SENDU

54 14 13
                                    

Saat ini, Sendu berada di ruang tamu rumah Tante Anis. Disampingnya terdapat Yoga yang memainkan ponselnya. Sedangkan Ana berada di kursi sebelah dengan posisi tertidur.  Diluar masih hujan, Sendu tak di bolehkan pulang dengan Yoga.

Sendu terus mengucek matanya, ia tak tahan ingin rasanya ia tidur. Tetapi malu jika Sendu memberi tahu Yoga.

"Lo kenapa?" Tanya Yoga yang diam-diam melirik Sendu. Sendu tersenyum lalu menggeleng. "Gak papa," jawabnya sambil menahan rasa kantuknya.

Setelah itu hening, membuat Sendu semakin mengantuk. Sendu pun mulai menutup matanya dan akhirnya ia tertidur tepat di pundak Yoga. Yoga pun membenarkan posisi Sendu supaya ia bisa nyaman saat tertidur.

Yoga memandang wajah Sendu, sangat cantik. "Kalau lagi tidur tambah lucu," ujar Yoga sambil membenarkan rambut Sendu. "Secepatnya gua bakalan ngomong kalau gue suka, bahkan cinta sama lo," sambungnya lalu melanjutkan bermain game yang sedikit lagi ia menangkan.

***
"Hemm, gue kok mikirin Avi terus?" Tanya Etta yang entah berapa kali ia mengatakan ini. "Gara-gara lo, gue gak bisa tidur!" Kesalnya sambil menatap foto Avi yang tersimpan di galeri nya.

Setelah puas memaki foto Avi, Etta meletakkan ponselnya, lalu bibirnya melengkung ke atas. Membayangkan saat Avi tersenyum kearahnya. Begitu manis, di tambah dengan wajah tampannya.

"Mana bisa gue tidur kalau masih jam segini? Mungkin gue bisa aja tidur, tapi di otak gue ada lo Vi. Kok bisa-bisanya gue mikirin lo?" Tanya Etta pada dirinya sendiri.

"Lo itu manis, ganteng tapi lo banyak sayangnya. Lo playboy, nyebelin, suka marah gak jelas, bobrok tapi gue nyaman sama lo." Monolognya sambil memeluk boneka jerapah kesayangannya. "Tapi semenjak gue sama lo sering jalan bareng, lo gak ada tuh usil ke cewek lain. Malah cewek yang centil ke lo. Dan asal lo tahu, gue gak suka kalau lo di deketin sama cewek lain," sambungnya.

"Apa gue suka sama Avi? Ah, gak mungkin. Tapi gue kesel kalau lo deket-deket sama cewek. Ah, kesel sama perasaan sendiri yang gak tahu sebenarnya gimana perasaan gue ke lo," ucapnya sambil sedikit jengkel.

Etta pun mulai memejamkan matanya, kali ini ia bisa terlelap dengan pulas. Dengan ponselnya yang berada di sampingnya melihatkan foto Avi yang sangat tampan menurutnya.

***

"Yoga, Sendu kemana?" Tanya Anis saat melihat Yoga membaringkan tubuhnya di atas sofa.
"Ada di kamar, tadi ketiduran di sini. Si Ana juga ketiduran, dua-duanya Yoga bawa ke kamar Yoga," jelas Yoga lalu Tante Anis duduk di sofa sebelah.

"Mama kamu gimana? Udah sehat?" Tanya nya sambil mengusap rambut hitam Yoga.
"Alhamdulillah, mama udah mau ngomong sama Yoga. Tapi, mama nanyain terus soal cewek yang dulu gak sengaja ketemu di rumah sakit," jawab Yoga membuat Anis sedikit bingung.

"Jadi, kamu belum nemuin cewek yang di maksud mama kamu?" Tanya Anis, Yoga hanya menggelengkan kepalanya. "Kalau mama tanya soal cewek itu, Yoga bilang kalau Yoga masih belum ketemu sama ceweknya," ujar Yoga bercerita.

Anis menghela napas panjang, begitupun dengan Yoga yang tampak berpikir. "Semoga aja ketemu sama ceweknya, biar mama kamu juga lega. Jangan lupa buat ngasih obat ke mama," ucap nya, Yoga hanya tersenyum kecil lalu bangkit untuk melihat Sendu dengan adiknya yang berada di kamarnya.

Dilihatnya, Sendu yang menghadap ke arah Ana dan Ana memeluk Sendu. Anis yang melihat tingkah anaknya itu tersenyum tipis.
"Kamu kalau suka sama Sendu, cepet-cepet ngomong. Katanya gak mau kalau Sendu di tikung, tapi kamu nya gak ngomong-ngomong," ujar Anis menasehati.

"Yoga juga mau nya kaya gitu. Tapi Yoga takut, kalau Sendu nolak," jujur Yoga yang masih menatap Sendu gemas. "Yoga, gak usah takut di tolak. Seharusnya kamu takut, belum sempet kamu ngomong udah ada hati yang Sendu harus jaga. Seenggaknya kalau kamu di tolak, Sendu tahu perasaan kamu ke dia itu tulus, ya meskipun di tolak." Anis meyakinkan Yoga agar tidak patah hati nantinya.

"Itu masih seandainya di tolak, kalau Sendu juga suka sama kamu, gak ada alasan dong buat nolak kamu?" Sambung Anis membuat senyum terbit di wajah tampan Yoga.
"Tante ini paling jago buat Yoga semangat," ujarnya lalu duduk kembali di sofa.

"Tante bangunin Sendu dulu ya, udah malam, kasian nanti keluarganya khawatir," ucap nya yang diangguki oleh Yoga. Anis pun memasuki kamar Yoga dan membangunkan Sendu, sebenarnya Anis tidak tega membangunkannya, tetapi ini sudah hampir larut.

Sendu membenarkan rambutnya, saat ia berada di belakang Yoga.

"Yoga," panggil Sendu, yang di panggil pun menolehkan kepalanya.

"Eh udah bangun, mau pulang sekarang?" Tanya Yoga, Sendu pun menganggukkan kepalanya. "Ya udah tas lo ada di kamar gue, tadi waktu lo tidur sekalian tas lo gue bawa," sambungnya yang membuat Sendu menahan malu.

Sendu segera mengambil tasnya lalu berpamitan dengan Anis yang berada di dapur. "Tante, Sendu pulang dulu. Assalamualaikum," pamit Sendu sambil menyalimi tangan Tante Anis.

"Waalaikumsallam, hati-hati Sendu," jawab Anis dengan tersenyum ke arah Sendu. "Yoga, hati-hati. Gak usah ngebut anak orang yang kamu bonceng," ujar Anis dengan terkekeh geli. "Iya siap Tante," jawab Yoga.

Sendu dan Yoga sudah berada di halaman depan. Yoga segera memberikan helm kepada Sendu. Tak butuh waktu yang lama, mereka sudah meninggalkan pekarangan rumah Tante Anis.

Jalanan nampak tidak begitu ramai, Sendu tidak tahu sekarang pukul berapa. Sedari tadi baik Yoga maupun Sendu tidak membuka suaranya.

"Yoga, ini jam berapa?" Tanya Sendu sedikit berteriak. Yoga pun sedikit mendekatkan kepalanya ke arah Sendu. "Tadi gue lihat masih jam 8 malem," jawab Yoga. Setelah itu hening.

Yoga menjalankan motornya dengan sangat pelan, Sendu pun bingung. Tidak biasanya Yoga membawa motor selambat ini.
"Yoga lo kenapa?" Tanya Sendu, Yoga menggelengkan kepalanya. "Kalau gak papa, kenapa bawa motornya pelan banget?" Tanya Sendu lagi. "Lo mau gue bawa motornya kaya gimana?" Yoga balik bertanya.

"Yah kaya-"

"YOGA! JANGAN NGEBUT, INGET KATA TANTE ANIS!" Sendu memeluk Yoga sambil menyembunyikan wajahnya. Setelah mengatakan itu Yoga melambatkan kembali motornya.

"Ih, jail banget sih!" Kesal Sendu mencubit perut Yoga.

"Aww, sakit Sendu. Ini motornya lagi jalan jangan di cubit," ringis Yoga. "Kan bukan motornya yang gue cubit," jawab Sendu yang sedikit kesal. "Ya kalau motor gue bisa di cubit ajaib dong," jawab Yoga, Sendu pun tidak lagi mencubit perut Yoga.

Sendu sadar, bahwa ia memeluk Yoga. Sendu menarik tangannya, tetapi Yoga memegang tangan Sendu. "Udah diem, gue kedinginan." Sendu merasakan jantung berdetak lebih cepat. Ia tahu seperti apa sekarang dirinya, pasti wajahnya seperti tomat sekarang.

Yoga berhenti saat rumah Sendu sudah dekat. Sendu pun memperhatikan Yoga dari samping. "Kok berhenti? Gue turun di sini?" Tanya Sendu yang bingung. "Enggak, gue cuma mau ngomong," jawab Yoga lalu turun dari motornya, begitupun dengan Sendu.

Sendu menunggu Yoga untuk berbicara. "Gimana waktu gak ada gue?" Tanya Yoga, Sendu paham apa yang di maksud Yoga. "Ada yang hilang saat lo pergi," jujur Sendu sambil tersenyum tipis.

"Gue suka bahkan cinta sama lo," jujur Yoga sambil menatap lekat wajah Sendu. Sendu sendiri tercengang saat Yoga mengakui bahwa Yoga suka dengan dirinya. "Yog, lo lagi ngeprank ya?" Tanya Sendu, tadinya ia ingin melompat tetapi ia mengurungkan niatnya.

"Apa wajah gue bercanda?" Tanya Yoga lalu memegang kedua tangan Sendu. "Gue suka sama lo, udah lama. Sebelum kita sedekat ini, gue serius, gue cinta sama lo. Gue harus bilang berapa kali? Kalau gue suka bahkan cinta sama lo Sendu?" Di tatapnya Sendu tepat di manik matanya. Tak ada kebohongan di mata Yoga. Sendu tersenyum lebar ke arah Yoga.

"Gue percaya kalau lo tulus sama gue, makasih udah mau berjuang sampai kita sedeket ini," jawab Sendu sambil mengeratkan genggamannya. Yoga menganggukkan kepalanya.

"Jadi, lo mau jadi pacar gua?" Tanya Yoga dengan penuh harap.
"Maaf Yog,"

Deg!

Tbc...
Gimana ini Sendu nolak Yoga?
Jangan lupa vote and coment🧡

SENDU (SELESAI)✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang