaki Hoodie berwarna hitam sedang memperhatikan Etta.

"ALETTA!" Seru seseorang dengan suara beratnya.

Etta sangat mengenali suara laki-laki itu. Tubuh Etta mematung, nafas Etta tercekat. Saat ingin melarikan diri tangan Etta di cekalannya dengan kuat. Etta memberanikan diri untuk menatap muka laki-laki itu, sebenarnya Etta sangat muak dengan kelakuannya.

"Mau apa Lo?!" Tanya Etta dengan mata tajam nya.
"Mau gue cuma satu, Sendu." Ucapnya sambil tersenyum miring.
"Apa lo bilang?! Lo mau Sendu?! Lo lupa, Lo sama Sendu udah gak ada hubungan apa-apa." Geram Etta.

"Yah, waktu itu gue khilaf." Ucapnya santai.
"Gak waras lo! Setelah semua yang lo lakuin, Lo bilang khilaf?! Emang stres lo!" Kesal Etta dengan nafas yang memburu.
"Gak usah marah-marah bisa gak?!" Gertaknya.

"Gue gak peduli!" Ucap Etta penuh penekanan.
"Gue tanya sama lo! Dimana Sendu?!" Tanyanya penuh penekanan.
"Lo gak perlu tahu!" Geram Etta sambil mencoba melepaskan cekalannya.
"Gue perlu tahu!" Ujarnya dengan menguatkan cekalannya.

"Lepasin gue!" Ucap Etta.
"Gue gak akan lepasin lo, sebelum lo kasih tahu dimana Sendu!?" Gertaknya.
***
"Eh Lo semua ikut kerumah Rindu gak?" Tanya Bumi.
"Gue enggak deh, kemarin kan udah." Tolak Lino yang diangguki oleh Avi.
"Nah, gue juga. Sorry yah." Ucap Avi yang diangguki oleh Bumi.

"Lo ikut gak?" Tanya Bumi pada Yoga.
"Oke gue ikut." Ucap Yoga.
"Nah! Gitu dong, jadinya kan gue punya temen buat pacaran sama Rindu." Ucap Bumi cengengesan.
"Hahaha. MAMPOS LO!" Ejek Avi dengan tawanya.
"Jadi nyamuk, hahaha!" Tambah Avi dengan tawa yang lebih keras.

Tiba-tiba Avi berhenti tertawa dan menatap lurus ke depan. Matanya menyipit melihat seorang laki-laki yang bersama Etta.

"Liat apaan sih lo?!" Gertak Lino, Avi yang kaget langsung menjitak kepala Lino.
"Sakit pala gue! Tolol!" Geram Lino yang tak di gubris oleh Avi.
"Udah deh kita cabut duluan aja!" Ajak Bumi yang diangguki oleh Bumi, Yoga dan Lino.

Ketiga temannya pun meninggalkan Avi yang masih mematung. Setelah kepergian ketiga temannya, Avi pun menghampiri Etta dengan langkah lebar.

"Lepasin gue! Sakit, lepasin!" Aduh Etta sambil menahan tangisnya.
"Kuping lo masih normal kan?!" Gertak Avi dari belakang punggung laki-laki itu.
"Gak usah ikut campur urusan gue!" Geramnya.

"Gue gak bisa diem gitu aja ngeliat Etta kesakitan kayak gitu! Lepasin tangan Etta!" Ujar Avi penuh penekanan.
"Gue gak mau!" Kesalnya.

Bughh...

Avi memukul tepat di rahangnya. Avi mencengkram bajunya dan menatapnya tajam, lalu Avi kembali memukulnya tepat di perutnya hingga terbatuk-batuk.

SENDU (SELESAI)✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang