SENDU

38 15 8
                                    

Yoga mendribel bola dengan sangat lihai, keringatnya bercucuran. Bukan hanya Yoga, teman-temannya pun sama. Latihan ini adalah latihan terakhir mereka. Dan besok adalah hari yang paling di nantikan oleh mereka.

"OKE, KUMPUL KESINI SEMUA!" Seru Pak Bagas selaku pelatih basket di sekolah.

"Oke, latihan hari ini cukup. Bapak lihat semua udah oke, yang penting kalian harus jaga pola makan dan jangan lupa besok adalah hari yang kalian tunggu-tunggu bukan?" Tanya Pak Bagas lalu mereka mengangguk. "Ya sudah, kalian boleh pulang. Hati-hati di jalan," ucapnya lalu melenggang pergi.

"Eh, kita kerumah Sendu?" Tanya Lino kepada Yoga. Yoga hanya menganggukkan kepalanya. "Lo semua mau ikut? Kalau gak, ya gak papa," tanya Yoga. "Gak lahh, kita ikut!" Cletuk Pita.

"Ya udah ayo berangkat!"  Seru Avi lalu mereka meninggalkan sekolahnya.

Di sisi lain, Sendu berbaring di kasurnya. Sendu memilih untuk beristirahat di rumah daripada di rumah sakit. Dari tadi, Sendu mengotak-atik handphonenya menunggu pesan dari Yoga.

"Kok Yoga gak aktif sih!" Ucapnya yang mulai kesal.

Tak lama dari itu, Sendu mendengar bel rumahnya berbunyi terus menerus. Ia pun memutuskan untuk turun kebawah. Seharusnya ada Rindu dan Bumi di rumahnya, tetapi mereka berdua pergi ke minimarket dengan Bibi.

"Iya sebentar!" Ucap Sendu dengan suara yang sedikit serak.

Sendu membuka pintu nya dan melihat teman-temannya berada di depannya.

"ETTA!" Seru Sendu dengan wajah berbinar, tidak mempedulikan Yoga yang tadi menunggu Sendu untuk menyambutnya.

"Yuk masuk," ajak Sendu.

"Heh! Kita gak di ajak masuk? Cuma Etta sama Pita aja?" Tanya Lino yang kesal.

"Eh, lupa! Kalian juga masuk sini," jawabnya lalu Sendu duduk di sofa begitupun dengan teman-temannya.

"Rindu sama Bumi mana, Ndu?" Tanya Avi. "Lagi ke minimarket sama Bibi," jawab Sendu. "Bentar lagi juga pulang kok," sambungnya.

"Bentar ya, tunggu sini. Gue mau buat minum dulu," ucap Sendu.

"Sendu, gak usah. Lo disini aja, biar gue sama Pita yang buat." Etta menarik Pita untuk pergi ke dapur.

"Heh kita berdua ikut!" Ucap Lino lalu menyusul pacarnya dengan Avi.

Tinggal Yoga dan Sendu yang tersisa di ruang tamu. Sedari tadi, Sendu mengotak-atik handphone Etta.

"Sendu," panggil Yoga. Sendu hanya menolehkan kepalanya dan mengangkat alisnya.

"Lo udah makan?" Tanya Yoga dan Sendu menganggukkan kepalanya lalu kembali fokus ke handphone Etta.

Setelah itu hening. Yoga tidak tahu lagi ingin bicara apa. Dan Sendu memilih untuk fokus pada game yang ia mainkan. Yoga sendiri tak tahu apa game apa yang di mainkan oleh Sendu.

"Dah lah, males! Kalah terus!" Kesal Sendu lalu meletakkan ponsel milik Etta.

"Lagian kalau gak bisa main gak usah di mainin Sendu," cletuk Yoga. Sendu pun kaget, ia lupa jika saat ini mereka sedang duduk berdua.

"Kan gue cuma pengen mainnya, penasaran." Sendu mengerucutkan bibirnya. Yoga menatap gemas kekasihnya ini.

"Ululu, jangan cemberut gitu, sayang." Yoga mencubit pipi Sendu. Sendu segera memalingkan wajahnya karena malu.

"Cie malu," ejek Yoga. Sendu pun mencubit perut Yoga.

"Aww, sakit Sendu. Lo kalau lagi salting lucu ya," ucap Yoga sambil menatap Sendu gemas.
"Ih, Yoga malu!" Ujar Sendu sambil menutup wajahnya dengan bantal. "Eh, jangan di tutup wajahnya," ucap Yoga sambil berusaha merebut bantal dari Sendu.

"Gue tuh heran ya, kenapa di saat gue natap lo, Lo selalu nunduk atau gak kaya gini nih, di tutup mukanya ama bantal! Orang udah pacaran kok, gak usah malu," ujar Yoga, lalu Sendu menatap Yoga dengan jengkel. "Namanya juga malu!" Kesal Sendu.

"Gue tuh kangen sama lo, Sendu." Yoga mengusap pipi Sendu. Sendu mati-matian untuk tidak berteriak sekarang. "Apa mau bilang malu lagi?" Tanya Yoga Sendu pun tertawa mendengarnya. "Gue 100x lebih kangen sama lo," jawab Sendu malu-malu.

"Kenapa cuma 100?" Tanya Yoga, Sendu mengerutkan keningnya. "Lo mau berapa?" Sendu balik bertanya. "Yang berapa gitu, masa iya cuma 100?" Kesal Yoga. "Gak boleh banyak-banyak, Yoga. Itu namanya rakus!" Ucap Sendu lalu tertawa.

"Heh! Pacaran mulu lo!" Cletuk Lino sambil membawa nampan berisi minum dan makanan.

"Yee! Lo lupa kalau disini Lo juga pacaran? Tuh, Pita!" Ucap Sendu dengan jengkel.

"Eh, sebentar ya. Gue mau ke kamar," pamit Sendu lalu Sendu berlari ke arah kamarnya.

Tok... Tok... Tok...

"Assalamualaikum!"

"Waalaikumsallam,"

"Eh, sini masuk lo!" Seru Etta lalu Ardi dan Alea menganggukkan kepalanya. "Mana Sendu?" Tanya Ardi saat mendudukkan pantatnya. "Di kamar, bentar lagi juga balik," jawab Pita.

"Lino, mabar ayo!" Rengek Pita sambil menggoyangkan lengan Lino. Lino menggelengkan kepalanya lalu beralih tidur di atas paha Pita. "Lino ngantuk Pita," jawabnya lalu Lino memejamkan matanya. "Dasar kebo!" Kesal Pita sambil mengelus-elus rambut Lino.

"Astaghfirullah!"

"Heh! Lo kalau masuk ke rumah salam napa! Kaget gue!" Kesal Avi saat Rindu, Bumi dan Bibi ada di depannya.

"Lo kenapa Yog?" Tanya Ardi. "Gak papa, Sendu kok lama ya? Coba Lo liat gih," jawabnya sambil menatap Etta penuh harap. Etta pun bangkit dan menemui Sendu di kamarnya.

"Halo sahabat!" Seru Etta saat melihat Sendu yang fokus pada kalender kamarnya. "Napa lo?" Tanya Etta. "Besok kalian udah tanding?" Etta menganggukkan kepalanya.

Kini di ruang tamu menjadi sangat ramai, pasalnya Ardi dan Alea datang dan Rindu dan Bumi pulang dari minimarket. Sendu sedari tadi melamun, ia kembali teringat saat ia di sekap oleh Erwin. Mengingat kejadian itu membuat Sendu bergidik ngeri.

"Sendu, ikut gue yuk!" Ajak Yoga, lalu Sendu mengangguk dan menghampiri Yoga.

"Kenapa?" Tanya Sendu sambil berjalan mengikuti langkah lebar Yoga. Yang di tanya hanya diam tanpa menjawab. "Ih Yoga!" Kesal Sendu sambil mengerucutkan bibirnya. "Lo kalau jalan pelan-pelan napa! Capek gue ngikutin lo." Sendu menatap Yoga dengan kesal.

"Sini duduk," ajak Yoga sambil menarik tangan Sendu. Sendu duduk di samping Yoga, Yoga sedari tadi memperhatikan Sendu. "Lo gak papa kan?" Tanya Yoga, Sendu menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Bener? Lo kaya lagi mikir gitu, cerita sama gue," sambung Yoga. Sendu menatap Yoga dengan tatapan yang tak bisa Yoga artikan. "Kenapa?" Tanya Yoga sekali lagi.

"Gue inget waktu Erwin nyekap gue, gue takut dan juga gue inget gimana wajah lo babak belur cuma gara-gara gue," jujur Sendu dengan wajah yang sedih.

"Gak usah di inget ya? Itu cuma buat lo takut. Anggap aja itu pengalaman yang ngajarin lo buat lebih hati-hati lagi." Yoga memegang tangan Sendu. "Gue gak peduli wajah gue mau babak belur, yang penting lo udah di sini dan lo udah gak papa. Tau lo baik-baik aja dan lo senyum lagi, itu udah cukup buat gue seneng," sambung Yoga yang sekarang mengusap wajah Sendu. "Udah ya, jangan di pikirin lagi," ujar Yoga.

"Waktu gak ada gue lo emosi terus ya?" Tanya Sendu sambil memicingkan matanya. Yoga mengangguk mengiyakan. "Kenapa gitu?" Tanya Sendu lagi. "Karena lo tiba-tiba hilang, bukan emosi aja, stres juga!" Jawab Yoga dengan tawanya. Sendu yang mendengarnya juga ikut tertawa.  "Jangan hilang lagi, gue takut," ujar Yoga.

"Sejauh apapun gue hilang, kalau takdir gue cuma buat lo. Gue bakal hadir lagi nemenin lo disini," jawab Sendu dengan senyum simpulnya. Yoga memeluk Sendu sambil mengusap kepalanya.

TBC
Follow Ig: selsakristina
Jangan lupa vote and coment

SENDU (SELESAI)✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang